Chereads / Rebirth Of The Queen / Chapter 4 - Bah 4 Kebingungan

Chapter 4 - Bah 4 Kebingungan

Dua jiwa dari dunia yang berbeda pada saat yang sama memasuki sebuah dimensi ruang, sebuah ruang yang tidak terpengaruh dengan waktu, tempat para jiwa jiwa untuk membuat pilihan. Memilih untuk terlahir kembali dan melupakan segala sesuatu yang terjadi semasa hidupnya atau memilih untuk menghilang dan menjadi ketiadaaan.

Satu jiwa yang semasa hidupnya memiliki keinginan kuat untuk hidup bebas namun berakhir dengan pengkhianatan, sementara jiwa yang lain sudah tak memiliki keberanian untuk hidup mengingat penyiksaan yang diderita semasa hidupnya namun disaat yang sama juga takut untuk menghilang.

Kedua jiwa seolah tampak tarik menarik, saling bergulir, perlahan namun pasti masing masing memori semasa hidup mereka ditransmisikan satu sama lain, menyatu. Satu jiwa melengkapi jiwa yang lainnya. Ya, dua jiwa yang akhirnya melebur menjadi satu. Meninggalkan jejak cahaya bintang bintang yang perlahan memudar. Mereka menghilang.

***

Tiba tiba terperanjat, matanya terbuka lebar, napasnya terengah engah, seakan beberapa saat yang lalu seseorang menarik dan merenggut jiwanya. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Seolah baru saja terbangun dari mimpi buruk yang sangat panjang

Mencoba memahami apa yang terjadi pada dirinya, namun tak menemukan hasil yang diinginkannya, hanya merasa seolah sesuatu tidak berada pada tempatnya.

Perlahan mengamati sekitar yang hanya menemukan dinding kayu yang sudah lapuk sejauh matanya memandang. Pikirannya semakin bingung.

"Ini... ini dimana?"

Ingatan terakhirnya sangat jelas, ia berada di sebuah restoran , mengambil racun untuk dirinya sendiri, kemudian terjatuh dan kehilangan kesadaran.

"Bagaimana bisa?"

"Bagaimana menelan racun bisa membuat seseorang berpindah tempat?"

"Apakah ini mimpi?"

Mencoba menggerakkan tangannya untuk mencubit dirinya sendiri tapi gagal.

"Aarrgghhh...ssshhhhh," seketika perasaan sakit yang luar biasa membanjiri seluruh tubuhnya, menjelaskan bahwa ini sama sekali bukan mimpi, mendapati dirinya penuh luka dengan tangan dan kaki yang....terikat?

"Dan pakaian apa yang sedang aku kenakan?" Melirik ke gaun yang sedang dikenakan, itu sudah koyak dengan warna yang sudah berubah.

"Mengapa paman harus repot repot menyiksaku setelah memberiku racun?"

"Wanita jalang itu! kenapa tidak langsung membunuhku saja, apakah racun itu tidak bekerja sesuai keinginannya?"

" Hahhh..aku benar benar tidak percaya bisa selamat dari racun itu."

Berpikir tentang semua yang terjadi membuat kepalanya berdenyut sakit.

"Tapi apa hubungannya membunuhku dengan mengganti pakaianku? Pakaian ini benar benar ... Arghhhhh,"

Ia tak habis pikir. Mengapa para wanita sangat suka memakai barang barang yang sudah sangat jelas bisa membatasi gerakannya.. itu sangat aneh. Rok, gaun, high heels adalah barang barang yang sangat merepotkan baginya. Dan hal yang paling dibencinya sekarang melekat ditubuhnya.

Larut dalam berbagai pertanyaan dibenaknya, samar samar terdengar dari arah depan beberapa suara langkah kaki...kuda? Dan suara itu semakin jelas menandakan bahwa beberapa kuda mendekat kearahnya.

Merasakan kepalanya semakin berat akibat teror dari pikirannya sendiri, ia memilih menutup mata, menundukkan kepala, seolah tengah kehilangan kesadaran.

Suara pintu berdecit terbuka, beberapa orang yang mengenakan pakaian ala prajurit kerajaan melangkah masuk, berdiri mengamati didepan gadis itu.

"Hey ..lihat dia masih hidup!" ujar seseorang yang memperhatikan gerakan naik turun di dada gadis dihadapannya.

"Aku tak menyangka dia masih bertahan, padahal sudah satu minggu kita tidak memberinya makan dan minum dan hanya meninggalkannya sendirian disini," salah satu dari mereka menanggapi.

'Ehh... Bukan kuda? Apakah orang orang ini yang menungganginya?' masih dengan mata terpejam dan kepala tertunduk diam diam menilai orang didepannya. Ia tak habis pikir di zaman modern seperti ini, masih ada orang orang yang menggunakan kuda sebagai kendaraan.

"Berhenti mengoceh. Apa kalian lupa perintah dari Yang Mulia?" Seseorang dari mereka mengingatkan tujuan utama mereka.

"Tapi... Dia masih hidup, atau haruskah kita mengakhirinya sekarang? Mengingat Yang Mulia hanya memerintahkan kita membuang jasadnya jauh dari kota kerajaan? Melihatnya masih bernapas membuatku ragu," tanggap salah satu dari mereka.

Mereka yang datang adalah beberapa prajurit pengawal kerajaan Zu, mereka ditugaskan untuk membuang jasad putri seorang pengkhianat menjauh dari kota agar kota kerajaan tidak dicemari olehnya.

Tak ada yang pernah menyangka bahwa gadis itu masih hidup.

Mendengar percakapan itu membuat alis gadis itu berkerut samar.

'Apa mereka sedang membicarakan aku? Mengapa bahasa mereka sangat aneh?'

'Yang Mulia'

'Kerajaan?'

'Hahh... Apa pamanku menjadi sinting setelah rencana pembunuhannya tidak berhasil?'

Berbagai argumen muncul dibenaknya, benar benar merasa lucu.

'Hei.. aku disini terluka, bunuh saja aku. Berhenti mengoceh, apa kalian sedang syuting film drama kolosal kerajaan? Benar benar idiot'. Ingin rasanya ia meneriakkan semua kalimat itu tapi tak bisa, suaranya tertahan. Pada saat itu ia baru mennyadari tenggorokannya sangat kering.

"Tidak perlu mengambil langkah sejauh itu, kita hanya perlu membawanya menjauh dari sini, lihat saja kondisinya, dengan napasnya yang sangat lemah ditambah luka disekujur tubuhnya, apa kalian pikir dia bisa bertahan lebih lama lagi," ungkap seseorang menggurui, melangkah mendekati gadis itu.

"Baiklah, Aku setuju dengan pendapatmu." yang lain mulai mengikuti.

"Pertama tama kita lepaskan tali ditubuhnya, lalu pindahkan ia ke gerbong."

.

.

.

Sambil melepaskan tali di tubuh gadis itu, sebuah pemikiran muncul dibenak salah satu dari mereka.

" Tapi kemana kita membawanya? Aku tak begitu mengetahui tempat yang cocok untuk membawanya."

"Yang mulia memerintahkan kita membawanya ke hutan terlarang, membiarkan ia menjadi santapan makhluk makhluk buas disana."

"Hu..hu..hutan terlarang?" tanya seseorang ingin memastikan sesuatu yang didengarnya dengan memasang ekspresi mengerikan.

"Tenang saja, kita hanya perlu meletakkan tubuhnya dipinggir hutan, jangan takut," ungkapnya lagi mencoba menenangkan teman temannya.

Tubuhnya perlahan terangkat, rasa perih ditubuhnya semakin jelas akibat gesekan dari beberapa orang yang mengangkatnya.

Hal lain yang tak pernah ia bisa pahami adalah, bagaimana ia bisa mendapatkan luka yang terpatri disekujur tubuhnya, sedangkan ingatan terakhirnya ia kehilangan kesadaran di sebuah restoran akibat racun  ditubuhnya seolah hidupnya sampai pada saat itu saja.

Mendengar mereka berbicara beberapa saat lalu membuat gadis itu mengetahui satu hal.

Ia akan dibawa menjauh dari tempat ini dan itu adalah hutan terlarang.

Suatu tempat yang hanya mendengar dari namanya membuatnya merasa semakin tidak baik baik saja.