Chereads / WAIT WAIT!!! / Chapter 3 - 3. Patah Hati Dan Obat Diet

Chapter 3 - 3. Patah Hati Dan Obat Diet

Tara menaiki kolam dengan kesusahan, ia tidak menemukan tangga. Orang-orang hanya menatap Tara seolah-olah kagum, tanpa ada yang ingin mendekat untuk membantu.

Tara mengangkat kepalanya, matanya dan mata cantik milik Aldo bertemu. Tara memandang wajah Aldo dengan tatapan sayu, sementara Aldo?

Pria itu membuang muka, lalu berjalan menjauh.

Tara yakin, matanya dan mata Aldo saling bertemu. Namun, kenapa tatapan Aldo terasa sangat asing baginya?

Setelah berusaha dengan susah payah, Tara berhasil naik ke permukaan. Ia berlari dengan cepat menghindari kerumunan orang-orang.

Tara sangat malu. Tara juga tanpa sadar merobek dressnya ketika menaiki pinggiran kolam tadi.

Tara mengutuk dirinya sendiri, harusnya ia tidak datang. Tidak ada pesta untuk cewek buruk rupa dan gendut seperti dirinya?

Kesalahannya, karena memilih tetap datang dan pada akhirnya harus dipermalukan.

Tara menunduk dan menangis di halaman depan rumah Ismi, ia bersembunyi di antara mobil-mobil yang sedang terparkir dengan rapi.

Ia berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Meskipun lo nangis, orang-orang nggak akan tertarik untuk peduli." Suara berat itu membuat Tara mendongak.

Ia bisa melihat seorang cowok berdiri di depannya. Tara tidak bisa melihat dengan jelas, karena malam hari dan pencahayaan juga minim.

Tara masih terisak, namun wajahnya memandang pria itu.

"Balas dendam ke mereka," lanjut pria itu dengan suara berat dan rendah.

Mulut Tara seolah terkunci rapat, ia tidak sanggup menyahut satu katapun.

Setelah dua kalimat, cowok itu pergi meninggalkan Tara.

Tara menghapus jejak air matanya, "Gimana caranya gue balas dendam? Kalau bertahan aja gue sulit?!" kata Tara entah pada siapa.

❤❤❤

"Ismi cerita, dia malu banget karena udah ngundang Tara."

"Tara bikin pesta ulangtahunnya berantakan."

"Gue pun kalau jadi Ismi, pasti marah besar."

"Dasar gendut yang nggak tahu malu."

Tara menguatkan hatinya. Ia hanya bisa berpura-pura tuli, meskipun setiap ucapan orang-orang itu melukai hatinya.

Tapi, Tara bisa apa? Ia tidak bisa melawan, maka diam solusi terbaik untuknya.

Tara tiba di halaman belakang. Ia melihat Aldo sudah menunggunya di sana.

"Eh, Ra." Aldo menyapa Tara yang hari ini terlihat sangat murung.

"Lo kenapa? Lo baik-baik aja?" tanya Aldo perhatian dan peduli.

Hanya Aldo yang bisa membuat senyum di bibir Tara kembali terbit.

"Nggak apa-apa. Ini, buku matematika lo. Kertas merah, itu rumus dari buku, dan kertas hijau, itu rumus singkatnya." jawab Tara santai sambil menyerahkan buku paket matematika tersebut pada Aldo.

"Thanks ya, Ra. Maaf, tadi malam gue nggak bantuin lo." Aldo berterus terang.

Tara tersenyum kecil, "Nggak apa-apa."

"Lo cewek yang kuat, Ra." Aldo mengelus pucuk kepala Tara dengan lembut.

Membuat jantung Tara seperti hendak meloncat ke luar dari tubuhnya.

Tara menatap wajah tampan Aldo.

"Gue akan jadi cantik dan kurus, buat lo, Do." batin Tara bersungguh-sungguh.

❤❤❤

Tara menyadari sesuatu. Ia membalikan badannya, sementara kaki gemuknya mulai berlari. Ia bergegas kembali ke sekolah.

Bagaimana bisa, Tara melupakan suatu hal yang cukup penting dalam hidupnya?

Ia meninggalkan hadiah pemberian Aldo untuknya di bawah laci mejanya. Tadi siang, Aldo memberikan hadiah itu padanya. Karena Aldo merasa bersalah, tidak menolong Tara ketika Tara jatuh di kolam.

Tara tiba di sekolah, setelah 15 menit berlalu. Ia melihat ada beberapa motor dan yang masih terparkir, dan motor Aldo juga masih berada di parkiran.

Tara tersenyum, mungkin saja ia bisa bertemu dengan Aldo. Untuk sekedar melihat wajah Aldo-pun, Tara sudah senang sekali.

Senyum di bibir Tara terbit, ia memandangi hadiah kecil berupa gantungan kunci berbentuk panda, yang diberikan Aldo padanya.

Tara menghentikan langkahnya, ia dapat mendengar suara cukup erotis. Tara melihat gantungan di atas pintu.

XII IPS E

"Ih, jangan...." Tara tahu itu suara seorang cewek.

"Aldo, jangan!" Tara terdiam di tempatnya.

Ia tidak salah dengar kah? Aldo? Hanya ada satu Aldo di sekolahnya ini.

Dengan gugup dan sedikit keberaninan, Tara berjinjit untuk mengintip apa yang ada di balik jendela.

Baru beberapa detik, Tara segera menurunkan kepalanya.

Tara melihat Aldo melingkarkan tangannya di pinggang seorang cewek. Tara tidak melihat wajah cewek itu, karena si cewek membelakanginya.

Dengan kedua bibir mereka yang saling menyatu.

Gila!

Tara mencoba meyakinkan dirinya.

Tara mengintip sekali lagi. Tidak ada yang berubah, cowok tinggi yang sedang berpelukan dengan seorang cewek di dalam kelas kosong itu, memang benar adalah Aldo.

"Masa sih, gue denger gosip sampah. Katanya, lo pacaran sama si babi itu?"

"Tara, maksud kamu?" Itu suara Aldo, Tara bisa mengenalinya. Jelas sekali, itu adalah suara yang selalu Tara sukai.

"Iya, si cewek gendut itu."

"Dia bukan siapa-siapa."

"Beneran?!" tanya sang cewek seakan menuntut penjelasan Aldo lebih jauh.

"Iya, sayang." Suara Aldo begitu manis.

Tara berdiam di tempatnya, ia bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas.

"Aku masih waras, buat suka sama orang kayak dia." Suara Aldo terdengar lagi.

Tiba-tiba kaki Tara lemas, ia berusaha berdiri kembali dengan berpegangan pada tembok.

"Tapi kenapa lo selalu ketemuan sama dia, di taman belakang?"

"Bukan apa-apa, sayang. Tara tuh orangnya pintar banget, dan aku manfaatin dia dari kelas sebelas buat ngerjain semua tugas sekolah, bahkan tugas kamu juga kadang aku suruh dia buat kerjain."

Tara menyandarkan tubuhnya di tembok, ia merasa tergorokannya kering dan udara seolah mencekiknya.

Tara menyesal telah mendengar kebenaran itu.

Bahkan Aldo, satu-satunya orang di sisi Tara. Mendekatinya, hanya untuk mencari keuntungan.

Selama ini, Tara salah.

Aldo sama dengan mereka.

Aldo juga tidak menyukai Tara.

❤❤❤

Tara berada di kamarnya yang sempit dan sumpek, ia menatap pantulan wajahnya di cermin.

Mata Tara bengkak, sejak pulang sekolah, ia tidak henti-hentinya menangisi Aldo.

Kebenaraan yang terungkap membuat Tara lebih terluka.

"Gue suka Aldo, dan Aldo harus suka gue juga." kata Tara pada cermin di depannya.

Tara menyentuh bibirnya, "Aldo harus nyium gue juga karena itu gue harus cantik dan kurus." lanjut Tara dengan tekad bulat.

Semenit kemudian, ia terdiam.

"Tapi gimana caranya?" Tara melemparkan tubuh gendutnya ke atas ranjang, dan berguling-guling ke kanan dan kiri.

Tara menendang-nendang ke udara.

"Apa gue harus oplas aja?" tanya Tara pada angin yang berlalu begitu saja.

"Ahh, mahal. Nggak ada duit!" Tara kesal sendiri.

Ia bangkit dan duduk bersila di atas ranjang. "Iya, gue beli obat diet online aja."

Tara membuka hapenya, mencari-cari di aplikasi toko online.

"Apa gue harus beli semuanya?" tanya Tara lagi, ia benar-benar bingung harus memilih obat apa yang benar-benar bekerja untuknya.

Tara membukatkan matanya.

Kurus dalam 1 hari, obat diet dan terbukti untuk anda. Jadilah kurus dan jadilah seorang putri.

Tara tertarik dengan obat diet dengan merk ajaib tersebut.

"Gue beli yang ini aja deh." Tara menekan tombol beli, lalu membayar dengan saldo pulsanya yang masih tersisa.

"Oke-oke udah beli, dan gue pasti akan kurus. Sekarang beli obat jerawat dan obat putih---"

Tara menatap sang nenek yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

"Ada yang nganterin ini tadi di bawah buat kamu,"

Tara mengambil kotak kecil itu dari tangan neneknya.

"Kok bisa secepat ini?" tanya Tara sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

Tanpa pikir panjang lagi, Tara menuang semua obat itu ke dalam gengaman tangannya.

"Biar lekas kurus, gue harus minum semuanya." kata Tara sambil menatap obat itu lalu memasukannya satu persatu ke dalam mulutnya.

Setelah beberapa menit, Tara berhasil menghabiskan semua isi dari obat tersebut.

"Dan, kenapa gue malah mengantuk?!"

Tara mengambil bantalnya, dan merebahkan kepalanya dengan nyaman.

"Selamat tidur tuan putri." Tara bisa mendengar suara itu dalam tidurnya, namun matanya terlalu berat untuk terbuka.