Di ruang kerja Kara menatap sebuah bingkai foto ketika dia masih bersama dengan Haslan dan menjadi keluarga Wijaya. Dia mulai menutup kedua kelopak matanya perlahan-lahan mengingat sebuah masa lalunya.
Dua puluh dua tahun lalu, Kara menjadi nyonya Haslan. Pada awalnya dia menjalankan sebuah rencana gilanya. Namun dia pernah terlibat dalam suasana tejebak akan sebuah cinta.
Kala itu Kara memang menyukai Haslan hingga dia lupa akan tujuannya. Dia mulai merasakan sebuah rasa putus asa terhebatnya. Dia bahkan menjadi istri di atas kertas saja.
"Kara!"
"Haslan, aku ini istri kamu!" Bentak Kara dengan membawa sebuah pisau.
"Kamu mau bersandiwara apalagi?" Tanya Haslan.
"Kamu tahu aku ini istri kamu, Lan! Kenapa kamu terus mengabaikanku?" Tanya Kara kembali.
"Semua karenamu Kara. Aku kehilangan perempuan yang sangat aku cintai!" Terangnya.
"Lantas aku?" Kara ingin mempertahankan haknya, namun Haslan tidak mengubrisnya sama sekali.