CKLEK! Pintu ruang praktek dokter yang menangani Alina terbuka. Kedua mata Rani terbelalak. Ia melihat seorang pria dengan jas snelli duduk di sana.
"Kamu?" ucap mereka dengan serempak. Keduanya terlihat saling mengenal. Sebuah lengkungan senyuman terlihat sangat jelas di kedua mata mereka.
"Astaga! Jadi kamu ibu dari bayi itu?" tanya Dimas.
"Iya, dia anakku, Dim."
"Silahkan duduk!" Dimas pun mempersilahkan Rani untuk duduk lalu ia pun mulai menjelaskan penyakit hasil diagnosis yang telah dilakukan dengan beberapa tahap pemeriksan.
Mendadak Rani merasakan cukup mati rasa mendengar vonis dari hasil diagnosis yang dilakukan oleh Dimas. Rasa terpukul mendengar sebuah berita buruk. Ia meminta Dimas melakukan apapun asalkan Alina bisa sembuh dan bertumbuh dewasa. Rasa frustasi yang telah dia rasakan bagaikan sebuah cambuk.
"Jadi apa yang harus aku lakukan, Dim?"
"Untuk sementara ini kita akan memberikan obat antibiotik dan perawatan intensif."