"Haslan!"
Haslan tidak peduli dengan panggilan Kara. Ia memilih untuk menuli. Ia terlalu malas untuk berdebat di kala hatinya benar-benar remuk redam. Ia ternyata hanya dimanfaatkan.
Kara terlihat tidak ada rasa bersalah sama sekali. Dia pun mencekal lengan kanan Haslan untuk berhenti. Namun Haslan menepiskannya. "Singkirkan tanganmu!" ucap Haslan penuh penekanan tiap katanya hingga membuat Kara heran.
Kara pun tetap mencengkeram erat lengan kanan Haslan. "Apa salahku, Lan? Aku ini istrimu! Dan aku sedang mengandung anakmu!"
Haslan pun hanya terkekeh, ia melihat wanita yang mengakui sebagai istrinya itu dengan tatapan jijik. Ia sudah tahu dengan semua rencana yang telah Kara buat. Terlebih-lebih ia membuat Haslan harus melepaskan wanita yang dia cintai.
"Lan, apa kamu masih memikirkan wanita jalang itu?!" tanya Kara dengan mendesis. Ia merasa kalau Haslan selalu saja mengabaikan perasaannya. Padahal ada sebuah rasa yang menjebaknya.