Pukul 21.00, Sania sampai rumahnya. Ia pun turun dari mobil Dave.
"Mampir?"
"Nggak usah, San."
"Okay."
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam," Sania pun melambaikan tanggal. "Be careful, Dave!"
Dave pun menyalakan mesin mobilnya kembali. Sedangkan Sania langsung masuk lewat pagar rumahnya. Ia melihat lampu rumahnya menyala. Di sana juga ada mobil.
Sania pun mulai berpikir, "Apa mungkin kak Kila udah pulang?"
Sania pun melangkah masuk. Ia pun mendengar suara deheman, lalu ia pun menoleh ke samping.
"Dimas?"
Dimas hanya meringis, ia pun melipat kedua tangannya. "Dari mana kamu? Masa anak gadis jam segini baru pulang?"
"Bodoh amat! Nggak usah urusin aku!" ketus Sania sambil menabrak bahu Dimas dengan sengaja. Ia berjalan melengos begitu saja.
"Astaga! Punya adek ipar jutek banget!" keluh Dimas. Ia merasa kalau semenjak dia melamar Sakila. Sikap Sania jadi jutek hingga berubah dingin. Ia seakan melihat perubahan drastis Sania yang awalnya supel dan asyik.