Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DUA RAGA SATU CINTA

🇮🇩Ansyah_Ibrahim
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.5k
Views
Synopsis
Alpha &  Rin adalah sepasang kekasih. Hubungan mereka begitu romantis, namun semua itu berubah saat adiknya yang bernama Tania disakiti oleh seorang pria bernama Jaff. Tak terima adik semata wayangnya disakiti oleh seorang pria, Alpha pun berniat membalas dendam. Namun ia sadar bahwa Jaff bukanlah pria biasa dan jika berhadapan secara langsung pasti ia akan kalah. Disuatu malam ia memohon agar bisa menjadi wanita agar bisa membalas dendamnya kepada Jaff. Namun, siapa sangka ucapannya itu menjadi kenyataan. Ia bisa berubah wujud menjadi wanita saat terbenam matahari dan kembali menjadi pria saat matahari terbit.  Namun ada satu hal yang tak boleh dilanggar yaitu "Ia Tidak Boleh Jatuh Cinta" dengan Jaff. Akan tetapi aturan itu pun dilanggar. Sampai pada akhirnya ia terjebak dalam situasi yang semakin kacau. Raga Vani yang ada pada dirinya mempertemukannya dengan masa lalunya. Ternyata Raga Vani adalah sosok wanita yang hilang dari beberapa tahun lalu. Hingga akhirnya Vani tak pernah dipertemukan kembali. Akankah Alpha mampu mengatasi masalah dengan Jaff , serta masa lalu Vani. Episode atau tiap part  akan di upload setiap Sabtu.... dan dimulai pada sabtu 1 Agustus 2020. 
VIEW MORE

Chapter 1 - PART 1 - TENTANG ALPHA

Cinta adalah hal terindah yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Dengannya kita bisa tersenyum, merasakan kebahagiaan dan menjalani hidup ini penuh harapan. Tapi, pernahkah kau berfikir bahwa terkadang cinta juga datang dengan segala resiko yang ada. Bagi ku cinta seperti pisau bermata dua. Disatu sisi ia bisa membuat kita bahagia, tapi terkadang cinta juga bisa membuat kita bimbang dan terluka. Seperti yang aku alami.

Aku dihadapkan pada dua cinta yang berbeda. Cinta yang sama – sama ingin aku miliki. Namun, takdir seolah berkata lain. Aku seolah adalah korban dan pelaku dari kisah cinta ku sendiri. Berkali – kali aku mencoba menghalau, namun cinta itu datang dan seakan tak ingin pergi. Haruskah. Haruskah, aku membiarkan diri ini larut kedalam permainan cinta yang tak berujung.

Jelaskan... Jelaskan pada ku, bagaimana caranya lari dari kenyataan yang begitu pahit. Aku tak ingin menyakiti siapapun. Aku mencintai mereka dan tak ingin melihat mereka menangis hanya karena diri ku. Tapi, bagaimana caranya berlari tanpa meninggalkan jejak. Aku sudah terlalu dalam masuk ke cerita ini.

Aku selalu percaya bahwa takdir Tuhan selalu baik. Tapi kali ini entah mengapa aku begitu bimbang untuk keluar dari jalan cerita ini. Apakah aku terlalu rapuh atau aku memang terlalu takut kehilangan mereka.

Bisakah aku memilih keduanya, tanpa menyakiti salah satu diantaranya. Bisakah aku memiliki keduanya tanpa merasa bersalah karena mempermainkan cintanya. Bisakah aku menjalani sebuah cinta seperti ini. Cinta yang begitu kemelut. Terlalu rancu untuk diartikan, tapi begitu nyata dirasakan..

Ini kisah ku, tentang cinta yang sama namun dalam raga berbeda…

Alpha...

....

Mentari mulai redup, aku masih menunggunya di sebuah warung kopi sembari menyuruput teh hangat buatan Mpok Ijah. Warung kopi ini letaknya tak jauh dari kampus wanita yang aku cintai. Aku biasa menunggunya di warung kopi ini. Selain karena harganya yang ramah dikantong, tempatnya pun juga lumayan nyaman. Meski harga makanannya terbilang murah, namun pemilik warung kopi ini yaitu Mpok Ijah senantiasa menjaga kebersihan serta kenyamanan tempatnya.

Maka tak heran ini menjadi lokasi favorit mahasiswa disekitaran kampus ini. Apalagi Mpok Ijah juga menyediakan Wifi gratis. Tentu hal itu menjadi nilai lebih, utamanya bagi mahasiswa yang harus mengejarkan tugas atau pun sekedar menonton Drakor.

....

Setelah hampir 30 menit, terdengar suara nan merdu yang memanggil nama ku dari kejauhan. Aku tak perlu melihatnya, karena suaranya sudah sangat familiar di telinga ku.

"Alpha, maaf aku telat. Tadi ada sedikit urusan didalam" pintanya dengan memohon. Wajahnya yang begitu lugu, membuat ku tak bisa berkata – kata selain mengiyakan tanpa rasa marah.

Oh ya wanita ini bernama Rin, ia adalah kekasih ku sejak dibangku SMA sampai saat ini. Aku dan Rin sebenarnya sudah mengenal sejak lama. Namun, baru pada masa – masa di SMA lah aku memberanikan diri untuk mendekatinya dan menyatakan perasaan ku. Awalnya Aku ragu. Aku takut jika Rin akan menolak ku. Tapi ternyata aku salah. Ia justru menerima ku dengan begitu tulus.

Kalau dipikir – pikir Aku dan Rin sebenarnya memiliki banyak perbedaan. Mulai dari makanan, genre music, hingga film. Tak jarang terkadang kami menonton film dalam satu waktu sampai dua kali. Satu film kesukaan Rin dan satu film kesukaan Ku. Tapi bukankah itu indah. Bukankah cinta memang semestinya berbeda, ia hadir untuk saling melengkapi bukan saling menghardik.

Aku sangat bahagia bisa menjalin hubungan dengan Rin. Bahkan, kami pun sebenarnya sudah membuat janji. Jika setelah lulus kuliah dan bekerja, kami akan melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius. Aku sangat berharap bisa menjalani kehidupan ini bersamanya. Bukan hanya sebagai sepasang kekasih, tetapi sebagai orang tua dari anak – anak kita nanti.

...

"Hari ini kita kemana?" Tanyanya sembari tersenyum.

"Tidak kemana – mana" Jawab ku dengan datar. Rin lalu mengacuhkan wajahnya. Aku lalu meraih tangannya.

"Ada apa. Apa aku salah mengatakan hal seperti itu?". Rin tetap terdiam, ia seolah sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak aku ketahui.

"Kau kan sudah berjanji pada ku kemarin. Apa jangan – jangan kau lupa ya?". Aku mencoba mengingat – ingat apa yang pernah aku katakan kemarin. Ini adalah salah satu kelemahan ku. Dimana aku terkadang tidak ingat apa yang sudah aku katakan. Hal ini berbanding terbalik dengan Rin yang senantiasa ingat akan segala hal, bahkan hingga hal terkecil pun.

Dengan rasa sangat bersalah aku memohon kepadanya. "Maaf ya. Kalau boleh tahu memangnya aku berkata apa kemarin?" tanya ku. Rin menatap ku dengan sorot mata yang begitu tajam, seakan – akan ia akan menerkam ku. Ia lalu mencubit ku.

"Kau ini ya, selalu saja pelupa. Kau kan sudah janji akan mengajak ku makan es krim di daerah kuningan" sahutnya.

…..

Meski Aku terkadang sering melupakan apa yang telah aku katakan, namun Rin seakan tidak menyerah untuk menerima ku apa adanya. Itulah yang membuat ku semakin bahagia bisa menjali hubungan dengannya. Rin, wanita yang ku cintai sampai kapanpun.

....

KEESOKAN HARINYA…

Hari minggu adalah waktu yang paling tepat untuk bersantai sembari menonton TV. Kapan lagi punya waktu untuk menyendiri dan tidak diganggu oleh orang lain. Disaat aku sedang asyik menonton TV, tiba – tiba saja terdengar suara rintihan. Sepertinya suara tangisan seorang wanita. Aku lalu bergegas keluar kamar dan melihat adiku sedang menangis. Aku mendekatinya.

"Tania, mengapa kau menangis?" tanya ku. Ia mengusap air matanya. Lalu memeluk tubuh ku dengan erat.

"Tolong aku kak" jawab Tania sembari menangis.

"Ada apa Tan?" aku berusaha mengulangi pertanyaan ku.

Sembari menahan tangis Tania menceritakan tentang apa yang ia alami. Meski aku dan Tania adalah kakak dan adik, akan tetapi kami tidak terlalu dekat. Namun, saat ada masalah aku adalah orang pertama yang akan dicari Tania. Seperti halnya saat ini. Dimana ia sedang sakit hati.

" Ha!. Kau berpacaran dengan Jaff?". Aku begitu terkejut saat mendengar jika Tania menjalin hubungan dengan Jaff.

"Ta...Ta...Tapi, bagaimana bisa?" tanya ku. Pala ku mulai pusing tujuh keliling saat mengetahui hal tersebut.

Aku benar - benar tidak mengerti mengapa adik ku bisa berpacaran dengan sosok seperti Jaff. Jikalah aku bisa memilih lebih baik aku bertemu dengan kuntilanak dan gengnya daripada harus berurusan dengan Jaff. Bukan tanpa alasan aku membencinya. Jaff adalah sosok yang begitu menyebalkan, menakutkan dan paling tidak manusiawi. Aku tahu wajahnya memang begitu tampan, tapi tidak dengan hatinya. Bagi ku, Jaff seperti malaikat berjiwa iblis.