Luna dan Aodan kembali ke rumah, sibuk mengurus butik dan menyiapkan gaun demi gaun yang akan Istvan pakai untuk pemotretan.
"Kau sudah mengemasnya?" tanya Luna sambil mengikat tali sepatunya di depan pintu, menatap Aodan yang baru saja berbalik dari mobil.
"Yah, ini yang terakhir." Aodan mengangkat sebuah kotak dengan hati-hati, menunggu Luna selesai mengunci pintu dan mereka naik ke mobil bersama-sama. "Kenapa Istvan mengambil begitu banyak pekerjaan? Dia sudah memiliki segalanya, tapi ia selalu ingin membuat repot orang lain."
Aodan mengeluh, sebenarnya bukan dirinya yang lelah ia keluhkan. Tapi Luna yang sibuk dari waktu ke waktu hanya untuk mengurusi gaun Istvan membuatnya jengkel, sang Naga Hujan tampaknya tidak peduli sama sekali apakah Luna adalah sang Putri di masa lalu, ia memberi Luna pekerjaan secara beruntun dalam sebulan terakhir.