Luna membawa Istvan kembali ke rumah bersama supir yang berwajah datar, ia hampir mati ketakutan ketika melihat Istvan yang terbaring di atas ranjang tidak lagi bergerak, tubuhnya bersimbah darah dan lunglai.
"Istvan … Istvan … apa kau mendengarkan?" Luna bertanya dengan hati-hati, menyeka darah yang berceceran di lehernya, ia tidak bisa menahan tangisnya ketika melihat sosok cantik yang biasanya memukau di atas panggung kini menjadi lemah tidak berdaya di atas ranjang.
Istvan tidak membuka matanya, tubuhnya sudah sedingin es, tidak peduli seberapa tinggi pemanas dibuat dan Luna melapisi selimut demi selimut ke atas tubuhnya, wanita itu berusaha membersihkan darah dari tubuh Istvan dengan handuk basah, tapi tidak semudah itu membuatnya bersih.