Istvan melihat Larson yang berlutut di depannya, wajah laki-laki itu merah padam, antara malu dan kesal.
"Sadar apa kesalahanmu?"
Istvan duduk dengan kaki menyilang di atas kursi kayu dengan ukiran daun di belakangnya, sekilas ia terlihat seperti seorang Ibu yang memarahi putranya yang tidak patuh.
"Aku tidak melakukan apa-apa, kok!" Larson menggertakkan gigi, meski sudah berbulan-bulan menjadi pasangan kontrak Istvan, ia masih merasa tidak nyaman jika ditatap tajam oleh sang Naga Hujan.
"Bukankah aku bilang untuk mengawasi perbatasan? Kenapa kau malah main-main dengan anak gadis yang masih sekolah?!"
Dalam beberapa hari setiap bulan, Larson akan pergi ke perbatasan, untuk memeriksa apakah ada para Naga lain yang masuk ke kota mereka,
Mendengar suara Istvan yang meninggi membuat Larson bergidik, ia mengusap lehernya dan membuang muka.
"Aku hampir berpikir orang yang memelukku di ruang bawah tanah dan yang ada di depanku ini adalah orang yang berbeda."
