Untuk pertama kalinya, Luna mengkhawatirkan seekor kadal hitam yang biasanya ia keluhkan karena menghabiskan waktu dan energinya hanya untuk membuatkannya makanan.
Luna sibuk begitu ia menjalin kerjasama dengan Istvan dan ia secara rutin menyiapkan keperluan sang model, butiknya yang sepi kini perlahan-lahan mulai hidup.
Tapi dibalik itu semua, sudah empat hari Aodan tidak muncul di hadapan Luna.
Luna termenung di depan meja, ia menarik napas dalam-dalam. Padahal hari ini Luna memasak banyak makanan, termasuk daging yang ia keluarkan sengaja dari kulkas dan ia panggang sejak pagi buta, tapi tetap saja Aodan tidak muncul.
Rumahnya berantakan, karena Luna mengira Aodan bersembunyi menghindarinya, Luna hampir membalik dan mengeluarkan semua yang ada di rumah, sekarang rumahnya tidak ada ubahnya seperti kapal pecah yang terhantam badai.
Kali ini bukan karena Aodan yang bersembunyi, tapi Aodan benar-benar pergi, lenyap ditelan bumi.
Luna menjatuhkan kepalanya ke atas meja, mencoba mengingat-ingat, apakah ia sangat kasar pada Aodan di hari itu sampai-sampai si kadal hitam sangat kecewa padanya?
Apakah dia sangat keterlaluan?
Luna meremas kain serbet di atas meja, menatap daging panggang yang masih mengeluarkan uap di depannya, tanpa si kadal hitam, daging ini tidak akan ada artinya.
Luna bangkit dengan gelisah, ia seharusnya tidak menyuruh Aodan untuk pergi, bagaimana kalau Aodan benar-benar menganggap ia diusir dan mencari Babu lain?
Aodan adalah makhluk jadi-jadiaan yang ia panggil ke dunia ini, dia adalah kadal miliknya, siapa yang berminat mengambil miliknya lagi selain Rachel?
Pikiran Luna sudah terlalu kalut, ia tidak bisa berpikir jernih dan tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri, satu-satunya yang terbersit di pikirannya hanyalah Rachel.
Luna merapikan meja makan dan memasukkan semua makanan yang masih utuh ke dalam kulkas, meraih jaketnya dan ia keluar dengan tergesa-gesa.
Ia tahu ikatan konyol apa yang terjadi dengannya dengan Aodan, tapi dia yang memanggil Aodan ke dunia ini, ia yang memberi makan Aodan, ia juga yang menyiapkan segala keperluannya, meski ia agak kasar dan pemarah, tapi bukan berarti ia tidak melakukan apa-apa untuk Aodan kan?
Luna menggertakkan giginya penuh kemarahan, kedua alisnya saling bertaut dan ia membanting pintu dengan keras.
"Luna! Apa yang terjadi? Kenapa kau …."
"Diam!"
Bibi Hanah yang sedang menyiram tanaman tersentak kaget, menjatuhkan embernya ke atas tanah dan melongo melihat wajah muram Luna.
Baru kali ini melihat wajah tetangganya sejelek itu, bahkan di hari perceraiannya dengan Gerald, Luna masih bisa mengendalikan wajahnya.
Luna berjalan keluar dari rumahnya dan memanggil taksi dengan tidak sabar, mengabaikan tatapan heran para tetangganya, ia tidak tahu harus ke mana mencari Aodan, tapi ia tahu kemana melampiaskan amarah yang tepat.
Rachel.
Entah angin keberuntungan atau kesialan saat ini sedang berpihak pada Luna, dengan cepat Luna dapat menemukan Rachel di studio sang model, Rachel baru saja menyelesaikan pemotretan dan ia melihat Luna.
"Aku ada keperluan sebentar, kalian bisa keluar."
Beberapa orang tahu tentang apa yang terjadi antara Luna dan Rachel, mereka tanpa banyak bicara keluar dari ruangan dan meninggalkan mereka berdua.
"Apa yang kau la …."
"Di mana Aodan?" potong Luna dengan cepat.
Rachel terdiam sebentar, memiringkan kepalanya dengan bingung. "Laki-laki bayaranmu?"
PLAK!
Luna menampar Rachel tanpa basa-basi, ia kemudian mendorong sang model ke dinding.
"Apa yang kau lakukan?!" Rachel yang menerima perlakukan kasar mendadak dari Luna kaget, sesaat mereka berdua terlibat dalam aksi dorong mendorong. "Kau jadi gila hanya dicampakkan oleh seorang laki-laki bayaran?!"
"Aodan bukan laki-laki bayaran!"
Dia seekor kadal yang biasa dibayar dengan daging.
"Kau pasti telah memberinya daging kan? Jujur saja, atau aku akan menarik rambutmu!"
"Daging? Daging apa? Kau benar-benar gila!"
Luna emosi, begitu pula dengan Rachel. Suara benda jatuh saat mereka menabrak meja dan tidak ayal menarik perhatian orang-orang di luar sana.
"Nona Rachel, anda baik-baik saja?"
BRAK!
Lemari yang berisi beberapa piala dan piagam penghargaan milik Rachel bergoyang, Luna terhempas ke dinding lemari bersamaan dengan tangan Rachel.
"Kuberi tahu satu hal, aku tidak kenal siapa Aodanmu itu!"
Rachel merasakan rambutnya ditarik dengan keras oleh Luna, ia merasakan jantungnya tiba-tiba berdegup dengan cepat.
Luna yang ia kenal tidak akan berani melakukan hal mengerikan seperti ini, bahkan ketika ia terang-terangan melakukan perselingkuhan dengan Gerald, Luna hanya diam.
Sehebat apakah seorang Aodan sampai Luna berani ….
Berani menjambak rambutnya?!
"Luna!" Rachel menjerit, ia hampir merasakan rambutnya lepas satu persatu dari tangan Luna. "Hentikan, kau wanita sialan!"
"Kau yang sialan! Kembalikan Aodan!"
Luna sudah gelap mata, ia menyeret Rachel ke dinding dan tarikanya sama sekali tidak mengendur, seolah semua kemarahan yang selama ini dipendam Luna untuk Rachel telah keluar semua.
"Persetan, kau yang menyerangku lebih dulu! Jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar!"
Rachel mengaitkan kakinya ke kaki Luna dan Luna hampir terjatuh, sang model sepertinya tidak peduli dengan reputasinya, ia balas menyerang Luna.
BRAK!
Suara gaduh terdengar sekali lagi dan membuat orang–orang diluar menjadi khawatir, mereka mengira-ngira apakah mereka saat ini tengah bertengkar hebat karena Gerald dan merasa sedikit bersyukur karena tidak ada wartawan gosip di sekitar sini.
"Nona Rachel, apakah anda ingin kami masuk?" sang Asisten bertanya dengan cemas, ia berkali-kali memutar kenop pintu dan itu terkunci. "Kami akan mencari kunci cadangan."
"Sialan! Jangan ada yang masuk!" teriak Rachel dengan parau, diikuti dengan suara erangan di dalam.
Rachel dalam keadaan yang kacau, rambutnya berantakan dan beberapa rontok ke atas lantai, tidak ada yang boleh melihatnya dalam keadaan seperti ini.
"Masuk saja! Biar mereka lihat seberapa buruk penampilanmu!" Luna menyeringai, tepat sebelum Rachel mengayunkan kukunya yang panjang ke wajah Luna.
"Kau konyol! Kau hanya mencari alasan berkelahi denganku, kan?! Biar kuberitahu, Gerald adalah milikku saat ini!"
"Aku tidak peduli!" Luna menyentuh pipinya yang dicakar oleh Rachel, ia mendengkus dan segera meraih lengan Rachel, berniat mencakarnya balik.
Suara gaduh terdengar lagi dan kali ini disertai dengan berbagai umpatan dari mulut dua wanita itu, orang-orang diluar sana bahkan terkejut dengan apa yang mereka dengar, terutama dari mulut Rachel.
"Ini tidak bisa dibiarkan, aku … aku … harus menghubungi Tuan Gerald." Sang Asisten sedikit gemetar meraih ponsel di sakunya, dengan cepat menghubungi Gerald.
Mereka semua mengira, pertengkaran Luna dan Rachel berdasarkan Gerald hingga sang asisten dengan putus asa menghubungi Tuan dari keluarga Alberth itu untuk segera datang dan melerai.
Tapi tidak ada yang tahu bahwa ….
Pertengkaran itu hanya karena seekor kadal.