Young Min's POV
Keyakinanku semakin besar tentang hubungan pria bernama Jung Woo dan In Su setelah dia mengajakku berbicara di tangga beberapa saat lalu.
"Baiklah, aku akan menunggu darimu. Dan bisakah kau merahasikannya pada member yang lain?"
"Umm, baiklah. Jangan khawatir."
"Kau tidak marah padaku?" Tanyanya lagi.
"Mengapa aku harus marah?"
"Kau tau kan ini hubungan pria dengan pria." Jelasnya dengan sedikit ragu - ragu.
Aku tersenyum padanya, aku adalah orang yang cukup terbuka mengenai hal itu karena beberapa dari temanku juga sama dengannya.
"Itu tidak masalah bagiku. Aku mengerti hal itu, karena ada beberapa temanku yang juga sama sepertimu. Jangan khawatir."
"Jika kau keberatan untuk sekamar denganku, aku bisa pindah ke kamar Tay." Katanya.
"Santai saja, kau tak perlu begitu. Ayo pergi, kita sudah harus kembali sekarang." In Su berjalan dibelakangku saat kami kembali ke mobil.
Aku senang dia jujur padaku mengenai hal itu, karena tidak semua orang berani mengakuinya. Namun yang terpenting adalah aku ingin dia tau bahwa aku benar - benar tidak mempermasalahkan hal itu, karena itu bukan sebuah kesalahan.
Kami masuk ke mobil untuk kembali ke dorm.
"Kalian dari mana saja?" Tay bertanya.
"Oh, aku meninggalkan ponselku di suatu tempat dan meminta In Su membantuku mencarinya." Aku membuat sebuah alasan dan In Su hanya mengangguk.
"Junior sepertinya sakit, saat dia datang wajahnya pucat dan langsung tidur." Aku menatap maknae kami yang biasanya berisik, namun kali ini dia hanya diam dengan wajah pucatnya.
Aku meminta staff mengantarku dan Junior ke klinik sebelum menurunkan member yang lain di dorm.
"Badanmu tidak terlalu panas tapi kau sangat pucat. Apa ada bagian tubuh lainnya yang sakit?" Tanyaku yang kini duduk menunggu antrian pemeriksaan.
Junior hanya menggeleng, dilihat dari matanya aku rasa dia sempat menangis. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Junior kelelahan dan butuh istirahat penuh selama 2 hari. Kami akhirnya kembali ke dorm setelah menukar resep obat.
Junior masih tidak berbicara apapun. Dia hanya sesekali tertidur di bahuku saat dalam perjalanan pulang. Manager kami menyiapkan bubur untuknya dan aku memastikannya beristirahat dengan baik.
"Apa dia baik - baik saja?" Yohan mengajakku keluar kamar untuk berbicara.
"Dokter bilang dia kelelahan. Kemungkinan besar juga efek jetlag karena jadwalnya di New York." Kataku.
Yohan mengangguk dan menatap Junior yang sedang minum obat dibantu manager kami.
"Perhatikan dia untuk dua hari kedepan. Dia benar - benar harus istirahat penuh. Aku minta tolong padamu."
"Oke hyung."
Semua member bergantian mendatangiku untuk bertanya keadaan Junior dan aku hanya meminta mereka untuk memberikan ruang pada Junior agar dia bisa beristirahat dengan baik.
//
Kami harus menyelesaikan beberapa jadwal pribadi sebelum fokus mempersiapkan diri untuk world tour yang akan datang.
Junior juga sudah kembali menjadi anak singa kami yang lucu dan ceria. Dia sudah mulai ribut lagi dengan Tay dan In Su yang juga membuat Yohan kesal padanya.
Acara di salah satu stasiun TV swasta hari adalah jadwal terakhir kami sebelum besok kami sudah kembali untuk latihan. Sebelum itu, aku dan Yohan harus mampir ke agency terlebih dahulu karena PD nim memanggil kami ke kantor untuk bertemunya.
"Hyung, bolehkah kita ke kantin dulu? Aku hanya makan roti saat sarapan tadi." Pinta Yohan yang membuat kami pergi ke kantin agency.
Kantin ini sebenarnya lebih terlihat seperti kafe namun cukup besar. Beberapa artis dan musisi dari agency kami juga sering berada disini, jadi saat kami datang kami menyapa beberapa sunbae terlebih dahulu.
"Hyung mau pesan apa? Biar aku pesankan untukmu."
"Aku melihat menu of the day sepertinya enak. Pesankan 1 porsi untukku dan air putih." Kataku.
"Umm, baiklah." Yohan berjalan menuju kounter lalu tiba -tiba dengan cepat dia berbalik dan duduk di sebelahku.
"Ada apa?"
"Hyung, maafkan aku, bisakah kau pergi untuk memesan makanan?" Dia terlihat seperti sedang bersembunyi dari seseorang. Dia bahkan tidak berani menoleh ke arah belakang
"Memangnya kenapa?"
"Gadis di kasir itu.." aku menoleh ke belakang dan melihat gadis berseragam biru tua yang sedang melayani salah satu customer.
"Kenapa dengan gadis itu?"
"Ceritanya panjang, hyung. Aku akan cerita saat kita makan, tapi bisakah kau memesannya dulu? Aku sangat lapar. Aku pesan menu yang sama denganmu." Aku mengiyakan permintaanya.
//
"Jadi apa yang terjadi diantara kalian?" Aku bertanya saat kami menyantap makanan.
"Aku bertemu dengannya di Bali."
"Lalu kenapa kau seperti bersembunyi darinya? Apa kau?" Kata - kataku membuat Yohan menatap ke arahku.
"Apa kau tidur dengannya?" Tanyaku pelan.
Tak!
"Ah!" ucapku yang seketika memegangi kepalaku. Bukan jawaban yang aku dapat tapi sebuah pukulan di kepalaku.
"Bagaimana bisa hyung bertanya seperti itu padaku?" Protesnya.
"Aku hanya menebak.." Kataku yang masih meringis kesakitan.
"Memangnya aku terlihat seperti pria yang melakukan hal seperti itu?" Aku hanya mengangguk.
"Hyung!" Dia berteriak sekarang dan semua orang melihat ke arah kami.
"Bodoh! Kenapa kau berteriak?" Kataku. Kami mencoba bersikap biasa dan mengabaikan pandangan orang - orang.
"Aku bertemu dengannya saat dia membuat mural pada tembok di sisi jalan. Aku hanya melihat hasil karyanya yang unik itu tapi ternyata ada orang sekitar yang melihatnya dan ingin menangkap kami karena itu melanggar aturan disana. Itu membuat kami bersembunyi bersama dan sempat mengobrol sedikit setelahnya."
"Hmm mengobrol sedikit." Aku menekankan suaraku.
"Hyung, serius aku tidak melakukan apapun padanya. Aku bahkan tidak tau namanya."
"Jiyeon."
"Ah?"
"Namanya Jiyeon, Im Jiyeon. Sepertinya dia paruh waktu disini."
"Kenapa hyung memberitahuku? Aku bahkan tidak bertanya."
Dia masih mencoba menjaga image coolnya sekarang tapi aku tau dia juga senang mengetahuinya. Aku hanya tersenyum melihat versi dirinya yang sekarang.
"Kau bisa mengabaikan hal itu jika menurutmu tidak penting." Kataku.
Aku kini melihat Yohan kami yang dingin menjadi tersipu malu karena gadis berambut cokelat itu.
//
Beberapa bulan telah berlalu dengan persiapan panjang world tour kami. Konser pembuka di Seoul juga sukses besar dari segi acara dan penjualan tiket. Kami juga sempat membaca beberapa komentar fans yang mengatakan sangat puas dengan penampilan kami dan para member juga terlihat sangat menikmati malam itu bersama Moonlight.
Esoknya kami langsung berangkat ke kota selanjutnya yaitu Tokyo. Selain Tokyo, Osaka juga menjadi kota yang akan kami kunjungi kali ini, jadi kami akan berada di Jepang selama 5 hari.
"Kau duduk disini?" Tanya In Su padaku saat aku duduk disebelahnya. Kami sudah berada di pesawat untuk penerbangan ke Jepang.
"Umm, manager nim duduk bersama Junior, dia terkena flu. Jadi dia memintaku duduk disini."
"Umm"
Kami tak banyak bicara karena aku sangat lelah dan kurang tidur setelah konser pertama kami. Jadi aku hanya memasang airpods dan memejamkan mata. Saat pesawat take off, aku melirik ke arah In Su yang terlihat gugup dan terus memegang kedua tangannya. Lalu aku menarik tangannya dan memegangnya erat yang membuatnya seketika menatap ke arahku.
"Pegang saja tanganku agar kau tak gugup." Kataku yang masih menutup mataku untuk mencoba tidur.
Saat turbulensi terjadi, genggamannya semakin erat pada tanganku. Aku membuka mata untuk melihat keadaannya. Dia terlihat begitu takut dan memejamkan matanya. Aku menarik tubuhnya agar dia bisa bersandar di lenganku.
"Anggap saja kau sedang memeluk bantal atau ibumu sekarang." Kataku padanya.
May, 05 2020
PV
Dont forget to vote!
Hope you like the story