suasana malam yang dingin di daerah pengunungan harusnya menjadi momentum yang baik untuk beristirahat, tapi tidak untuk Arisa malam ini. Meskipun teman-temannya sebagian yang lain terlalu gembira melihat uap yang keluar dari mulut mereka karena suhu yang terlampau sejuk ataupun yang lain sedang sibuk bersenda gurau di dalam rumah yang kami inap sekelas, Arisa harus sibuk dengan jagung rebus yang masih dalam proses.
" Merebus bukan hal sulit, yang sulit adalah menjaga api ini tetap menyala sampai jagung ini matang'' Ujar Arisa sambil menatap beberapa orang yang terlihat berbincang dari dalam rumah.
kemudian mendengus dan merapatkan dirinya ke api biar terasa lebih hangat.
kegiatan sekelas ini adalah rencana sosialisasi kepada anak-anak desa yang kurang perhatian, meski alasan utama sebenarnya tetaplah jalan-jalan.
" kenapa Bu Ros tak mengatur tugas kegiatan makan rebus jagung ini biar lancar" keluh Arisa sambil meringkuk
Arisa mendongak melihat langit yang tak cerah. Malam yang mendung.
krek bunyi datang dari belakang, membuat Arisa mencari sumber suara, setelah menyadari siapa yang datang spontan Arisa menarik garis senyum di wajahnya. Seorang laki-laki yang satu eskul dengannya.
" oh, kau Zul" Arisa sedikit senang ada yang menengoknya
Zulen kemudian duduk sedikit jauh dari posisi Arisa. Melihat Zulen yang sudah duduk Arisa pun menyahut.
" Mereka yang di dalam sedang apa?" Arisa menanyakan pertanyaan yang dia tau jawabannya
Zulen menoleh ke arah Arisa yang sedang memasukan kayu bakar agar api tetap menyala.
" kau taulah mereka sedang main kartu dan ngobrol'' Zulen mendekatkan beberapa kayu ke arah Arisa.
" ....."
Zulen memberi isyarat kepada Arisa untuk duduk saja , agar dirinya yang menjaga api.
''kau ini coba saja baik begini ke orang lain'' ujar Arisa dalam hati.
Arisa menghela napas , orang yang disampingnya itu sungguh unik dan selalu membuat dirinya penasaran. Pasalnya dia sungguh berbakat dalam menggambar, pandai dalam membaca puisi, juga pintar berbahasa Inggris, tapi aneh orang sekelas banyak tak suka dan meremehkan dan kadang tak takut menghina dirinya. Mungkin karena cara berbicara yang tak jelas dan suka menggerakkan tangan ataupun anggota tubuhnya ketika menjelaskan sesuatu terasa aneh.
Bagiku itu tidak aneh, itu bentuk mengekpresikan diri. Dia bukanlah orang yang kurang ajar, dia tau adab dan tau bagaimana bersikap. Ah kadang membenci tau perlu alasan.
Arisa menoleh ke arah Zulen secara hati-hati. Melihat cowok itu dari kaki sampai kepalanya. melihat wajahnya dan menatap lebih dalam ke rambutnya yang ikal dan semakin indah berkat warnanya yang kecoklatan. lengannya yang langsing, dan kakinya yang kurus.
Tiba-tiba Arisa merasa malu karena perbuatannya, sehingga menepuk-nepuk wajahnya secara pelan.
'' Arisa''
suara panggilan tiba-tiba dari arah belakang membuat Arisa dan Zulen spontan kaget
'' uwah!'' reaksi normal saat kaget
wajah Uchiwa yang dihiasi kernyitan pada alisnya yang indah membuat keduanya merasa malu.
'' kenapa kaget coba? '' cibir Uchi pada mereka berdua
'' Chi! Kau.... ya ampun nggak bisa apa kasih sinyal kalau muncul, bisa mati kaget aku'' gerutu Arisa sambil menenangkan jantungnya yang berisik entah karena kaget atau karena hal yang lain . Uchiwa melirik kearah Zulen namun akhirnya tak menyapanya.
'' ..... gimana jagungnya?'' Uchi duduk ditengah diantara mereka.
" oh, belum matang , mungkin bentar lagi'' Arisa membuka tutup panci ukuran besar itu. Rebusan jagung itu cukup banyak, kira-kira cukuplah untuk anak sekelas yang berjumlah 32 orang.
Arisa menyadari api mulai mengecil
'' Zulen, tambah kayunya'' perintah Arisa
Zulen menurut tapi tak menjawab perintah Arisa itu. Uchiwa juga tak berkata apapun. Apa ini pikir Arisa? Tiba-tiba terasa canggung. Aku harus cari pembahasan.
" A.. Aku jadi ingat ketika kita membuat rekaman suara untuk fantonim dulu'' tiba-tiba bahasan itu keluar sendiri dari mulutku
Wajah Zulen memerah, dan Uchiwa pun mulai tertawa.
"Ah, bapak penjaga sekolah sangat menyeramkan saat itu'' Zulen menutup atas kepalanya seakan-akan hal itu bisa melindunginya dari trauma memalukan itu.
Uchiwa masih tertawa, lalu berkata-kata
" kalau dipikir-pikir wajar saja bapak itu marah, kau banting pintu aula berulang kali saat dia mau tidur"
'' aku melakukan itu demi pentas kita tau''
Elak Zulen dengan memasang wajah orang yang sedang berdalih.
tiba-tiba Zulen berdiri dan mulai menirukan kemarahan bapak penjaga saat itu. Uchiwa dan Arisa langsung mengerti dan memberi kode agar Zulen memulai aktingnya.
'' Duar!" ujar mereka berdua kompak
....
Dentuman keras membuat orang berlarian mencari sumber suara.
" Panggil ambulan! gadis ini tak sadarkan diri''
"Apa yang terjadi?'' sahut seseorang penasaran
" Ada korban tabrak lari kayaknya'' seseorang menjawab tanpa mengetahui siapa yang bertanya
Beberapa orang panik dan beberapa orang tak peduli hanya lewat begitu saja. Tak lama kemudian ambulan datang sehingga dengan sigap para perawat melakukan tindakan pertolongan pertama pada gadis itu.
beberapa orang membereskan benda-benda yang berhamburan dari tas gadis itu lalu kembali memasukannya dalam tas dan memberikan tas tersebut pada pihak ambulan.
" siapa nama korban?" tanya salah satu dari mereka yang ada dalam ambulan''
" Arisa Azhari, 19 tahun asal kota HiangKep"
jawab seseorang yang memegang tas milik gadis itu.
....
setelah Zullen selesai mempraktikkan tiruan penjaga sekolah yang marah dengan sempurna mereka bertiga tak bisa menahan tawa lagi.
Arisa merasa hangat pada hatinya melihat kedua orang itu tertawa riang.
'' laki-laki itu menyukai gadis itu, dan gadis ini menyimpan rasa kagum pada laki-laki itu''
ujar api dengan diamnya