Kamipun melanjutkan perjalanan kami mengitari kota. Ini aneh karena peri yang lain terbang, sementara kami berjalan. Hingga akhirnya, mentari sudah perlahan tenggelam, hari sudah mulai gelap. Aku tidak menemukan informasi yang berarti, tetapi setidaknya aku tahu masalah negeri ini, selintas aku berpikir ini ada kaitannya dengan organisasi ilmuwan gila itu, tetapi bagaimana? Jika iya, kehebatan mereka sudah diluar nalar sehingga dapat menciptakan masalah seperti ini. Kurasa aku perlu mencari tahu lebih dalam, sambil menunggu Kakakku datang menjemput.
Esok hari pun tiba, dan kami berdua masih melakukan hal yang serupa. Yaitu mengitari kota dengan maksud untuk mencari informasi tentang Yellow. Sampai detik ini pun, aku masih belum mendapatkan satu pun pertanda bahwa Kakakku akan kemari.
"Yuuna, kau jangan berlari terlalu jauh! Aku tidak bisa mengejarmu! " seperti biasa Yuuna selalu bersemangat. Ah, ada-ada saja anak itu, membuatku repot saja, dan sekarang aku harus mengejarnya. Ya ampun, dimana dia! Aku pun mulai berlari kecil mencari Yuuna yang perlahan menghilang dari jangkauanku. Tak kusangka peri kecil itu bisa berlari begitu cepat.
"Yuuna! Dimana kau?!" aku berlari sembari menengok kanan kiri mencari anak riang itu, dan tak sengaja aku menabrak seorang pria tinggi di depanku.
"Ah! Maaf tuan! Aku tidak sengaja!" aku mengatakannya dengan tersipu sekaligus tergesa.
"Tidak mengapa!" jawaban pria itu tersenyum manis.
Oh tidak! Jika dilihat lagi dia begitu tampan. Berambut pirang, mata biru, mengenakan baju jirah mewah dengan aksen silver merah.
"Kau terlihat terburu-buru! Kau mau menuju kemana, nona?".
"Ah! Tidak! Aku hanya sedang mengitari kota bersama adikku. Namun, sekarang aku kehilangannya, dia berlari terlalu cepat!" jawabanku terbata.
"Oh begitu, jika kau tidak keberatan, aku bisa membantumu mencarinya! Kebetulan aku sedang patroli!" jawab pria itu percaya diri.
Patroli? Apakah dia seorang polisi kerajaan? Atau pasukan militer yang dimaksud Yuuna kemarin? Dilihat dari mana pun, pria ini terlihat begitu ramah, dan sangat tampan. Sulit untukku menolak tawarannya.
"Baiklah, jika kau tidak keberatan," aku tersipu dan mengalihkan pandanganku.
Pada akhirnya, kami pun berjalan berdua mengitari taman kota, mencari Yuuna yang dari tadi hilang entah kemana. Pandanganku masih lurus kebawah, tidak berani menatap wajahnya yang tampan karena malu yang luar biasa.
Setelah beberapa waktu, di persimpangan sudut kota, akhirnya kami menemukan anak rewel itu.
"Ah! Itu Yuuna! Yuuunaaaaa!" reaksiku spontan berlari menghampirinya. Pria berjirah mewah itupun masih menemaniku. Ternyata, anak rewel itu tengah ceria berada di toko permen, syukurlah kami dapat menemukannya dalam waktu yang singkat.
"Kak Chiikaaa! Kemari! Disini banyak sekali permen!" balasnya nampak tak merasa bersalah sedikitpun.
"Yuuna! Kau ini! Membuatku khawatir saja!" kataku kesal.
"Kak Chika! Orang di belakang itu..." ekspresinya takjub.
"Kenapa?!"
"Dia... Dia... Pangeran kedua kerajaan peri! Pangeran Allen!"
"Haha! Tak perlu seheboh itu, dek! Aku hanya peri biasa sama sepertimu!"
"Tidak salah lagi! Dia pangeran idolaku! Bagaimana Tuan Pangeran bisa bersama Kak Chika?! " reaksi Chika semakin histeris.
"Aku hanya kebetulan saja bertemu dengan rakyatku yang kesusahan saat aku Patroli. Aku menolongnya!"
Aku speechless, tak kusangka pria yang dari tadi bersamaku ternyata adalah seorang pangeran kerajaan. Aku kebingungan harus berbuat apa, dan sekarang aku tahu alasan mengapa semua rakyat suka padanya, pria yang satu ini memang murni baik.
***
Aku sudah siap. Kurasa tidak buruk juga aku tersasar dulu di dunia ini. Berkat The Cream, aku tahu banyak informasi tentang Yellow Scientist, meskipun mereka di analogikan melalui dongeng anak-anak, tetapi nama-nama tokoh dewa dan tugasnya tertulis jelas di buku itu, yang mana para dewa adalah Yellow itu sendiri, yang masih menjadi misteri adalah siapa pahlawan yang dimaksud dalam dongeng ini. Yang jelas, sekarang petunjuk besar ini sudah ada di tanganku. Dan sekarang, aku sudah siap berpindah dimensi.
Seperti rencana awalku yang jahat, aku langsung kabur dan tidak membayar biaya penginapan, dengan menekan tombol pada Helmet di kamar ini, seharusnya tidak ada yang menyadari aku sudah hilang dari dunia ini. Baiklah, kurasa mentalku sudah siap untuk terjun kembali dari langit itu. Dengan menghitung mundur sampai tiga, aku menekan tombolnya.
.
.
.
Ah! Tempat ini lagi! Awan empuk yang akan membuatmu terjatuh dari ketinggian yang tidak masuk akal. Sebelum menunggu awan ini bocor, sebaiknya aku melompat duluan saja, aku benci basa-basi ini.
Oke, aku buka mataku, dan aku tahu aku berada dalam ketinggian yang tidak masuk akal, dan tekanan angin yang berlebihan. Oh, Morgan! Mengapa engkau menciptakan sistem perpindahan yang begitu buruk.
Di bawahku sudah ada kota yang sepertinya mengambil tema abad pertengahan, dari atas sini sudah terlihat nuansa gothic yang hitam dan tenang.
Tunggu dulu! Ini bukan The Green!
Tak terasa, aku mendarat di permukaan dunia ini dengan hantaman keras, karenanya kesadaranku perlahan memudar.
***
Semenjak hari itu, Yuuna selalu ingin bertemu dengan pangeran itu lagi, dan kami tahu dia selalu Patroli di hari luangnya. Ini mungkin terdengar aneh, tapi kami sudah beberapa kali bertemu dengan pangeran. Hanya sekedar untuk menyapa, bertanya banyak hal, bahkan untuk membantunya Patroli keliling kota.
Ini menyenangkan, sekaligus menyeramkan. Menyeramkan untuk mengetahui fakta bahwa Kakakku belum juga tiba. Aku sangat khawatir padanya, mengingat bahwa Helmet-ku tidak berfungsi dengan baik. Aku ketakutan jika dia mengalami hal yang sama, atau bahkan lebih parah. Yang jelas, hari-hariku saat ini dipenuhi dengan indahnya hijau, berpatroli bersama pangeran tampan, berlatih terbang saat jam luang bersama Yuuna. Seharusnya ini menjadi keseharian yang ideal, tetapi tetap saja pria maniak laptop itu terbang terus menerus dalam pikiranku.
"Chika, Yuuna! Bagaimana jika hari ini aku mengunjungi rumah kalian?!".
"Heh?! Hari ini?!" reaksiku belum siap.
"Ayooo kita main di rumahku! Ayah dan Ibu pasti senang sekali kedatangan Tuan Pangeran!" reaksi Yuuna riang.
"Baiklah, sudah dipastikan! Ayo kita berangkat kesana!".
Oh tidak, ini bukan normal lagi! Seorang pangeran datang mengunjungi rumah rakyatnya. Kepeduliannya kepada rakyat terlalu berlebihan. Andaikan, pemerintah di Negeriku memiliki kepedulian yang sama dengan pria pirang ini.
Sepanjang perjalanan, Yuuna sudah antusias menceritakan betapa baik Ayah dan Ibunya, gadis kecil ini memang selalu riang sepanjang waktu. Kadang sikapnya yang seperti itu membuatku kerepotan, tetapi mau bagaimanapun, gadis yang merepotkan ini adalah guru yang mengajariku terbang perlahan, sembari tidak memberi tahu kepada siapapun bahwa aku gadis yang tidak bisa terbang.
"Baiklah, mari kita masuk!" Yuuna masih bersemangat.
Gadis riang itu membuka pintu dengan amat bergairah.
"Ayah, Ibu! Aku pulang!".
"Oh, Yuuna! Tumben sekali kau dan Chika pulang secepat ini!" Ibu menanggapi kami ramah.
"Tunggu dulu! Orang di belakang kalian itu... Pangeran Kerajaan?!" reaksi Ibu histeris bukan main.
"Halo, senang bisa bertemu dengan kalian!" balas Pangeran Allen berbalik ramah.
Ayah Yuuna pun keluar dari kamarnya, dan bereaksi histeris juga. Situasi macam apa ini, satu keluarga begitu kaget melihat sang pangeran mengunjungi rumah mereka. Yuuna hanya tersenyum tanpa henti. Bagaimana tidak, pangeran yang selama ini dia idolakan, sekarang berada di rumahnya.
"Duduklah terlebih dahulu, biarkan kami menyiapkan makanan untukmu, Tuan!" kata Ibu gugup.
"Ah! Tidak perlu repot-repot, Bu! Aku hanya datang berkunjung saja!" balas Pangeran santun.
"Biarlah! Suatu kehormatan bagi kami bisa menyiapkan makanan untuk Tuan Pangeran! " Ayah dan Ibu Yuuna mulai bersemangat. Memang, satu keluarga ini memiliki sifat yang terlihat sama.
Akhirnya, kami bertiga pun beristirahat di ruang tamu, sembari menunggu hidangan yang sedang disiapkan. Kami bertiga pun banyak berbasa-basi, mengobrol hangat dan tertawa. Ini pemandangan unik bagiku, melihat Seorang pangeran kerajaan bisa terbahak bersama dengan rakyat kecil di rumah rakyatnya.
Hingga akhirnya
"Ah! Helm itu terlihat menarik" dia menunjuk ke Helmet di sudut ruangan.
Spontan Yuuna dengan semangat membara mengambilkan Helmet itu, dan memberikannya ke Pangeran Allen.
Biarlah, pikirku. Karena Helmet itu tidak berfungsi lagi. Jika dia menekan tombolnya, aku yakin tidak terjadi apa-apa. Lalu Pangeranpun dengan rasa penasarannya mengenakan Helmet.
"Bentuknya sangat asing! Dan banyak tombol, ini sangat menarik!" reaksi pangeran sembari mengenakan Helmet. Perlahan dia tekan tombolnya satu-persatu.
Awalnya kupikir tidak akan terjadi apa-apa. Namun, setelah dia tekan tombolnya, terjadi sesuatu yang membuat kami semua kaget luar biasa.
"Kak Chika?! Apa yang terjadi dengan pangeran?! Dari tadi dia hanya diam mematung setelah menekan tombolnya?!" Yuuna mulai terlihat panik, begitupun aku.
Tak lama setelah ia diam mematung, tiba-tiba dia terjatuh pingsan, menghantam lantai dengan keras. Akibatnya, kami semua panik, dan langsung berusaha menyadarkannya.
***
"Akhirnya kau bangun ya, pemuda asing!" suara pria tua terdengar lirih dalam telingaku, di barengi dengan suara api yang sepertinya berasal dari pembakaran cerobong asap.
"Sakit sekali! Dimana aku?!" tanyaku terbata.
"Tenang saja, kau aku temukan di jurang samping rumahku. Ya ampun, kenapa aku harus mengalami hal ini lagi!" logatnya ngapak.
Perlahan aku berusaha untuk duduk.
"Mengalami hal yang sama?!" tanyaku.
"Ya, beberapa bulan yang lalu, ada pria malang yang aku temukan di jurang yang sama denganmu. Dan aku menyelamatkannya. Sekarang, aku melakukan hal yang sama seperti waktu itu!" jawabannya sembari menyiapkan teh.
"Minumlah teh ini terlebih dahulu, ini akan membuatmu sedikit tenang!".
Tanpa ragu, aku pun meminum teh hangat dari Kakek ngapak ini.
"Siapa namamu, pemuda asing?".
"Namaku Theo! Terima kasih telah menyelamatkanku, Kek!".
"Orang-orang memanggilku dengan sebutan pak Roman! Kau bisa memanggilku dengan sebutan itu!" balas Kakek itu dengan logat ngapaknya.
***
"Ah! Dia bangun!". Yuuna ceria kembali.
Pangeran sudah di kelilingi oleh kami semua. Bagaimana tidak, orang penting di Negeri ini pingsan begitu saja di rumah rakyatnya, tentu saja ini membuat kami panik. Yuuna pun dibuat sangat murung beberapa saat. Dan sekarang, syukurlah dia sudah siuman.
"Apa kau baik-baik saja, Tuan Pangeran?!".
Tiba-tiba Pangeran Allen mengatakan sebuah kalimat dengan terbata-bata, yang membuat pikiranku berputar lebih cepat.
"Selamatkan Negeri ini! Morgan dan Yellow mempunyai rencana yang sangat jahat!".
***