Chereads / Dewi Jamba Ratih / Chapter 1 - Babat Mahabrata Jawa

Dewi Jamba Ratih

Valentia_Regita
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Babat Mahabrata Jawa

Udara diluar masih sangat dingin akan tetapi sang surya telah menampakan dirinya, ayam jantan pun sudah berkokok dengan kencangnya menganggu tidurku yang hanya baru sebentar.

Drrtt... drrtt... drrrtttt....

Tanganku yang berat ku usahakan meraih ponsel yang bergetar, alaram pagi ku sudah menyala.

Ku geser tombol abaikan dan kembali tidur sebentar, tapi seperti ada sesuatu yang meloncat dari dalam pemikiran ku untuk segerah bangun, ya hari ini aku ada kuliah.

Aku mengutuk dosen yang membuat jadwal yang diharuskan masuk pada jam 8 pagi. Padahal malamnya aku harus bergadang untuk menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan hari ini juga.

Ya Allah apa ini yang dinamakan siksa dunia?

Dengan berat hati aku mulai bangun dari kasur kos yang memiliki medan elektromagnetik yang sangat besar, dan mulai bersiap untuk berangkat.

Setelah semua sudah siap, aku kembali mengecek semuanya dari buku sampai tugas tugasnya yang ku taruh didalam map plastik, biar tidak berserakan.

Sambil berjalan menuju kampus, aku mengunyah beberapa potong roti dan meneguk air putih.

Ya lah mana mungkin aku bisa sarapan, bangun aja kesiangan.

Tapi tolong ya teman teman ini jangan ditiru tidak baik.

Hari mulai berjalan seperti biasanya, pelajaran seperti biasanya, dan akhirnya tugas yang ku buat semalam sudah aku kumpulkan untung saja hari ini bu dosen mood nya lagi bagus, kalo lg kacau bisa di omelin aku seharian.

Aku melihat jam yang ada di ponsel masih menunjukan pukul 13.24 sedangkan jadwalku sudah selesai.

Karena malas pulang ke kos aku memutuskan untuk turun dari gedung kampus dan menuju ke perpustakaan utama. Lumayan bisa untuk menambah pengetahuan, sambil mencoba perpustakaan baru 😏 baru selesai dibangun sekitar 3 bulan yg lalu.

Setelah mengambil kunci loker dan menaruh tas ku di dalam loker. Aku naik ke lantai 3 menggunakan lif.

Maklumlah aku anak kampung pengen lah sesekali naik lif.

Tidak banyak orang yang ada di ruang baca lantai 3, aku lumayan sering mengunjungi lantai ini. Karena di lantai ini banyak sekali buku-buku tentang budaya, bahasa, novel, bahkan komik 😁

Jujur saja aku betah disini

Berputar putar mencari buku, secara tak sengaja aku menemukan buku yang sudah usang di rak paling bawah.

"Buku apaan ni gede banget kayak KBBI ?"

Buku ini lumayan berat, bahkan lebih berat dari kamus 100 juta kata inggris-indonesia.

Ku bawa buku yang sudah usang itu ke meja baca yang paling dekat dengan jendela, biar terang dan nyaman bacanya.

"Babat Mahabrata Jawa "

Melihat judul bukunya aku seketika teringat kakek buyut, dulu kala saat aku masih kecil kakek buyut selalu mendongengkan kau cerita pewayangan, bukan hanya di ceritakan saja tapi juga digambarkan.

Aku sangat kamu beliau bisa membuat gambar wayang yang sangat rumit itu hanya dengan spidol tanpa ada garis kasarannya.

"Kayaknya tebel banget, kalo dibaca disini gk bakal selesai ni" aku menengok halaman terakhir dari buku itu dan yang ku cari ketemu.

Ada kertas tanda pinjamnya, jadi aku bisa pinjam biar bacanya bisa lebih puas.

Aku menutup buku itu dan membawanya ke meja penjaga.

"Pak saya pinjam ini " aku megeluarkan KTM (Kartu tanda mahasiswa) untuk jaminan pinjamannya.

"Yakin dek bisa baca sebanyak ini?"

"Insyallah pak saya bisa"

"Ini ya dek" saya menggambilnya dan menandatangani buku peminjaman.

"Makasih ya pak"

"Batas pengembaliannya satu bulan, jika adik belum selesai baca bisa diperpanjang lagi"

"Iya.. makasih pak"

Sepertinya akan lama ni baca buku sebanyak ini.

Hari sudah mulai petang, lampu-lampu sudah mulai menyala.

Aku merebahkan badanku yang lelah diatas kasur kos, rasanya nyaman sekali.

Untung besok libur jadi aku bisa tidur sepuasnya.

Seketika mataku terarah pada buku yang tadi siang ku pinjam, ku raih buku itu dari atas meja dan mulai membukanya.

"Baca sebentar ah.. siapa tau nanti ngantuk"

Ku baca buku tebal itu dari halaman ke halaman, aku tidak menyangka ternyata cerita pewayangan begitu beragam.

Tak terasa aku sudah menghabiskan 10 halaman, mata ini mulai terasa berat

*****

Ada perasaan yang aneh, hal yang terasa aneh. Aku merasakan tubuh ku sangat ringan seperti sedang melayang, aku dengan berat hati membuka mata dan betapa kagetnya aku, aku sedang melayang diatas awan.

"Heh.. apa ini?"

"Kamu sudah bangun nak ?" Mataku membulat melihat orang bentuknya bulat melayang didepan ku.

Seketika hatiku tertegun dan pikirkan ku langsung buyar, apa aku sudah mati?

Dan didepan ini adalah malaikat maut yang akan menjemputku?

"Siapa kau, orang bentuknya kayak teko?"

"Teko, teko dengkulmu "

Ealah kenapa aku malah dibentak begini.

"Saya Bathara Narada "

Ha? Bathara Narada itu kan nama yang tadi ada dibuku yang aku baca, Bathara Narada adalah dewa dengan tugas pengemban dan pembawa berita, itu yang dikatakan buku tadi. wah.. aku pasti sedang bermimpi.

"Aww" anjir.. sakit ternyata gak mimpi.

"Apa dia sudah bangun Kakang Narada?"

Aku benar benar takut dengan yang sedang terjadi, udah ketemu sama orang aneh bentuk teko, ini malah lebih aneh lagi tiba-tiba ada orang melayang dengan empat tangan menuju kearahku.

"Siapa ini kenapa orang kok tangannya ada empat?"

sang Bathara Narada langsung menyipitkan mata dan menggeleng gelengkan kepala.

"Walah.. tidak ada sopan santunnya anak ini"

"Tidak apa-apa kakang Naradha saya memakluminya"

Orang bertangan empat itu berdiri tepat dihadapanku.

"Nduk.. nama Ulun Bathara Guru, ulun memang diberikan anugrah oleh dewa tangan ulun jumlahnya ada empat"

Wah.. serakah banget, yang lain cuma dua dia empat sendiri.

"Aku dimana?" kata ku sembari melihat lihat sekitar.

"Nduk.. kamu berada di tempat, dimana para dewa tinggal, tempat ini namanya Kahyangan Suralaya" jelas Bathara Narada.

Seketika jantungku langsung berdetak dengan sangat cepat. Aku merasakan keringat dingin yang jatuh dari pelipis ku, aku benar benar takut.

"Khayangan? Apa aku sudah mati?" Tanyaku dengan nada yang cukup keras.

"Tenanglah nduk.. kamu masih hidup dan sehat, kami hanya menarik dirimu ke dalam kitab mahabrata "

Menarik ku ke dalam kitab, maksudnya buku besar itu tadi. Loh.. kenapa bisa jadi seperti ini.

"Kami tahu nduk.. kamu sedang dirundung kebingungan yang teramat sangat, akan tetapi kami menarik mu kemari tidak dengan sembarang alasan"

tidak sembarang alasan mau apa mereka dari aku, sesungguhnya aku masih belum percaya kalau aku ditarik kedalam buku yang tebalnya melebihi KBBI itu.

"Kenapa aku?"

Bathara Guru kemudian angkat bicara.

"Nduk.. kamu adalah satu-satunya titah yang terpilih yang akan membawa kembali kesuburan di alam terang"

Wah.. maksudnya?

"Sudah terlihat jelas nak.. dari helaian rambutmu yang berwarna biru itu, kamu pasti adalah manusia terpilih untuk memenuhi tugas dari kami"

Aku memegangi rambutku, kalau begini ceritanya aku menyesal sudah menyemir rambutku jadi warna biru.

Padahal awalnya aku hanya ingin ngikutin tren mode sekarang yang rambutnya diwarnai ombre.

Eh.. ternyata ujung ujung nya kok malah gini.

"Biru adalah warna yang menggambarkan air dan langit, nduk.. kamu sudah menjadi manusia pilihan diantara manusia lainnya, kamu akan menjadi dewi pembawa kesuburan ke dunia"

Aku menundukkan kepala ku menghadap kearah awan yang sedang ku pijak.

Apa ini mungkin?

"Tapi aku hanya manusia biasa" kata ku

aku menggengam tangan ku sendiri dengan kuat, tangan ini benar benar tidak bisa berhenti bergetar.

rasa dingin dan panik membuat tubuh ku serasa ingin jatuh.

"Tenang saja nduk.. Bathara Guru tidak akan memberimu tugas tanpa adanya bekal" kata Bathara Narada

"Ulurkan tanganmu nduk"

Aku menuruti kata kata Bathara Guru dan mengulurkan tanganku kedepan, seketika ada cahaya biru yang menyambar tangan ku. mata ku terbelalak melihat cahaya biru terang tapi terasa sangat lembut.

Setelah cahaya itu padam aku merasakan tangan ku menggenggam dua buah beda. Aku terbelalak melihat dua benda seperti hiasan rambut dan sebuah cincin batu safir berbentuk air mata, aku akui ini indah sekali.

"Nduk.. ulun serahkan kedua pusaka ini sebagai bekal saat kamu mengemban tugas, hiasan rambut ini adalah cunduk cadrakusuma, cunduk ini bisa berubah menjadi benda apapun yang kamu inginkan, sedangkan cincin ini adalah cincin mustika biru, jika engaku mengarahkan cicin ini ke tanah maka tanah itu akan mengeluarkan air, jika kamu arahkan kearah langit maka akan turun hujan"

Aku ternganga mendengar penjelasan dari Bathara Guru, aku pikir ini hanya hiasan biasa ternyata sakti juga.

"Bagaimana dhi apa sudah selesai?" aku menengok ke belakang karena mendengar suara yang asing. Disana berdiri seorang kakek tua yang badannya sangat gemuk.

"Kakang semar datang tepat waktu"

Wo.. itu yang namanya semar, selama ini aku taunya semar itu dibuat jimat untuk melet orang.

"Satu lagi nduk.. kamu tidak bisa memakai nama aslimu disini, maka dari itu ulun akan merubah namamu, itupun jika kamu bersedia."

Aku udah gk tau mau gimana lagi, hanya bisa pasrah dan ngikut.

"Baiklah, aku bersedia"

"Kakang Naradha, kakang semar, bumi langit akan menjadi saksi bahwa cah ayu ini akan ulun beri nama Dewi Jamba Ratih"