Chereads / Sabine / Chapter 21 - I am yours

Chapter 21 - I am yours

Sabine cukup piawai menjaga hubungan rahasianya dengan Akhyar. Dia bersikap biasa di hari-harinya. Meski statusnya sebagai illegal sugar baby, Sabine tetap senang, karena dia masih bisa bebas tidak terikat dengan berbagai macam peraturan yang harus dia patuhi. Akhyar pun sangat memahami Sabine, dia tahu gadis itu tidak akan mengkhianatinya.

Bude Rita dan Pakde Yono juga semakin hari semakin sehat. Pakde Yono yang awalnya sehari-hari ngojek di pangkalan lorong gang, kini profesinya lebih baik, yaitu ojek online. Bude Rita juga, Sabine tidak pernah lupa mengingatkannya untuk tiap hari mengonsumsi vitamin agar lebih kuat dan segar di tiap-tiap harinya.

Rumah petak mereka pun tidak luput dari perhatian Sabine. Sabine mengusulkan untuk diperbaiki agar lebih layak dan mereka lebih nyaman.

"Ehem, Ritaaa..., lagi ketiban rejeki ya?," Bu Teti, tetangga usil memulai paginya dengan membeli kue cucur kesukaannya.

"Iya. Alhamdulillah, dapat pinjaman...," jawab Bude Rita seadanya. Dia tidak ingin bercerita lebih jauh mengenai sumber uang yang didapat.

"Banyak kayaknya neh. Motor baru, rumah direnop, Pakde sehat, lu juga..., berapa habis?," tanya Bu Teti dengan gaya sinisnya.

"Ah lu mah. Mau tau aja. Ya..., tiga puluh jeti,"

"Masa sih? Motor aja dua puluhan...,"

"Ya udah..., lu hitung aja sendiri. Lu orang seneng mulai dah cari-cari salah,"

"Yeee..., namanya juga pengen tau. Siapa tau gue juga bisa kayak lu. lu bagi-bagi tip dong ah,"

Bude Rita geleng-geleng kepala. Tetangga yang satu ini memang terkenal usil. Ada saja yang jadi bahan omongannya. Dari anak kecil yang teriak di sebelah rumahnya, eh dia sangka korban perkosaan. Padahal anak itu sedang ketakutan karena ketimpaan cicak di kepalanya. Ada juga suami istri yang sedang bertengkar, dia bilang istrinya selingkuh, padahal mereka bertengkar hanya masalah ekonomi. Terakhir tentang tetangga beda gang, yang anaknya diduga piaraan seorang gadun. Bu Teti memang jago gosip di gang itu. Dan hanya Bude Rita yang sanggup menyanggahnya karena Bude Rita satu-satunya tidak terpengaruh dengan apa yang ke luar dari mulut Bu Teti.

"Eh, Si Sabine tambah cantik aja, Rita,"

"Lah. Dia emang cantik dari dulu,"

"Oh..., iya sih. Tamat SMA mau ke mana? Kuliah?,"

"Katanya mau susul mamanya ke Australia,"

"Oh..., hm..., Sabine sudah punya pacar nggak?,"

"Kenapa emangnya?,"

Wajah Bu Teti cengengesan.

"Hm..., nggak, cuma..., nanya, Rita. Masa nggak boleh,"

Bude Rita mulai curiga dengan pikiran Bu Teti. Tapi dia lebih memilih untuk menahan diri.

"Anu..., kira-kira, dia mau nggak gue jodohin sama anak gue noh, Tama,"

Bude Rita tertawa terpingkal-pingkal. Dia mengira Bu Teti akan menyangka yang tidak-tidak mengenai Sabine.

"Ih lu mah. Jangan gitu ah ketawanya,"

"Lu tanya ndiri ke Sabine, Teti. Mau nggak dia? Kalo gue mah seterah dia aja,"

"Tama ganteng loh, Rita,"

"Yang bilang jelek siapa, Tetii...,"

"Ya. lu bujuk Sabine atuh..., biar jadian ama Tama. Tama kan kuliah di penerbangan loh. Dua tahun lagi jadi pilot,"

"La? Lu ngapain jodoh-jodohin Tama? Anak lu mau sama Sabine?,"

Bu Teti mengagguk malu-malu. Lucu sekali reaksinya sekarang. Yang sebelumnya terlihat galak, ketika ada maunya, berubah jadi kiut.

"Ntar gue tanyain dah. Tapi lu jangan berharap banyak loh. Sabine kan cuek gitu anaknya,"

"Siap, Besan,"

"Ih..., ge er lu,"

***

Mata Sabine terpejam saat tubuhnya berada diatas perut Akhyar dengan posisi mengangkang. Akhyar berusaha melayani keinginan Sabine untuk puas malam itu. Sambil meraba-raba lehernya dan sesekali memainkan rambutnya, Sabine terus menggerakkan bokongnya mengikuti gerakan jari jermari Akhyar yang lincah menari-nari di dalam area sensitifnya. Sabine pun sudah mulai lihai mengetahui saat-saat di mana akan mencapai kepuasan.

"Naik," perintah Akhyar. Matanya sangat sayu memandang wajah Sabine yang memerah. Sabine menggeser bokongnya ke wajah Akhyar. Akhyar pun dengan senang hati menyambutnya. Lidahnya yang panjang mulai menyusuri area milik Sabine. Gigi geligi dan bibirnya pun tidak ketinggalan turut andil mengeruk semua yang ada di area sana.

"Daddy..., I love you...," desah Sabine sambil meremas rambut panjang Akhyar. Dia sudah tidak mampu bergerak, karena tubuhnya bergerak dan bergetar dengan sendirinya. Dia pun sudah tidak sanggup menguasainya.

"Aah..., Daddy..., one more, please," mohonnya ketika Akhyar menghentikan gerakannya sesaat. Akhyar lebih buas lagi mengecup dan menghisap tubuh Sabine.

Setelah mendapatkan keinginannya, Sabine merebahkan tubuhnya di sisi Akhyar. Giliran Akhyar, dia meminta Sabine melakukan hal yang sama.

Akhyar pun mengarahkan kejantanannya ke wajah Sabine yang terbaring lelah penuh peluh.

"Pelan, Sayang," desah Akhyar. Dibimbingnya tangan Sabine untuk memegang dua paha besarnya. "Kamu oke?," tanya Akhyar sambil membelai rambut Sabine. Sabine yang tengah mengulum pe...snya mengiyakan dengan isyarat matanya. Akhyar tampak senang ketika merasa alat vitalnya sudah terhujam penuh di oral Sabine. Apalagi saat Sabine masih mampu menggerak-gerakkak lidahnya di sisi-sisi pe...snya. Akhyar melenguh panjang. Entah berapa kali dia menyebut nama Sabine dengan suara bassnya. Sabine pun bertambah semangat melayaninya.

Tak lama, tampak bulir air mata Sabine jatuh saat Akhyar sedikit menghentakan pinggulnya ke arah wajah Sabine. Akhyar tidak serta merta mencabut miliknya, dia biarkan benda itu berkedut saat masih berada di dalam mulut Sabine. Hingga yang dia keluarkan benar-benar tuntas.

"I can't breathe, Daddy," keluh Sabine tersenyum ketika milik Akhyar kembali menyusut.

"You're sooo good, my baby," puji Akhyar sambil menurunkan tubuhnya, lalu memeluk Sabine dengan erat.

______

Tubuh Sabine masih berbalut bath robe, rambutnya pun masih dililit handuk. Dia enggan berpakaian. Kini dia duduk di atas sofa empuk dengan kaki selonjor, asyik memainkan ponsel milik Akhyar. Sementara Akhyar sedang membuatkan coklat panas untuknya di dapur. Tubuh Akhyar pun masih berbalut bath robe.

"Daddy, ada pesan dari Kim. Dia nanya Daddy Akhyar kok jarang online ya? Kangen bobok bareng. Hm..., terus dia nanya kiriman kue dari mamanya sudah sampe apa belum,"

"Bilang aja Daddy sibuk. Trus kue nya udah habis,"

Sabine mengetik apa yang diucapkan Akhyar.

"Adalagi nih, Dad,"

"Ya..., apalagi?,"

Akhyar tampaknya sudah selesai membuat coklat panas.

"Dari Kinanti..., kangen Daddy Akhyar, kapan ke mall sensi lagi sama Kinan, Kinan mau beli hape Sam....ng terbaru,"

"Bilang jalan sendiri aja dulu, Daddy akan kirim uang segera. Butuh berapa?."

Akhyar menyerahkan gelas vacuum flask berisi coklat panas ke Sabine.

"Nggak terlalu panas. Bisa kamu minum langsung,"

Sabine mengecup bibir Akhyar dengan sedikit menghisapnya sebelum meneguk coklat panas buatan Akhyar.

Akhyar duduk di sebelahnya.

"Daddy emang belum ketemu mereka minggu ini. Banyak keluhan yang aku baca di grup,"

"Sibuk sama kamu. Mikirin kamu. Ngelonin kamu. Kamu ... kamu...," Akhyar mencubit gemas pipi Sabine.

Sabine mengerang manja.

Pesan-pesan dari sugar babyies Akhyar terlalu banyak. Hingga Sabine akhirnya memutuskan untuk hanya membacanya tanpa membalasnya lagi. Ia letih. Tidak dapat dia elak, cemburu mulai menyusup dirinya. Tapi dia tidak ingin mengutarakannya ke Akhyar, dia tidak mau Akhyar gelisah hanya karena dirinya.

"Bisa kamu tunggu di sini dulu. Daddy mau hubungi mereka di dalam ruangan pribadi Daddy," pamit Akhyar setelah menghabiskan coklat panasnya. Dibelainya pipi Sabine.

"Kamu ok kan? Hm...,"

"Lama ya?,"

Akhyar mengangkat bahunya.

"Aku bisa santai, Daddy. Nanti kalo kelamaan, aku bisa pulang sendiri,"

Akhyar menghela napas berat. Ia merasa bersalah.

"Kamu hubungi Keni ya? Biar dia antar kamu pulang,"

Sabine mengangguk.

Akhyar melepas bathrobenya dan melemparnya ke tubuh Sabine. Tubuh seksinya yang atletis tereskpos di hadapan Sabine. Sabine tersenyum melihat ulah iseng Akhyar. Didekapnya bathrobe Akhyar sambil menghirup aroma tubuh Akhyar yang masih menempel di bathrobe. Sabine hanya ingin menunjukkan ke Akhyar bahwa dia baik-baik saja.

Sabine menatap tubuh polos itu beranjak ke sebuah ruangan dengan perasaan gundah. Akhyar memang sangat memesona.

"Ambil baju Daddy, Sayang. Daddy tunggu di dalam," perintah Akhyar yang sadar tubuh polosnya diamati Sabine dari belakang.

__

Ruang khusus Akhyar berkomunikasi dengan para bayinya itu bernuansa putih. Sabine hanya sebentar saja di sana saat memakaikan baju ke tubuh Akhyar. Setelahnya, Akhyar menyuruhnya ke luar ruangan.

_______

Sabine mendekatkan telinganya ke dinding ruangan khusus itu, mencoba mendengar apa yang dibicarakan Akhyar di hadapan para baby sugarnya yang muncul di layar besar di ruang itu.

Dia bergidik ketika mendengar jerit-jerit manja menyebut nama Akhyar. Sangat ramai. Dan Akhyar mampu mengingat nama-nama mereka satu persatu. Bahkan terdengar suara Akhyar menghitung. Ternyata ada tiga orang yang tidak hadir. Jumlahnya sekitar 25.

"Maaf, Daddy agak sibuk. Kerja keras, biar kalian tetap bisa kuliah." Suara Akhyar terdengar sangat mesra menyapa gadis-gadisnya.

"Daddy..., Dina kangen banget. Dah lama nggak peluk Daddy!,"

"Aku juga Daddy, kita-kita semua kangen."

"Iya. Kapan kita makan sama-sama, Daddy,"

"Iya, Dad. Ini aku mau tukar mobil baru nih. Boleh ya?,"

Huuuu, semua menyoraki gadis yang menginginkan mobilnya ditukar dengan yang baru.

Tawa Akhyar terdengar sangat renyah. Sepertinya dia sangat bahagia melihat gadis-gadisnya meski hanya lewat layar kaca.

Sabine tercenung. Begitu banyak gadis yang mencintai Akhyar. Apa dia sanggup menjalani perannya. Sementara dia ingin berharap lebih. Apa dia sanggup selalu menutup-nutupi hubungannya dengan Akhyar. Sampai kapan?

Sabine iri dengan suara-suara manja dari dalam kamar khusus Akhyar. Mereka sangat bahagia dengan kebersamaan. Mereka saling kenal satu sama lain. Mereka sepertinya saling mendukung.

Selanjutnya hanya curhat-curhat biasa. Tidak ada yang aneh. Apalagi menjurus ke hubungan badan. Mereka hanya membicarakan seputar kegiatan mereka di kampus masing-masing. Bahkan ada yang membicarakan mengenai kegiatan sosial yang dia jalani sudah hampir tiga tahun dan Daddy Akhyar senang mendengar kelanjutan kegiatan tersebut.

Sabine lagi-lagi memikirkan nasibnya. Sedikit resah dengan sikap Akhyar terhadap dirinya. Apa memang Akhyar menaruh hati padanya? Apa iya dirinya sangat spesial di hati Akhyar? Jika iya, berarti dia bisa jadi penghalang bagi mereka yang membutuhkan kasih sayang Akhyar.

Gundah tidak bisa Sabine elak.

Sabine berkemas.

***