Hanami merenung duduk di tangga menuju kuil tinggi tersebut. Tatapannya tampak kosong, tak ada yang dia lakukan selain berdiam diri disana.
Ia menatap langit biru cerah di atasnya, mengerjap seolah yang dialaminya adalah mimpi semata.Kemudian hembusan napas terdengar dari gadis bersurai indigo tersebut.
"bagaimana caranya aku pulang? Semuanya terlihat begitu nyata bagiku, lucu sekali. Kembali ke masa lalu dimana para makhkluk-makhluk siluman ini masih dipercayai oleh manusia zaman ini,"
Hanami meremas ujung rok sekolahnya dengan gugup dan bingung, jujur, sejak ia siuman kemarin. Dia tidak berani keluar dari kuil karena takut sewaktu-waktu Aoi bisa saja membunuhnya.
Untungnya kuil ini terpencil dan tak semua penduduk yokai mengetahui keberadaannya, jadi Hanami bisa bernapas lega untuk sementara waktu. Hanya saja dia kadang merasa aneh dengan penduduk Yokai yang semuanya rata-rata memakai Kimono. Setahunya di dunia nya, Kimono hanya dipakai saat festival tahun baru saja.
Tapi untuk saat ini Hanami mengesampingkan dulu perbedaan abad 21 dan abad 17 ini. Masalahnya bagaimana dia harus bisa bertahan hidup di dunia siluman ini tanpa mati dua kali.
Disaat Hanami sedang berpikir, Izoru datang menaiki tangga kuil melewatinya. Pemuda bersurai silver dengan kuping anjing itu tergesa-gesa menuju altar seperti ada yang mengejarnya.
Hanami hanya menatap heran, tapi ia tak mengusik sang pemuda. Toh, bukan urusannya. ia hanya memikirkan bagaimana ia bertahan hidup.
Tak berapa lama seseorang menepuk bahunya, Hanami menoleh dan mendapati Izoru berada di belakangnya. Pemuda itu kemudian duduk di sampingnya dengan membawa pedang dan beberapa benda lainnya yang tidak diketahui Hanami.
"sedang apa disini? Apa kau bosan didalam?" tanya Izoru.
"yah, begitulah. Aku hanya memikirkan nasibku saja," sahut Hanami sambil memandang hutan-hutan yang mengelilingi kuil itu.
"Mungkin suatu saat nanti kau bisa menjadi penyelamat kaum kami," Izoru ikut memandang hutan disekitarnya. "Bagaimana pun juga, kau dikirim kesini pasti ada alasannya,"
"Mungkin kau benar...tapi aku tak tahu harus melakukan apa disini," Hanami memeluk lututnya, memandang kosong pada tangga kuil.
Izoru hanya diam beberapa saat, kemudian dia memandang peta kuno di tangannya.
"Hei, mau ikut. Mencari Legenda para Black Shadow?" tanya Izoru.
Hanami mendongak menatap Izoru bingung, tak mengerti apa yang dimaksud sang pemuda. "Black Shadow? Apa itu?"
Izoru hanya tersenyum simpul, paham bahwa Hanami tak tahu legenda tersebut. Pemuda bersurai silver itu pun menatap langit biru cerah di atasnya dengan awan-awan putih yang terlihat berjalan.
"Konon, ratusan tahun yang lalu. Ada sebuah anggota kelompok terkuat yang beranggotakan 5 Kaum,terdiri dari kaum Vampire, Werewolf, Penyihir, Yokai, dan peri. Mereka dibimbing langsung dibawah pengawasan para dewa," Hanami mulai tertarik dengan cerita Izoru, tatapan manik violet itu tak lepas dari wajah sang pemuda.
"Begitulah mereka, diberkahi kekuatan yang begitu tinggi, hingga dijuluki Black Shadow oleh orang-orang pada zamannya. Pada mulanya mereka adalah siluman yang baik, namun semakin kuat seseorang, kesombongan pun semakin dalam menggerogoti. Mereka yang seharusnya menjadi pelindung bagi kami, berubah menjadi sosok yang kami takuti," Izoru menghela napas, ekspresinya berubah sendu.
"keberadaan mereka mengancam manusia maupun kaum Vampire,Werewolf, penyihir, Yokai, dan peri. Karena banyak kejahatan yang mereka lakukan demi kesenangan semata. Akhirnya manusia,Vampire, Werewolf, penyihir, Yokai, dan peri membuat sekutu besar-besaran untuk menghentikan mereka. Berkat semangat dan kekompakan mereka menuju dunia yang damai, Black Shadow berhasil disegel," Izoru menarik napas panjang, menjeda cerita.
"Mustahil untuk memusnahkan para Black Shadow, mereka terlalu kuat untuk dikalahkan. Tapi, seiring berjalannya waktu para Manusia dan siluman mulai melupakan cerita itu dan menganggap Black Shadow hanya dongeng semata. Tapi kedamaian itu juga hanya sementara waktu, sejak kaisar mulai naik tahta. kegelapan terjadi, para manusia mulai memburu para siluman. Dan kaum siluman saling membunuh satu sama lain, semua hancur tak bersisa,"
Hanami tertegun menatap wajah sendu Izoru, gadis itu merasa prihatin dengan kaum siluman yang membunuh satu sama lain.
"Jadi, maksudmu kau mempercayai dongeng itu dan mencoba mencarinya?" tanya Hanami dengan hati-hati.
Izoru mengangguk singkat. "Ya...terkadang dalam kondisi yang mencepit seperti ini, sebuah dongeng kuno bisa dijadikan harapan kecil bukan,"
"Begitu ya, sepertinya menarik. Lagipula tidak ada yang bisa kulakukan disini, lebih baik aku ikut bersama mu," sahut Hanami.
"kau yakin? Kalau iya, kau harus mempersiapkan dirimu untuk berkelana dalam waktu yang lama,"
"Kita tidak tinggal di kuil?"
"tidak, bagaimana pun juga. Para Black Shadow disegel di tempat yang berbeda-beda, jadi kita harus mencari tempat dimana mereka disegel,"
"ya, aku mau. Berkelana tidak buruk juga, dengan begitu aku juga bisa mempelajari dunia siluman ini,"
"baiklah, kita harus ke tempat nenek dulu untuk meminta izin sekaligus persiapan untuk berkelana,"
Hanami mengangguk cepat dengan antusias, dia segera berdiri dari duduknya dan mengikuti Izoru ke Kuil Miko.
************
(14. P.M dikuil Miko)
"nek, kami pulang," kata Izoru.
"Kebetulan sekali kalian datang makanannya sudah siap," kata Nenek Miko sambil meletakkan piring di atas meja.
Buru-buru Hanami membantu nenek Miko menyiapkan makanan di meja.
"yang ini biar Hanami yang bawa nek," kata Hanami sambil mengambil piring berisi ikan bakar.
Nenek Miko hanya tersenyum dan membiarkan Hanami membawanya.
"Izoru, panggilkan adikmu. kita akan makan bersama," kata Nenek Miko lembut.
"Baik nek," Izoru segera pergi entah kemana.
Beberapa menit Hanami dan Nenek Miko menata makanannya, tak berapa lama kemudian Izoru dan Aoi datang. Mereka kemudian makan bersama.
**********
Selesai makan giliran Hanami yang membersihkan sisa-sisa makanan mereka. Dia menuju halaman belakang untuk mencuci piring.
Sedangkan Izoru mulai memberitahukan rencananya bersama Hanami dan Aoi kepada Nenek Miko.
"jadi nek, kami akan pergi berkelana dalam waktu yang lama untuk mencari Black Shadow. Ini demi kedamaian Kaum kita dan kaum yang lain nek," kata Izoru.
Nenek Miko tampak tampak sedih, merasa tak setuju dengan keputusan Izoru. "Tapi mencari mereka juga berbahaya Nak, kau tahukan legenda Black Shadow itu bagaimana?"
"kami mengerti nek, tapi kami juga ingin kedamaian terjadi di dunia ini. Banyak sudah kaum kita menjadi korban pertumpahan darah dari kaum lain," kali ini Aoi menyahut.
"baiklah, jika itu yang kalian inginkan. Tapi ingat! apapun yang terjadi, jangan lupakan Nenek masih menunggu kalian untuk pulang," kata Nenek Miko lembut. Garis-garis di wajahnya tak melunturkan senyumnya.
"Terima kasih nek," jawab Izoru dan Aoi bersamaan dengan senyum terukir di wajah mereka masing-masing.
Disaat itulah Hanami baru ikut bergabung setelah selesai mencuci peralatan bekas makan mereka.
"Apa aku ketinggalan banyak hal?" tanya gadis bersurai indigo tersebut.
Izoru tersenyum menatap Hanami. "Hanami bersiaplah, besok kita akan mulai berkelana. Aku yakin kau sanggup menghadapi rintangan-rintangan selama perjalan kita,"
"benarkah, akan kupastikan. Aku siap menghadapi apa yang terjadi di masa depan," kata Hanami ceria.
"kupegang janjimu," jawab Izoru.
"dan satu lagi, jangan menyusahkan kami selama di perjalanan. Atau kau akan kami tinggal," kata Aoi.
"lihat saja nanti," sahut Hanami santai.
Nenek Miko hanya terkekeh pelan dengan pertengkaran kecil Aoi dan Hanami, mengingatkannya akan anaknya dulu.
"Yuki, kedua anakmu sudah besar. Mereka pasti akan membawa kedamaian dan cinta di dunia ini bersama seorang gadis manusia seperti yang kau harapkan," batin Nenek Miko senang.
To Be Continue