Chereads / Phantasy world / Chapter 50 - Ibukota Dalam Bahaya!!

Chapter 50 - Ibukota Dalam Bahaya!!

Monster liar dan buas tak habis-habisnya, Aldero dan anggota guild nya membasmi para monster yang tak tau akan membutuhkan waktu yang lama.

Tak ada kabar dari Zedva membuat hati Aldero semakin khawatir, ini terlalu lama. Aldero lantas menyuruh tim Gravatar untuk pergi menyusul Zedva di ibukota, takut akan kejadian buruk menimpa Zedva.

Dengan cepat tim Gravatar meninggalkan kota ini, perjalanan menuju ke ibukota memang agak menyulitkan ditambah jalur teleportasi tidak bisa digunakan untuk sementara waktu.

Stacey juga menyerang para monster dengan kekuatan sihirnya, walau mudah namun banyak monster yang harus ia basmi hal ini mempengaruhi mana nya yang tak mampu bertahan lama.

Erissa juga menyerang monster dengan susah payah, ditambah dirinya juga harus menahan keluarnya Azazel yang akan menimbulkan banyak masalah nantinya.

Ini sudah terlalu sore dan masih tak ada kabar dari tim Gravatar maupun Zedva, Aldero segera pergi menuju ibukota bersama bawahannya yang masih bisa ikut.

Stacey dan teman-temannya mengikuti Aldero menuju ibukota, ada yang tak beres disini di depan gerbang Ibukota.

Tak ada penjaga yang menjaga gerbang kota, suara penduduk terdengar sangat ramai di dalam. Aldero berlari ke dalam Ibukota, para penduduk berlarian kesana kemari mencari keamanan.

Hal ini membuat Aldero sangat bingung, apa yang membuat semua hal ini terjadi.

Aldero sendiri tak percaya dengan apa yang dilihatnya, para anak buahnya dari tim Gravatar mengamuk dan menyerang para penduduk. Mereka memiliki simbol hitam pekat mirip milik Azazel namun berbeda.

Aldero menyuruh anak buahnya yang belum dirasuki untuk menangkap para tim Gravatar.

Stacey dan yang lainnya berpencar karena tim Gravatar tak menyerang secara bergerombol melainkan individu.

Erissa memeriksa setiap gang kecil dan jalanan kecil lainnya.

"Kenapa aku harus berurusan denganmu?" Geram Erissa tak percaya dengan siapa dia harus sedikit bertarung.

Erissa melangkahkan kakinya perlahan menuju jalan buntu yang ada di depan, lawan bicara yang sedang dia ajak bicara membalikkan badannya. Taring tajam, mata merah serta simbol hitam yang tak asing terlihat.

"Kau akhirnya menunjukkan gigimu?"