Chereads / Phantasy world / Chapter 37 - Teror di Setiap Kota

Chapter 37 - Teror di Setiap Kota

Beberapa hari setelah kejadian penyerangan di kota selatan membuat keadaan semakin menegang, kekhawatiran penduduk kerajaan Phantasy tak bisa diatasi oleh pihak kerajaan.

Saat ini kota selatan sedang dalam perbaikan super, Aldero sangat di sibukkan oleh wilayahnya. Kekhawatiran penduduk di daerah Aldero meningkat, banyak penduduk yang minta keamanan ketat agar tak ada kejadian yang menimpa mereka. Sudah dua serangan terjadi dalam dua kota beberapa hari yang lalu, masih belum bisa ditentukan siapa pelaku dari kejadian ini. Banyak yang menduga ini adalah ulah FREENITY namun tak banyak bukti dan motif yang menunjukkan nya.

Stacey tak bisa pergi kemana-mana, dirinya harus berada di dalam guild bersama teman-teman nya. Alasannya karena Aldero tak ingin mereka terluka, padahal anak buahnya yang lain dia perbolehkan untuk pergi. Kekuatan Stacey dan yang lainnya masih tak stabil, mereka masih belum bisa mengendalikan penuh energi sihir mereka. Maka dari itu Meidiva melatih mereka.

FREENITY sudah ditandai sebagai penyebab utama kekacauan ini, namun sang raja tak menangkap mereka karena tak cukup bukti.

Meidiva melatih kemampuan dasar dari sihir, karena anak latihnya memiliki kemampuan sihir yang berbeda-beda maka dari itu Meidiva melakukan metode pembelajaran segala sihir. Seperti menekan kuat arusnya energi sihir yang mengalir di urat mereka dan cara memperkuat kekuatan sihir.

Beberapa waktu dilewatkan dengan perjuangan yang besar, tak semudah yang dibayangkan. Untuk mengeluarkan sihir dengan tetap menjaga derasnya energi sihir membutuhkan tenaga ekstra.

Tak ada serangan dari para penjahat hanya saja beberapa amukan warga karena terlalu cemas.

"Terlalu susah, tapi setidaknya aku bisa menggunakan sihir lebih baik dari sebelumnya." Ujar Erissa sambil terengah-engah kehabisan energinya.

Keringat mereka bercucuran karena lelah, Jason pun mengikuti latihan ekstrim ini. Bagaimana jika tidak ekstrim, Meidiva sangat ketat sebagai guru, hari pertama mereka sudah disuguhkan oleh hal-hal yang membuat rambut indahmu rontok.

Mereka harus berlari mengelilingi taman guild Rafoxa yang luasnya tak bisa kau bayangkan sebanyak 5 kali. Memakan makanan yang katanya kaya akan protein, andai penampilan makanannya sedikit lebih baik mungkin para murid Meidiva takkan memakan nya dengan terpaksa.

Bayangkan saja satu ekor kalajengking raksasa yang dimasak bersamaan dengan bumbu-bumbu dapur yang sembarang sehingga terkesan makanan gagal yang menjijikan. Walau rasanya tak seburuk penampilannya, tapi tetap saja hal itu bisa menghilangkan nafsu makan kalian.

"Amanda, kau tak terlihat kelelahan. Stamina mu tak terbatas ya." Kata Erissa menyindir Amanda yang terlihat sangat baik-baik saja.

"Oh ya, bagaimana dengan gulungan yang dicuri itu?" Lanjut Erissa pada Meidiva yang sedang diam memikirkan suatu hal.

Meidiva menatap wajah Erissa dengan senyuman malaikatnya.

"Masih dalam penyelidikan, pencurinya benar-benar tak meninggalkan jejak sedikit pun." Keluh Meidiva, dirinya juga merasa sangat bersalah karena tak bisa menjaga gulungan yang sangat berharga itu.

"Ini bukan salahmu, gulungan itu.... Ayo selesaikan latihan hari ini dengan cepat, aku ingin membaca buku di perpustakaan." Stacey berujar tanpa menatap Erissa maupun Meidiva, matanya terpaku menatap tanah yang dipijaknya.

Mereka sebenarnya sedang berlatih di sekitar guild Rafoxa karena Aldero tak mengijinkan mereka keluar dari daerah guild.

"Kau benar-benar menyukai buku ya? Dasar kutu buku." Erissa mengejek Stacey namun tak ada suara kebencian dari mulutnya.

Mereka melanjutkan latihan dengan cepat namun efisien. Amanda masih terdiam tak bersuara, bahkan tak menanggapi perkataan Erissa sebelumnya. Wajahnya tak terlihat lelah namun perilakunya seakan mengatakan kalau dirinya juga sangat lelah.

Meidiva mengakhiri pelatihan hari ini tepat di pukul 05.00 sore, Stacey segera pergi ke perpustakaan tanpa mengajak Jason karena Jason sangat terlihat kelelahan.

Stacey mengambil sebuah buku tebal yang sebelumnya sudah pernah ia baca. Dirinya membuka lembaran baru dan membaca setiap kata yang terdapat didalam buku tersebut dengan seksama.

"Apakah raja jaman dulu hanya ada satu?" Stacey bergumam, matanya masih menatap kalimat tiap kalimat yang ada di. buku usang tersebut.

"Jika kau bertanya tentang di dunia ini jawabannya adalah iya." Aldero menjawab, jantung Stacey hampir saja terlepas dari tempatnya karena hadirnya Aldero secara tiba-tiba.

"Kau mengejutkan ku, jadi apa hanya aku elf yang tersisa di dunia ini?" Stacey membuka suara setelah dirinya dikejutkan oleh kehadiran Aldero.

"Setidaknya yang di ketahui saat ini adalah kau, Scarlett dan seorang lelaki. Setidaknya itu yang tercatat." Aldero menjawab pertanyaan Stacey lalu duduk di depannya.

Aldero menatap heran pada Stacey, gadis efl aneh yang suka membaca buku di perpustakaan pada malam hari.

"Lelaki itu, mungkin yang kau maksud adalah kakakku." Ujar Stacey seraya membalik halaman baru dari buku usang tersebut.

Stacey menatap manik mata Aldero yang sangat indah, rambut Aldero terlihat sangat berantakan dan bajunya kusut.

"Hari yang berat huh? Oh ya, gulungan yang hilang itu, apa kau menyalahkan Meidiva?" Stacey berujar kembali, mengingat wajah Meidiva yang terlihat sangat bersalah.

Aldero diam dan menghela nafas panjang lalu menggeleng kan kepalanya,

"amarah para warga tak bisa ku kontrol. Aku tak menyalahkan nya, tak mungkin aku bisa menyalakan Meidiva." Aldero menutupi wajahnya yang terlihat sangat kelelahan dengan kedua telapak tangannya.

'Duaarr'

'Duarr'

'Duaarrr'

Dentuman keras terdengar, tak hanya satu kali terdengar namun beberapa kali dalam jangka beberapa detik. Aldero dan Stacey tiba-tiba beranjak dari duduknya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Awan kemerahan terlihat jelas di langit, kobaran api pun terlihat menari-nari di bawah ditambah riuh ricuhnya para penduduk terdengar samar.

Beberapa kota menjadi medan sang api menyala,

"Barat, utara dan tenggara ya. Segera bergegas, pergi ke kota terdekat yang terkena ledakan tersebut. Ancaman baru sedang menunggu disana, pastikan nyawa kalian dan nyawa penduduk tak dalam bahaya." Aldero berseru, tak hanya Stacey yang mendengarnya namun seluruh anggota guildnya.

"Jika kalian melihat anggota FREENITY, cepat panggil namaku. Hati-hati." Aldero menambahkan sebelum akhirnya pergi keluar dari jendela menggunakan sapu sihirnya.

Stacey melakukan hal yang sama dan pergi menuju kamarnya yang berada di seberang perpustakaan, lalu menyuruh Jason untuk segera ke kota terdekat, Stacey juga memanggil teman-temannya.

Stacey pergi seorang diri, kali ini dirinya tak ditemani oleh Jason. Dirinya bersikeras ingin melakukan hal ini sendirian, Jason tak bisa berkutik dirinya hanya menuruti perkataan Stacey dan berharap tak ada kejadian buruk yang menimpa Stacey.

Angin panas Stacey rasakan ketika dirinya sudah sampai di kota tenggara, dengan kekuatan airnya, Stacey memadamkan api besar di sebuah bangunan dan membantu para korban yang terluka dengan sihir alaminya yaitu sihir penyembuh.

Untungnya ada penyihir yang menolong para korban juga, tak hanya Stacey yang ada disini, petualang dari guild-guild lain pun ikut hadir membantu.

Jason sangat jauh darinya, mereka berbeda kota. Stacey segera pergi ke perpustakaan terdekat, mencari buku yang sama seperti yang dibacanya di perpustakaan guild Rafoxa.

Entah apa tujuan nya, tapi Stacey yakin satu hal, ada petunjuk dari buku yang dibacanya. Sebuah petunjuk yang mungkin berkaitan dengan fraksi dan keanehan yang terjadi akhir-akhir ini.

Dia sangat yakin akan hal itu!