Chereads / Celestial Night Sky / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

Dunia manusia memang luar biasa! Begitu pikir seorang berpenampilan layaknya pemuda.

Berambut emas, pakaiannya sendiri terbilang cukup mewah untuk daerah seperti itu. Ya, Dia bukan penduduk asli. Dia adalah penghuni dunia Celestial Night Sky yang sedang berjalan jalan ke dunia bawah, Bumi.

Regulus, sang bintang raja langit.

Lebih tepatnya, ia lagi kabur dari pekerjaannya yang sangat sibuk. Ia ingin sedikit memberi ruangan untuk dirinya menghirup udara segar. Sangat jarang, seorang bintang pergi ke dunia bawah. Padahal, juga tidak ada aturan yang melarangnya.

Dia pergi ke pasar yang masih ramai di siang hari. Begitu inginnya dia memakan dan membeli sesuatu dari pasar itu, tetapi disayangkan ia tak memiliki mata uang dunia ini. Dia hanya bisa berkeliling menikmatinya.

Regulus menemui sesuatu yang menarik. Sesuatu yang berkilau dan bersinar. Itu adalah batu permata yang telah diukir dengan baik. Ia ingin sangat membelinya. Meski di dunianya sudah banyak yang berkilau, baginya sesuatu yang berkilau di dunia ini sangat langka.

"Ukh… Godaan dunia ini begitu besar…" kemudian, ia memalingkan wajahnya dari pedagangnya dan pergi. Sang pedagang hanya bisa kebingungan melihatnya.

Setelah melihat lihat, ia duduk di tepi pasar dekat got. Tubuhnya terasa cukup lelah setelah berjalan selama sejam lebih.

"nuansa dunia ini lebih berbeda dari kota manusia di Celestial Night Sky. Meski, jauh lebih damai disana, tapi aku merasakan sesuatu luar biasa dari dunia ini. Ah, tapi aku nggak bisa bilang dunia ini lebih baik dari kota manusia disana."

Regulus berbicara sendiri, menyimpulkan apa yang di dapat dari dunia ini hari ini.

Sudah waktunya, ia kembali ke dunianya. Kembali mengerjakan kewajibannya yang merepotkan.

Ketika ia hendak berdiri, tanpa sadar ada seorang pemuda remaja bertas selempang yang jongkok di depannya sambil melihat terus matanya. Regulus merasa terintimidasi oleh tatapan menusuk itu.

"Dik, apa ada yang bisa kubantu?" Tawar Regulus berpura2. Menghindari tatapan itu.

"Hei, onii-chan. Kamu… dari dunia itu kan?"

Regulus bergidik kaget. Pertanyaan yang terlontarkan pemuda itu sangat bermasalah. Bahkan, Regulus tidak tahu harus menjawab dengan berbohong atau tidak.

"Eh, dunia apa yang kamu maksud? Aku tak mengerti apa yang kamu bicarakan" Regulus berlagak bodoh dengan memalingkan matanya.

Pemuda itu semakin mendekatkan dirinya dengan Regulus. Mata mereka saling bertemu dalam jarak dekat. Untuk membongkar sebuah kebohongan, mata adalah titik yang paling lemah dalam hal itu.

"Celestial Night Sky," ucap pemuda itu dengan nada pelan ditekan.

Regulus menelan ludah. Apa yang harus dilakukannya saat ini?

Mitos dunia itu memang sudah tersebar di dunia ini. Penghuni dunia Celestial Night Sky tak berhak mengatakan kebenaran dunia itu pada penduduk bumi. Jika diujung tanduk pun ia tetap tidak boleh mengeluarkan satu kata sedikitpun. Ada alasannya mengapa itu diharuskan. Demi kedua dunia itu pastinya.

Tapi, seorang pemuda memojoknya sampai seperti ini, sungguh manusia dunia ini begitu licik.

Apa boleh buat, kabur adalah satu2nya cara.

"Maaf dik, aku ada urusan! Selamat tinggal!" Regulus lari kabur menuju hutan sebelah pasar.

Ternyata, kelicikan sang pemuda itu tak sampai situ saja.

***

Seorang gadis yang membawa keranjang belanja mencari pemuda yang lebih muda darinya. Ukuran pemuda itu sekitar dirinya dan berpakaian seperti seorang petualang. Si pemuda adalah orang yang kekanakan. Hari ini, ia meminta bersama gadis itu untuk bermain. Tapi, si gadis masih punya pekerjaan berbelanja. Ketika ditinggal berbelanja sebentar saja di Pasar, pemuda itu menghilang.

"Ah, itu dia!" gadis itu telah menemukan pemuda itu. Terlihat, ia sedang berbicara dengan seseorang di tepi pasar. Ia berlari mendatanginya.

"Danica-kun! Jangan pergi begitu saja! Aku jadi khawatir." Begitu menghampiri si pemuda, Danica, ia langsung memarahinya.

"Stella-chan. Tadi aku habis berbicara dengan seseorang. Tapi, orang itu tak sopan. Malah pergi saat aku sedang berbicara dengannya." Ucap Danica ngambek, sambil mengadu semuanya kepada Stella.

"Memangnya, siapa orang itu?" tanya Stella penasaran.

Kemudian, Danica memberikan jawaban dengan sebuah senyuman. Senyuman tanpa alasan.

"Ada deh! Jika mau diberitahu, ayo temani aku bermain sekarang." Rayu Danica sambil menarik tangan Stella.

"Hah… Baiklah, bermain dimana?" Stella tersenyum pasrah.

"Bagaimana jika di Hutan situ?"

Danica menunjuk Hutan samping pasar, yang terkenal di kalangan petualang bermata duitan, karena menghasilkan penghasilan yang sangat banyak sekali berpetualang. Hutan yang diberkahi nilai harta berlimpah di kerajaan itu, benda berkilau dan bersinar bagaikan sebuah bintang di malam hari.

Hutan Kristal.

***

Akhirnya, Regulus berhasil kabur dari pemuda itu. Ia berhenti berlari dan bersandar ke salah satu pohon untuk beristirahat sebentar. Nafasnya tersengal dan tidak beraturan. Demi kerahasiaan dunianya, ia merelakan dirinya kelelahan.

"haah… kurang baik apa aku sama duniaku? Semoga saja Sirius-sama melihat kejadian ini, dan memberiku bonus." Ucapnya menyengir, membayangkan keinginannya jika berhasil.

Regulus merasa, ia harus menyudahi hari ini dan kembali ke Celestial Night Sky. Daripada bertemu kembali dengan si pemuda itu. Membayangkannya saja sudah membuat Regulus bergidik takut.

Juga mumpung dia sudah ada di Hutan Kristal, satu2nya hutan di bumi milik dunia Celestial Night Sky.

Di hutan ini ada banyak batu Kristal berlimpah. Semuanya itu berasal dari dunia Celestial Night Sky. Akan tetapi, hanya ada 5 batu Kristal yang berisikan kekuatan energi bintang, Crystone. Crystone itu untuk alat teleportasi bumi dengan Celestial Night Sky. Dengan 5 batu Kristal itu saling memantulkan cahaya dan membentuk sebuah bintang, maka gerbang teleportasi telah terbuka.

Cahaya itu sumbernya akan dari masing2 bintang itu sendiri. Sebagai identitas yang data pemakainya akan diketahui Sirius, sang bintang anjing yang selalu mengamati.

Pergi dari Celestial Night Sky ke bumi itu mudah. Tapi, kembalinya kesana yang sulit.

Regulus memulai mengeluarkan cahayanya. Hal yang biasa ketika ia melakukan ritual, ia mengucapkan mantranya.

La lumière des étoiles est toujours éternelle au milieu des ténèbres.

Tubuhnya mulai bersinar mengeluarkan cahaya. Kemudian ia mengarahkan tangannya ke 5 titik, letak Kristal itu berada. Melemparkan cahayanya. Terus bercahaya, selalu bercahaya, satu hal bintang yang tak bisa dikhianatinya. Dengan semua keyakinan itu, Regulus mempercayai cahaya dalam dirinya untuk bersinar di hati siapapun.

Regulus merasa ada yang aneh dengan crystonenya. Seharusnya, semua cahayanya sudah saling terhubung satu sama lain, tapi beberapa cahaya yang dia arahkan ke 5 titik saling berhamburan. Apakah dia salah mengarahkan cahayanya? Seharusnya sudah benar.

… kemungkinan terburuknya, salah satu crystone hancur.

Hanya itu satu2nya yang terpikirkan Regulus saat ini. Ini bukan hal yang baik. Ini buruk, paling terburuk!

"TIDAK!!!" Regulus berteriak histeris.

Meski hutan ini disebut Hutan Kristal, sayangnya crystone yang berisikan energy bintang hanya 5 itu. Selainnya, hanya batu Kristal biasa.

Energi bintang hanya bisa dihasilkan melalui beberapa ritual terlarang. Memerlukan beberapa tahap, yang kemungkinan membuat penggunanya tidak kembali normal lagi (katanya). Makanya, terlarang dan hanya dilakukan ketika mendesak.

"Tunggu, bisa jadi aku salah mengarahkan cahayanya beberapa mili. Aku akan memeriksa letaknya dan memperkirakan jaraknya lagi." Regulus berusaha berpikir positif.

Dia tidak ingin dimarahi oleh Denebola, kawannya dari kelompok ritual yang sama dan Sirius, si bintang anjing yang selalu mengamati.

Regulus menuju lokasi titik yang menjadikan cahaya berhamburan, yaitu sekitar tenggara hutan, dekat Pasar yang tadi ia lewati.

***

Lagi2 Stella harus mencari Danica. Tapi, kali ini ia harus mencarinya untuk menyelesaikan permainan petak umpet di Hutan Kristal ini. Danica memang tidak kecil dan lincah yang sulit di temukan, tapi tubuhnya juga tidak besar yang menyulitkan dirinya bersembunyi.

Hutan ini juga sangat luas. Semoga saja, Danica tidak jauh2 bersembunyinya. Harap Stella.

"Ah!!"

Stella mendengar suara Danica dari arah berlawanan. Ia langsung berbalik dan menuju arah suara itu. Ternyata, Danica dibalik pohon yang sudah Stella lalui sejak tadi. Stella menyesal tidak mengecek belakang pohon itu tadi.

Kebetulan Danica sedang membelakangi pohon dari arah Stella datang. Stella dapat langsung menggenggam erat pundaknya, dan menariknya pulang.

Grasp!

"Danica-kun. Telah ditemukan. Sekarang, ayo kita pulang!" Stella tanpa belas kasih menarik pundak mungil Danica dan membawanya pergi.

Danica balas menarik kain baju belakang Stella, menghentikan tapak kaki Stella. Stella tidak bisa melihat wajah jelas Danica, tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengannya sampai ia menarik keras kain baju belakangnya.

"Ada apa Danica-kun?" tanya Stella khawatir.

"Stella-chan…" panggil Danica lirih.

"Ya?"

Tubuhnya bergetar hebat. Sepertinya dia ingin menangis. Kenapa? Kenapa dia menangis? Dia hanya bersembunyikan tadi? Apa yang terjadi padanya?

"Kh… Bagaimana ini Stella-chan?! Aku menghancurkan sebuah batu Kristal!!!" Danica menangis histeris menunjukkan batu Kristal di tangannya yang hancur. Ia seperti setengah mati tidak tahu harus berbuat apa.

"Eh? Batu Kristal?" Stella tampak kebingungan.

"Iya, saat aku berusaha bersembunyi, tak sengaja aku menginjak batu Kristal di balik pohon ini. Dan kelihatannya, batu Kristal ini berkualitas sekali. Jika aku ketahuan penjaga hutan, aku harus bagaimana?" Danica terus menangis dan gelisah.

Seperti masih anak kecil. Pikir Stella.

Stella berusaha menenangkan Danica dengan mengelus kepalanya secara lembut. Kemudian, ia berhenti menangis dan gelisah. Menjadi diam seperti anak kecil yang penurut.

Stella tersenyum. Seolah tidak terjadi apa2, atau lebih seperti mengatakan, "tidak usah dihiraukan." Kemudian Stella mengeluarkan saputangannya dan mengusap air mata Danica.

"tak apa. Jika ketahuan, aku yang akan bertanggung jawab. Daripada memikirkan itu, ayo kita pulang dan makan di tempat kesukaanmu. Bagaimana?"

"Hiks, iya," balas Danica nurut.

Tidak ada yang bisa mengalahkan kebaikan dan senyuman malaikat Stella.

Stella menggandeng tangan Danica, mengajaknya pulang baik2. Batu Kristal yang hancur, ditinggal Danica di tempat semula.

"AKH!!!"

Suara teriakan seseorang menghentikan mereka berjalan karena kaget. Stella dan Danica membalikkan badan bersama dan melihat seorang laki2 terpana tak bisa berbicara melihat kepingan batu Kristal yang tadi Danica hancuri. Sepertinya ia sangat shock.

Laki2 itu berlutut, dan seperti berkeinginan mati saja. Batu Kristal itu bagaikan bagian kehidupannya. Melihat itu, Stella tak tega pergi dan membiarkan lelaki itu terus bertunduk sedih. Apa boleh buat. Stella harus berbuat sesuatu.