Chereads / Destinies : Origin / Chapter 28 - Lost and Despair

Chapter 28 - Lost and Despair

Adzim pov

Falco:"rasakan ini"

Falco menodongkan senapannya kearah Zalgo, dia lalu menembakan senapan itu, tapi bahkan sampai peluru senapan itu habis, Zalgo sama sekali tidak terluka. Falco lalu memukulkan ujung dari senapan itu kearah Zalgo, tapi tetap tidak berpengaruh, dan malah senapan itu yang hancur.

Falco:"sial"

Falco lalu mengambil pedang dan katananya. Dia lalu berusaha untuk menyerang Zalgo, namun Zalgo dapat menghindari semua seranganya Falco dengan mudah.

Zalgo:"hahahahaha, itu saja kemampuanmu?"

Zalgo:"kau terlalu lemah"

Zalgo:"akan kutunjukan perbedaan kemampuan kita"

Zalgo lalu memukul Falco dan membuat Falco sedikit terpental.

Aku ingin sekali membantu Falco, tapi kami masih belum bisa mengalahkan para pahlawan yang telah dikuasai oleh Zalgo. Falco lalu berdiri dan mengeluarkan aura mengerikan yang sama, tapi lebih kuat daripada yang dia keluarkan saat di Atlantis.

Fian:"aura ini?"

Dwiyan:"ini seperti saat di Atlantis"

Adzim:"tidak, ini lebih kuat"

Falco:"tidak ada pilihan lain"

Falco:"ini satu satunya kesempatanku"

Zalgo:"hahahah, sepertinya ini akan menjadi menarik"

Falco lalu dengan cepat berlari kearah Zalgo, saking cepatnya sampai aku tidak bisa melihatnya. Falco lalu melompat dan menebas Zalgo. Tapi serangannya Falco dapat ditahan oleh Zalgo.

Zalgo:"kau tidak cukup kuat untuk melukaiku"

Falco:"kita lihat saja"

Falco terus mendorong pedangnya hingga dia bisa melukai pipi sebelah kiri Zalgo.

Tapi tidak lama setelah itu pedang dan katananya patah. Sementara itu, kami akhirnya sudah berhasil mengalahkan para pahlawan. Kami mengikat dan membekukan para pahlawan itu, lalu pergi untuk membantu Falco.

Adzim:"Falco, kami datang"

Tapi Falco melarang kami.

Falco:"tidak, jangan mendekat"

Tapi kami tetap mendekat, dan tanpa kami sadari, Zalgo dengan cepat sudah berada di depan kami, dan siap untuk menyerang kami. Falco juga langsung berada di depan kami, untuk melindungi kami. Tapi Falco sedikit terlambat, dan Zalgo berhasil untuk mencekik Falco.

Zalgo:"sudah kuduga kalau mereka adalah kelemahanmu"

Zalgo:"dasar bodoh"

Zalgo lalu mengangkat tubuh Falco sambil mencekiknya, lalu dia memukul wajah Falco dengan cukup keras, dan membuat kacamatanya Falco hancur. Karena masker milik Falco juga rusak, dan topi miliknya sudah lepas kami jadi bisa melihat wajah Falco dengan jelas, dan kami sangat terkejut saat melihat wajahnya. Dari rambut merah yang menyala, dan mata sipit yang tajam miliknya. Ternyata Falco adalah Fadli, orang yang kami kira sudah mati, ternyata selama ini berada di dekat kami. Tapi ini tidak masuk akal sama sekali. Kami semua terlalu syok dan takut hingga tidak tau harus berbuat apa.

Fadli yang melihat kami ketakutan langsung berteriak.

Fadli:"DESTINIES"

Fadli:"jika kalian takut, kembalilah, tinggalkan saja aku"

Kami semua langsung sadar dari rasa syok kami.

Adzim:"mana mungkin kami bisa meninggalkanmu"

Fadli:"ini perintah"

Adzim:"tidak akan"

Aku lalu melihat Fadli mengeluarkan pisau kecil dari lengan bajunya, dan dia menusuk tepat ke mata sebelah kiri Zalgo. Zalgo yang kesakitan langsung melepaskan Fadli, Fadli mendarat dengan aman, tapi dia tidak  bisa berdiri dengan tegak.

Zalgo:"manusia sialan, kubunuh kau"

Zalgo hendak memukul Fadli, tapi Fian dengan cepat memindahkan Fadli ke tempat kami.

Fian:"Tet, sekarang"

Tetron lalu membuka portal dibawah kami menuju ke markas.

Di markas, aku sangat senang karena ternyata Fadli masih hidup, aku merasa seperti ingin menangis. Saat aku mau mendekati Fadli, Fian dan para Troublemakers menghentikanku.

Fian:"Fadli, coba jelaskan apa maksudnya ini"

Fadli yang masih kesulitan berdiri mencoba untuk menjawab Fian.

Fian:"JANGAN PURA PURA, TIDAK TAU, KENAPA KAMU MENYEMBUNYIKAN IDENTITASMU DARI KAMI?"

Fian:"JIKA KAMU MEMANG MASIH HIDUP SETELAH KEBAKARAN ITU, SEHARUSNYA KAMU MEMBERITAU KAMI"

Fadli mencoba untuk membuka mulutnya, tapi dia tidak bisa mengatakan apa apa.

Tetron:"KENAPA KAMU DIAM SAJA? CEPAT JELASKAN KEPADA KAMI"

Tetron:"APA KAMU TIDAK TAU BAGAIMANA PERASAAN KAMI SAAT KAMI KIRA KAMU SUDAH MENINGGAL"

Arvin:"APA KAMU TIDAK MEMIKIRKAN BAGAIMANA PERASAANNYA ADZIM"

Adit:"ATAU KAMU BAHKAN TIDAK PEDULI PADA KAMI SEMUA?"

Aku mencoba untuk menenangkan mereka.

Adzim:"teman teman, kalian tenanglah dulu, kita bisa selesaikan ini dengan cara baik baik"

Tapi mereka semua tidak mendengarkanku.

Riski:"KAMI KIRA KAMI INI SAHABATMU, KAMI KIRA KAMU MENGANGGAP KAMI SEBAGAI SAHABATMU, TAPI KAMU SAMA SEKALI TIDAK MEMBERITAU KAMI APAPUN"

Ryan:"KAMU MENGECEWAKAN KAMI"

Fadli tetap diam dan menunduk.

Fian:"KENAPA KAMU DIAM SAJA"

Fian langsung memukul Fadli, diikuti oleh Tetron, Adit, Ryan, dan Arvin. Aku langsung marah melihat itu, dan aku langsung mencoba menghentikan mereka.

Tapi Riski, dan Ramadhan menahanku.

Adzim:"TEMAN TEMAN, APA YANG KALIAN LAKUKAN"

Mereka masih saja memukuli Fadli.

Tetron:"KENAPA KAMU DIAM SAJA, KATAKAN SESUATU"

Aku mencoba untuk memberontak dari Riski dan Ramadhan, tapi mereka lebih kuat daripada aku. Aku lalu mulai menangis dan meminta mereka untuk berhenti.

Adzim:"teman teman berhenti, aku mohon jangan sakiti dia lagi"

Adzim:"kumohon berhenti"

Tapi mereka tidak mau mendengarkanku. Mereka terus saja memukuli Fadli yang sudah babak belur, dan aku tidak bisa melakukan apapun selain menangi. Sedangkan teman teman yang lain hanya diam saja.

Adzim:"kenapa kalian diam saja, cepat hentikan mereka"

Adzim:"aku mohon hentikan mereka"

Adzim:"Dwiyan? Artha? Veri? Siapa saja, tolong hentikan mereka"

Walaupun aku sudah menangis dan memohon seperti itu, tetap tidak ads yang bergerak. Para Troublemakers terus memukuli Fadli, hingga Fadli pingsan. Mereka kemudian berhenti, dan melepaskan aku. Aku langsung berlari kearah Fadli dan memeluknya.

Adzim:"FADLI!!"

Adzim:"kenapa kalian melakukan ini?"

Tapi tak lama kemudian Ina dan Qori memisahkanku dari Fadli, dan mereka mengangkat Fadli menjauh.

Adzim:"tunggu, kemana kalian akan membawanya, berhenti"

Adzim:"Ina, Qori, lepaskan aku, lepaskan aku"

Tapi tanpa aku sadari ternyata aku sudah terlalu lelah karena terlalu banyak menangis.

Mereka berdua lalu membantuku pergi ke tempat Fian dan yang lain membawa Fadli. Ternyata mereka membawanya ke kamarnya, laly Fian dan Elsa mengobati lukanya Fadli. Aku langsung bingung. Setelah mengobati lukannya Fadli, kami semua keluar dan menutup pintu kamarnya Fadli. Aku kemudian menyadari kalau Fian dan yang lainya menahan air mata mereka.

Adzim:"apa yang sebenarnya kalian lakukan?"

Fian:"maaf Dzim, setelah melihat apa yang terjadi padanya, kami tidak ingin melihat dia kembali melawan Zalgo lagi"

Adzim:"lalu kenapa kalian memukulnya"

Tetron:"kami juga tidak ingin melakukan ini, tapi ini satu satunya cara"

Adit:"dia tidak akan mau mendengarkan kami jika kami melarangnya"

Ryan:"itulah kenapa kami membuatnya pingsan"

Adzim:"lalu bagaimana sekarang?"

Mereka semua melihat kearahku.

Fian:"bukankah kamu pemimpinnya?"

Adzim:"untuk saat ini lebih baik kita menyembuhkan diri dulu"

Adzim:"kita butuh rencana untuk mengalahkan Zalgo, dan kita juga harus berlatih"

Adzim:"semoga kita masih sempat"

Mereka kemudian setuju dan kami tetap di markas selama kurang lebih 1 minggu untuk berlatih, membuat rencana, dan memulihkan diri. Selama seminggu itu juga, kami melihat keadaanya Fadli secara bergantian, dan kami memberi Fadli obat bius secara berkala agar dia tidak bangun dan ikut campur. Setelah seminggu berlalu, kamipun akhirnya siap berangkat untuk melawan Zalgo lagi.

Adzim:"apa kalian sudah siap?"

All:"siap"

Tapi saat kami sudah mau berangkat, tiba tiba ada yang memukulku dan akupun pingsan.