1 tahun kemudian. Luka dalam yang menyayat hati Adrian tak kunjung hilang. Kehilangan sosok ayah yang menjaga, mendidik, dan menemani Adrian dari kecil merupakan hal yang sangat berat bagi Adrian. Adrian tidak pernah tahu seperti apa ibunya. Ibunya meninggal saat melahirkan Adrian.
Dari kejauhan datanglah seseorang yang membuyarkan lamunan Adrian. "Bro... napa lu?, semenjak keilangan bokap... hobby lu ngelamun, kesurupan tau rasa lu" kata Geraldo yang merupakan teman SMA Adrian.
Geraldo: "Daripada lu ngelamun mending malem lu ikut gw aja buka botol sekalian ajak Nisa, Sandra, Feli"
Adrian: pas banget gw lg butuh... ya lu tau kan maksud gw.
Geraldo: otak gw gausah diragukan lagi bro hahaha.
Adrian: yaudah kabarin aja ntar gw nyusul.
Geraldo: siap bro.
Setelah sampai ditujuan, Adrian menemui Geraldo yang sudah setengah sadar. "Yaelah keb*ngsatan lu ga rubah dr SMA". Perasaan yang tidak terkendali membuat Adrian juga minum hingga tak sadarkan diri. Hal itu membuat teman-temannya kewalahan.
Adrian bangunn, kata Feli memegangi Adrian. "Fel balik sama gw ya"...
Mereka berdua memasuki mobil yang dikendarai oleh Feli. Kebetulan mobil Adrian ditinggal di parkiran. Tadinya Adrian mengajak Feli menggunakan mobilnya, tetapi hal itu diurungkan oleh Feli karena Adrian mabuk berat. Feli takut hal yang tidak diharapkan akan terjadi.
10 menit lamanya perjalanan. Tiba-tiba Adrian menarik Feli dan ingin menciumnya. Feli terkejut dan langsung menamparnya. "Adriannn sadarrrrrr", karena takut Feli langsung mengantar Adrian dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di lobby rumah Adrian, mereka disambut oleh pelayan-pelayan Adrian. "Terimakasi nona, mari masuk" kata kepala pelayan utama. "Tidak terimakasi, saya pulang saja".
Keesokan harinya...