Pov Syasya
Seperti kebanyakan murid Sma, aku juga memiliki seseorang yang aku suka dan ia sangat baik padaku. Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan menikahi abangku sendiri di umurku yang masih muda begini.
Dia adalah Hasbhi yang merupakan ketua OSIS SMA kami, ia cukup populer di kalangan wanita di SMA kami. Awalnya aku juga tak menyukainya, namun teman-temanku terus mengatakan bahwa Hasbhi suka curi-curi pandang terhadapku.
Karena terus mereka ledekan, perasaanku padanya mulai berubah dan mulai tumbuh rasa suka. Bahkan setiap kali kami bertatapan aku sering salah tingkah dan wajahku memerah namun perasaanku padanya harus aku kubur karena mau tak mau aku akan jadi seorang istri.
Masa UN akhirnya datang aku fokus pada ujianku dan setelah selesai ujian UN. Hasbhi berdiri di depan pintu dengan membawa bunga, semua orang tertawa dan membunyikan siulan namun tidak bagiku mungkin hal ini yang tak paling aku inginkan.
"Syasya ... aku sudah menyukaimu dari pertama bertemu, awalnya aku pikir ini hanya ketertarikan yang biasa namun rasa itu semakin lama semakin besar dan aku yakin momen ini adalah hari yang tepat dan aku ingin kamu menjadi kekasih di hatiku" air mataku menetes dan aku lari meninggalkan kerumanan orang-orang yang menonton kami.
"Syasya .... bukanya kamu juga menyukaiku..?"
"Maaf, lupakan aku ..."
"Kenapa?..."
"Aku akan menikah"
"Bagaimana bisa diumur yang masih muda?"
"Aku telah di jodohkan menikahi kakak angkatku..".
"Kamu bukan barang"
"Kamu salah menilai orang tua angkatku mereka sangat menyayangiku seperti keluarga mereka sendiri jika hal ini bisa membuat mereka senang aku dengan senang hati akan melakukannya" Suara gurunan hujan dan hujan mulai menguyuri kami. Klakson mobil terdengar dan itu Aiman, Syasya langsung berlari masuk ke mobil.
"Lagi main drama segala"
"Apa urusanmu?"
Syasya menatap Hasbhi yang masih melihatnya, tubuhnya di guyuri hujan dan Aiman melajukan mobilnya dan menatap Syasya dengan sinis.
"Nggak percaya ada orang yang suka sama model kayak ini, pakai ujan-ujan lagi" Aiman tertawa dan Syasya melihatnya dengan tatapan tajam.
"Diam saja dan aku tak ingin mendengar kata-kata keluar dari mulut yang sangat berbisa itu".
"Dasar kurang ajar" ucap Aiman yang mengemudikan mobilnya.
******
Pernikahan dilangsungkan yang hanya di handiri sanak keluarga dan kerabat terdekat. Mataku masih sembab akibat masih belum bisa melupakan bayangan Hasbhi yang hujan-hujanan dan akad nikah sedang dilangsungkan. Syasya telah sah menjadi istri Aiman Hakim, ia melihat jarinya yang telah terpingkali oleh cincin pernikahan.
Setelah akad selesai Aiman membereskan barang-barangnya sebab besok ia akan ke luar negeri melanjutkan kuliahnya. Sebagai istri Syasya melipat pakaianya dan memasukannya ke dalam koper namun Aiman emosi dan menendang koper tersebut.
"Apa yang Abang lakukan?"
"Siapa yang memintamu memegang pakaianku dan jangan harap kamu bisa menempati hatiku yang telah di isi oleh Naya sepenuhnya".
"Aku tau, aku hanya ingin merapikan pakaianmu" ucap Syasya dengan nada marah.
"Pernikahan ini hanya pernikahan palsu yang tertulis di atas kertas jika waktu sudah mendukung hubungan kami kita akan langsung pisah dan jangan sedikit pun memiliki perasaan padaku". Ucap Aiman membawa semua pakaiannya dan Syasya menangis.
Setelah kepergian Aiman keluar Negeri , Syasya melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah dan hal itu cukup efektif untuk melupakan permasalahannya.Syasya di terima di jurusan matematika of sains.
*******
3 tahun berlalu.
Aiman pulang dari Negara tirai bambu dan kedatangannya disambut oleh Nenek, ayah dan ibu.
"Kami sangat merindukanmu" neneknya memeluknya dengan kuat dan Aiman menyalim tangan ibu dan ayahnya.
"Lihat cucuku tambah kurus".
" Disana tak ada makanan se enak buatan nenek".
"Istrimu sangat pandai memasak jadi kamu akan kembali gemuk lagi".
"Ha... ha iya nek".
"Apa kamu tak mengatakan kedatanganmu pada Syasya?".
"Sudah bu... kayaknya Syasya ada kuliah bu.."
"Kamu udah di terima jadi dosen disanakan".
"Udah bu... kenapa ibu minta aku harus ngajar di Universitas itu sih..".
"Jangan banyak tanya, pas ngajar kamu bakal tau.." ucap ibu tersenyum .
"Tapi kami pulang dulu dan titip salam sama Syasya..."
"Iya bu... Nenek aku masih rindu"
" Nenek masih ada urusan di kampung jagain istrimu".
"Siap buk bos".
*****
Karena besok hari pertama aku mengajar aku telah mempersiapkan pakaianku dan hendak menelpon Syasya tapi gengsi. Memang iya kami tidak melakukan hubungan komunikasi saat aku belajar di luar negeri, bahkan aku tak tau dimana dia berkuliah soalnya aneh jika aku tanya sama ibu padahal dia istriku.
Entah kenapa aku membuka photo pernikahan kami, harus aku akui dia tampak sangat cantik namun orang yang aku cintai adalah Naya. Aku menelpon Naya dan mengajaknya besok bertemu, walaupun dia sekali-kali mengunjungiku aku masih tak tau berkata apa saat dia meminta aku menikahinya, apalagi kondisi nenek yang semakin melemah.
Ayam berkokok menandakan subuh sudah datang, aku langsung mengambil air wudhu dan sholat. Aku memakai pakaianku kerja hari ini pertamaku mengajar aku harus melihat kondisi tempatku mengajar.
Aku memarkirkan mobil dan langsung di sambut Rohit yang merupakan sahabat karibku, ini juga salah satu alasanku kenapa aku mau mengambil kampus ini tempatku mengajar.
"Mana istrimu..."
"Siapa yang kamu maksudkan?" Jawabku dan Rohit mengangkat alisnya.
"Istrimu kuliah disini"
"Apa ?"
"Kamu tidak tau, dia istrimu apa kamu masih menjalani hubungan dengan Naya?"
"Masih, aku menikah dengannya hanya karena nenek dan kami telah membuat perjanjian".
"Kau gila... seharusnya kau beruntung dinikahkan dengannya dia sangat cantik dan ..." Perkataan Rohit langsung di potong Aiman.
" Aku tak pernah melihatnya sebagai wanita ..."
"Itu istrimu datang"
Saat itu aku terkesima melihat dia, tampilannya berbeda dari yang aku lihat tiga tahun lalu. Sekarang ia tampak seperti selebgram hijabers dan ia sedang tertawa bersama teman-temannya.
"Kamu akan melihat bagaiman istrimu sangat dicintai di kampus ini". Rohit membuka Instagram Syasya dan pengikutnya banyak, kolom komentarnya banyak di komentari para pria.
"Jangan berkata aneh lagi, antarkan aku ke ruanganku" walaupun aku cukup terkejut melihat perubahannya aku menetralisir perasaan aneh itu.
*****
Pov Syasya
Aku masuk kuliah pagi dan entah kenapa aku melihat orang yang sangat tak ingin aku lihat, mungkin itu bayanganku saja. Aku dan teman-temanku tertawa dan masuk kelas, katanya dosen bagian elementerku kedatangan dosen baru karena dosen sebelumnya cuti melahirkan.
Ia masuk ruangan dan wajahnya sangat familiar, aku mencoba mengucek mataku dan itu tak berubah.
"Kenapa harus dia?" ucapku dalam hati.
"Syasya .... kamu kenapa?" Ucap Sinta dan aku menggelengkan kepalaku.
"Perkenalkan saya Aiman Hakim pengganti ibuk Rosa dan saya harap kalian dapat bekerja sama dengan saya karena ini hari pertama saya untuk mengajar, jika ada hal yang ingin kalian tanyakan seputar saya boleh mengangkat tangan".
Fitri mengangkat tangannya dan tersenyum ke arah kami.
"Bapak udah punya istri" mataku melotot dan ia tersenyum.
"Kalian bisa menganggap begitu karena saya memang akan segera menikah" entah kenapa hatiku sedikit sedih, seharusnya aku bisa menerima karena ia tak menganggap pernikahan kami nyata.
Kuliah selesai, teman-temanku saling bergosip karena menurutnya pria berengsek itu sangat tampan dan sangat sedih mendengar bahwa ia tak punya kesempatan.
"Syasya... ini bunga untukmu". Seorang lelaki berkacamata yang merupakan lelaki memiliki IPK kumlot di kelasku.
"Makasih Tio tapi aku nggak bisa menerima ini...".
"Aku nggak nuntut kamu tapi cuma mau ngasih bunga ini.." Aiman kembali masuk ke kelas karena mengambil absen.
"Saya mau ambil absen " ia segera keluar, sedangkan aku tersenyum sambil mengucapkan terimakasih pada Tio.
*****
"Mendapat bunga"
"Woi.. ngapain ngomong sendiri" ucap Rohit dan Aiman menyiku tubuh Rohit.
"Gimana tadi Lo... ngajar kelas bini Lo..
Dia cantik lho udah liat dia dapat bungakan".
"Apaan sih lho..?"
"Bini lho itu kembangnya kampus ini, bahkan kalau dia nggak istri lho udah ikut gue kayak laki-laki lain".
"Lebay banget lho.."
"Gue serius, mungkin dulu Naya di SMA kita cukup terkenal tapi Syasya itu beda dia bahkan disukai sama beberapa dosen muda dan pria-pria jenius dari beberapa jurusan".
"Aku tak ingin mendengarnya"
Aiman masuk ke ruangannya, ia mengirim pesan pada Syasya
"Mulai Minggu depan pindah rumah, nenek akan tinggal bersama kita".
"Baiklah" balas Syasya, setelah mengirim pesan Aiman iseng membuka Instagram Syasya dan ia sungguh tak habis pikir dengan pria yang menyukai Syasya bahkan ia banyak mendapat like di fotonya.
"Apa cantiknya sih?" ucap Aiman bergumang di mejanya, namun ia melihat kembali foto-foto Wani yang memang cantik.
Entah kenapa melihat komentar yang di tinggalkan para pria di fotonya membuat ia sedikit jengkel, namun Aiman tak berpikir bahwa itu ketertarikan namun hanya rasa kakak yang marah melihat adiknya di gerumuni oleh para pria.
******
Syasya merasa kesal karena harus kembali bertemu dia lagi, bahkan di awal pernikahan Syasya sebagai istri akan menerima suaminya dan belajar mencintai. Namun Abangnya tak beranggapan begitu dan menghinanya.
Sungguh saat itu Syasya mengubur perasaanya dan tak akan jatuh hati pada abangnya, karena pernikahan mereka hanya sematara dan palsu. Syasya menatap foto pernikahanya yang tersimpan dalam lacinya.
"Kenapa kamu kembali dan menganggu hidupku", Syasya meneteskan air mata, lalu Kiara yang merupakan teman sekamarnya terkejut melihat Syasya yang menangis.
Syasya langsung menyimpan foto pernikahanya karena tak ada satupun temanya yang tau bahwa ia telah menikah.
"Kamu kenapa Syasya?".
"Aku.... hanya merindukan keluargaku, tadi aku memimpikan mereka".
"Sini aku peluk" Kiara memeluknya dan Syasya terus menangis, sungguh ia merasa bersalah karena tak jujur pada sahabatnya namun pernikahannya adalah sesuatu yang palsu dan tak bisa diumbarkan.
******