"Tuan, apa anda ingin masuk?" Tanya seorang wanita dengan sangat sangat ramah. Merisa mematung saat mendengar suara yang sangat ia kenal. Diangkat wajahnya untuk melihat siapa wanita itu. Pupilnya membesar bersamaan dengan bola mata wanita yang sedang memandangnya.
"Sarah?" Pekik Merisa kaget.
"Me-merisa?"
…
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Merisa dengan nada terkejut.
"A-aku...., kumohon Merisa jangan beri tahu ayah," Pintanya sambil menatap Merisa was-was.
"Ta-tapi… kau untuk apa?"
"Ini semua untuk membayar hutangku pada mu." Ucapnya lirih.
"Ta-tapi bukan dengan ini caranya. Kau tahu bagaimana lelaki hidung belang itu menatapmu?" Ujar Merisa khawatir, melihat sahabatnya memakai pakaian sexy dan dengan manja menarik lelaki hidung belang masuk ke dalam tempat hiburan.
"Demi Tuhan Merisa aku hanya menarik pengunjung saja. Aku tidak menjual diriku," Bantahnya pada Merisa yang menurutnya sudah kelewat jauh dalam berfikir.
Tapi pasti setiap orang akan berfikir sama jika melihatnya seperti itu.
"Aku lebih tidak rela melihatmu menjadi maid dari pada bekerja disini. Maafkan aku karena membuatmu begini. Aku hanya ingin kau seperti dulu, seperti Merisa yang aku kenal,"
Merisa tertegun mendengar perkataan Sarah.
'Apa yang salah dengan diriku yang sekarang, bukankah ini lebih baik?' Ucap Merisa dalam hati.
"Aku bisa membayar hutangku. Kau tidak perlu bekerja disini," Ucap Merisa tegas.
"Jangan bohong Merisa.Keluargamu sudah bangkrut. Semua asetmu sudah disita bank. Dengan apa kau bisa membayarnya?" Ungkap Sarah lirih.
Yah itu semua memang benar. Keluargan nya sudah bangkrut sejak empat tahun yang lalu. Hidupnya terasa sulit saat itu. Bagaimana melihat ayahnya harus naik kendaraan umum untuk mendaftarkan Alya masuk High School yang biasa-biasa saja. Bagaimana melihat Alya yang marah karena tidak bisa masuk sekolah elit yang ia idam-idamkan. Bagaimana melihat Ernest, yang harus rela menjadi tulang punggung keluarga padahal ia hanyalah sepupunya.
'Sedangkan aku? Apa yang ku lakukan? hanya menjadi beban bagi mereka semua.'
"Berapa gaji di sana?" Tanya Merisa dingin.
"A-apa maksudmu?" Tanya Sarah bingung.
"Berapa gajimu?" Tanya Merisa sekali lagi. Matanya memandang kosong Sarah.
"Sa-satu juta untuk 1 minggu." Jawab Sarah ragu.
…
Leon menatap kotak biru yang ada ditangannya. Ia tersenyum sambil membuka kotak kecil itu.
Senyum puas tergambar saat melihat betapa berkilaunya jam tangan butut milik seseorang yang dengan susah payah ia paksakan pengrajin jam tangan terbaik untuk memperbaikinya walaupun ia masih saja dongkol karena mengingat pengrajin jam tangan itu memandangnya dengan tatapan
'Apa kau gila menyuruhku memperbaiki rongsokan ini?'. Kekesalannya masih bertambah ketika ingat orang yang entah siapa memberikan barang seperti ini pada orang itu.
"Tuan, kita sudah sampai." Panggilan Ferdi membuyarkan lamunan Leon .
Dilihatnya pemandangan di luar jendela mobil. Melihat pintu depannya sudah ada seseorang yang menyambutnya. Disimpannya kotak kecil berwarna biru itu disaku jasnya. Lalu ia segera bergegas keluar dari mobil.
"Apa saja yang dia kerjakan saat aku tidak ada?" Tanya Leon pada Sandra sambil berjalan menuju ruang kerjanya .
Sandra berjalan membuntutinya sambil melepas mantel tuannya.
"Nona, mengerjakan pekerjaannya seperti biasa," Jawab Sandra sambil menggantung mantel Leon ditangannya.
Setelah memarkir mobil, segera Ferdi menghampiri tuannya.
"Sekarang apa dia ada di dalam kamar?" Tanya Leon lagi. Ia mengendorkan dasinya yang sedikit membuatnya sesak.
"Selama anda pergi setiap hari libur dia pergi menginap di rumah temannya," ucap Sandra hati-hati
"Dimana itu?" Tanya Leon lagi. Ia sudah ada di depan pintu ruang kerjanya.
"Dia hanya menyebutkan ia menginap di rumah temannya yang bernama Sarah."
Belum sempat Leon membuka gagang pintu ruang kerjannya. Ia langsung terpaku diam mendengar kata 'Sarah' disebutkan.
Matanya terbelalak kaget. Keningnya berkerut kesal. Dengan cepat dirogohnya ponsel dari dalam saku. Memencet sebuah nama yang tertera dalam phone booknya.
Bunyi nuuut terdengar dari ponselnya dan tidak beberapa lama suara seorang yang ia kenal menggantikan bunyi nut tadi.
"Dimana dia sekarang!" Ucap Leon penuh penekanan.
To be continue.....
semoga tidak membosankan bagi para pembaca 😁🙏