"Apakah Aiden setuju?" tanya Raisa lagi.
"Kalau aku setuju, ia pasti akan setuju," kata Anya dengan yakin.
"Aku benar-benar iri padamu. Aiden sangat mencintaimu, sampai-sampai ia mendengarkan semua kata-katamu," kata Raisa dengan bibir cemberut.
Anya menatap Raisa dengan tatapan lucu. "Apakah Kak Ivan tidak baik padamu? Mungkin memang ia bukan pria yang romantis, tetapi ia berusaha keras untuk menyenangkanmu. Seharusnya kamu menghargai usahanya!"
"Aiden benar-benar memanjakanmu, kamu tidak akan pernah memahami perasaanku!" Raisa menghela napas panjang dan tidak ingin melanjutkan lagi.
"Mengapa kamu terlihat sedih, padahal sebentar lagi kamu akan menikah dengan pria yang kamu cintai?" Anya memandang Raisa dengan curiga.
Raisa tidak tahu bagaimana cara menceritakannya pada Anya. Ia terlalu malu. Tetapi menyimpannya seorang diri juga malah membuatnya semakin sedih.