"Saat kamu pulang nanti, datanglah ke rumah ibu. Nico berniat untuk melamar Tara di taman," kata Anya dari telepon.
Melamar?
Aiden ingat saat ia dan Anya menikah. Saat itu, Anya dalam keadaan terpaksa. Ia tidak pernah merasakan romantisnya dilamar oleh pria yang dicintainya.
Mereka hanya pergi ke kantor catatan sipil dan langsung mendapatkan surat nikah mereka begitu saja.
"Apakah wanita suka dilamar seperti itu?" tanya Aiden.
"Tentu saja. Itu kan sangat romantis. Kami bahkan sudah mencari fotografer untuk mengabadikan momen mereka. Tara masih belum tahu sama sekali soal rencana ini," kata Anya dengan penuh semangat.
Aiden mendengarkan cerita Anya sambil berpikir keras. Kemudian ia menjawab, "Aku akan kembali secepat mungkin untuk menyaksikan kebahagiaan Nico dan Tara."
"Kamu juga jaga kesehatan di sana. Cepat tidur, jangan begadang," Anya teringat akan sakit kepala Aiden dan sadar bahwa di tempat sudah larut malam.
"Selamat malam," Aiden menutup teleponnya sambil tersenyum.