Aiden menekan pangkal hidungnya, berharap bisa meredakan beban di pikirannya. Kemudian ia berkata dengan pahit, "Aku sama sekali tidak pernah berpikir seperti itu."
"Tetapi itu yang kamu lakukan …" bisik Anya dengan suara lirih. Ia merasa seperti kehabisan tenaga. Namun, entah mengapa air matanya masih mengalir. "Aku sangat mencintaimu dan berharap agar hubungan kita bisa bertahan. Tetapi pada akhirnya, aku tidak bisa memilikimu."
"Anya …" ketika mendengar suara Anya yang sedikit goyah, Aiden tahu Anya sedang menangis.
Hatinya ikut hancur. Hancur dan tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Ia ingin memeluk Anya dan melindunginya. Ia ingin mengatakan betapa besar rasa cintanya pada Anya. Ia ingin mengatakan betapa hancurnya perasaannya saat anak mereka tiada.
Ia ingin mengatakan bahwa ia menyesali semuanya …
Aiden menyalahkan dirinya sendiri karena tidak sadar ada sesuatu yang terjadi dan tidak bisa menyelamatkan Anya tepat waktu.
Tiga hasil tes DNA telah menghancurkan harapannya.