Aiden mengambil tisu di meja dan mengulurkan tangannya. Ia menghapus air mata di sudut mata Keara dengan lembut.
"Berpura-pura lemah dan menangis di hadapanku tidak ada gunanya," tangan besar Aiden membelai wajah Keara dengan sangat lembut, tetapi kata-kata yang terucap dari mulutnya benar-benar berkebalikan.
Keara memegang tangan Aiden dan menahan tangan itu agar tetap menyentuh wajahnya. "Aiden, bisakah kita memulai kembali? Aku tidak keberatan meski kamu sudah menikah sekali pun."
"Aku yang keberatan." Aiden menarik tangannya kembali dengan dingin. "Apakah kepura-puraan ini masih tetap berlanjut?"
"Apa?" Keara terlihat terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Aku tidak nafsu makan kalau harus makan di depanmu. Silahkan makan saja," suara Aiden terlihat dingin, tanpa ada kehangatan sama sekali. Ia bangkit berdiri dan mengambil jasnya yang ia sampirkan di belakang kursi.