Tubuh Aiden kaku. Ia sama sekali tidak bergerak.
Ketika mendengar suara Anya, hatinya terasa sakit seperti disayat dengan pisau.
Tangannya terkepal dengan erat hingga kukunya melukai telapak tangannya. Hanya dengan cara itulah ia bisa menahan diri untuk tidak memeluk wanita yang dicintainya ini.
"Aku sedang sibuk. Kalau tidak ada apa-apa lagi, tidurlah dulu. Jangan tunggu aku," kata Aiden dengan suara rendah.
Mata Anya terasa panas saat mendengarkan suaminya yang dingin. "Aiden, aku tahu ini sudah mendekati akhir tahun dan kamu sangat sibuk. Aku tidak akan mengganggumu. Tetapi aku sangat merindukanmu. Kamu selalu pulang setelah aku tidur. Begitu aku bangun, kamu sudah pergi lagi ke kantor. Sudah lama aku tidak melihatmu."
Aiden berusaha keras untuk menahan dirinya. Ketika ia sudah tidak mampu lagi, ia menyingkirkan tangan Anya yang memeluk pinggangnya. "Kalau kamu tahu aku sibuk, seharusnya kamu menjaga dirimu sendiri. Jangan terus menyulitkan aku."