"Aiden, apakah Tara dan Nico tidak bisa bersama?" tanya Anya sambil mendongak menatap suaminya.
"Tidak bisa," jawab Aiden singkat.
"Aku bisa melihat bahwa Tara hanya berpura-pura kuat. Sebenarnya, Nico ada di hatinya," Anya mengerucutkan bibirnya, terlihat sedih.
"Kalau mereka saling mencintai, mengapa mereka tidak mau saling menunggu? Nico masih belum mampu berdiri sendiri. Ia mungkin tidak benar-benar mencintai Tara. Mungkin ia hanya posesif dan tidak mau kehilangan wanita yang diinginkannya saat ini," kata Aidne.
Anya memikirkannya dengan seksama dan memikirkan bahwa kekhawatiran Aiden cukup masuk akal. Ia juga takut ini hanyalah bagian dari sifat playboy Nico semata.
"Tidak ada yang tahu mengenai masa depan. Setidaknya, Tara bersedia untuk memberi kesempatan pada Nico dan menunggunya. Itu saja sudah cukup," kata Anya sambil mengusapkan kepalanya ke leher Aiden. "Aku pusing, aku ingin tidur."
"Tidurlah. Aku akan menemanimu," kata Aiden dengan suara lembut.