"Anya, ayah benar-benar minta maaf. Seharusnya ayah tidak datang dan mengeluh pada ibumu," Deny menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tangisan pahit terdengar dari mulutnya.
Dari tempat tidurnya, Diana tampak bisa mendengar pembicaraan mereka. Air mata menetes dari sudut mata Diana.
"Ibu!" Anya melihat air mata itu dan langsung berseru pada ibunya. "Ibu, bangun. Apakah ibu bisa mendengarku? Ibu …"
Namun, meski dipanggil berapa kali pun, Diana tidak merespon.
Di monitor EKG, detak jantung Diana tampak semakin dan semakin cepat hingga akhirnya sebuah alarm berbunyi dengan keras.
Seorang dokter langsung datang dan memasuki ruangan. Begitu melihat kondisi Diana, ia langsung menyuruh Anya keluar. "Tolong keluar terlebih dahulu, kami harus memberikan pertolongan darurat pada pasien.
"Ada apa dengan ibuku? Apakah ia akan baik-baik saja? Dokter, tolong bantu ibuku," Anya merasa panik. Ia benar-benar takut. Takut kehilangan ibunya.