"Aku bisa mencium aroma yang sama dengan obat yang dimasukkan Natali ke dalam minumanku sebelumnya," gumam Anya.
Wajah Aiden terlihat menyeramkan seolah ada badai yang akan mendekat. Aura hitam kelam langsung melingkupi Raisa.
Raisa merasa panik. Ia melangkah mundur, satu langkah demi satu langkah, bersiap untuk melarikan diri.
"Raisa, ke mana kamu akan pergi?" Aiden menghentikannya.
Raisa memaksakan senyuman di bibirnya. "Gelasnya sudah pecah. Sepertinya isinya tidak untuk diminum. Aku … Aku akan mencari kakakku."
"Raisa, beraninya kau!" kata Aiden dengan geram.
Bahu Raisa ikut gemetaran karena ketakutan yang ia rasakan. "Aku … Aku …"
"Bawa Nona Raisa ke ruang tunggu," perintah Aiden.
Harris baru saja datang ke tempat itu. Ketika melihat pecahan gelas yang berserakan di lantai dan Raisa yang ketakutan setengah mati, ia bisa menebak apa yang terjadi.
"Nona, silahkan lewat sini," Harris mengatakannya dengan sopan sekaligus tegas sehingga sulit untuk ditolak.