Chereads / Legenda Dewa Harem / Chapter 28 - 28 Berani-beraninya Kau Mengejar Istriku? Kuhajar Kau!

Chapter 28 - 28 Berani-beraninya Kau Mengejar Istriku? Kuhajar Kau!

"Akhirnya sampai." Kata Randika sambil menghela napas.

"Hei jangan pergi dulu, kau masih belum mengajarkanku cara menyetirmu." Kata perempuan itu dengan mata yang memelas. Dia lalu menangkap tangan Randika yang hendak pergi dan membenamkannya di antara dadanya. "Aku mohon! Ajari aku dong!"

Randika merasa berada di surga. Keempukannya benar-benar kelas atas, perempuan ini benar-benar tahu cara memanfaatkan tubuhnya.

"Maaf tidak bisa." Kata Randika sambil berusaha melepaskan tangannya. "Maaf aku buru-buru, tolong lepaskan tanganku."

"Tidak mau! Akan kulepas kalau kau setuju untuk mengajariku." Rengek si perempuan.

Randika kemudian tersenyum. Dia kemudian mendekati perempuan itu dan wajah mereka berdekatan. Perempuan ini tidak menghindar ataupun malu.

"Apakah kau benar-benar mau belajar?" Tanya Randika.

"Iya!" Perempuan cantik ini segera mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tapi pelayanan apa yang kau tawarkan sebagai gantinya?" Tanya Randika.

���Maksudnya?" Perempuan ini pura-pura tidak tahu maksud Randika.

"Kalau begitu lupakan saja." Randika segera menarik tangannya dengan paksa.

"Kumohon jangan pergi. Aku bisa membawamu ke tempat bagus." Kata perempuan itu.

Randika tidak mempedulikannya. Dia segera menutup pintu mobil dan berjalan menuju gedung Cendrawasih.

"Hei, setidaknya berikan nomor teleponmu." Kata perempuan itu sambil menjulurkan kepalanya dari jendela.

"Jika kita ditakdirkan bersama, maka kita akan bertemu lagi suatu hari nanti." Kata Randika sambil melambaikan tangannya.

Tentu saja dia bercanda. Dia sudah kapok berkendara dengan perempuan satu itu. Jika kau ingin cari mati, jangan ajak-ajak aku!

"Hmmm…." Perempuan itu menggigit bibirnya, baginya meminta nomor itu sudah jarang sekali.

Akhirnya Randika sampai di gedung Cendrawasih. Perempuan yang bertugas di lobi kaget ketika melihat sosok Randika. Dia tidak tahu harus berbuat apa terhadap lelaki tersebut. Lelaki itu dikabarkan sebagai suami dari pimpinan perusahaan yaitu Inggrid Elina, tetapi pimpinannya itu tidak pernah mengatakan apa-apa padanya. Jadi dia ragu untuk memperbolehkan masuk Randika atau tidak. Akhirnya dia memutuskan untuk memperbolehkannya karena waktu itu Randika sempat berjalan masuk berdua dengan Inggrid.

Pada saat Randika ingin ke lantai atas, sekerumunan orang sedang berkumpul di lobi. Randika merasa bingung, ada apakah kali ini?

"Permisi, permisi." Randika mulai menerobos masuk kerumunan dan sudah berada di depan. Ketika dia melihat pemandangan itu, dia merasa murka.

Dia baru pergi tiga hari dan sudah ada laki-laki yang berani mengejar istrinya? Apalagi nampaknya pria itu sedang melamar istrinya, apakah dia sudah bosan hidup?

Randika memilih untuk diam dulu dan memperhatikan situasi terlebih dahulu.

"Inggrid, aku tahu bahwa aku tidak pantas mendapatkanmu." Seorang pria nampak sedang berlutut dengan satu kaki, membawa seikat bunga dan memegang tangan Inggrid.

Jelas bahwa dia sedang melamar istrinya!

Bajingan kecil ini tidak tahu bahwa dia berusaha mencuri istri dari salah satu orang terkuat di dunia. Dia ingin membunuhnya sekarang juga. Tatapan mata Randika semakin dingin.

"Hei bukankah kau tadi mengatakan bahwa Bu Inggrid akan menolaknya?" Dua orang di samping Randika sedang berdiskusi dengan suara pelan.

"Iyalah, bagaimana mungkin Bu Inggrid menerimanya. Perusahaan ini miliknya dan kelas mereka juga berbeda." Balasnya.

"Dan juga aku dengar bahwa Bu Inggrid itu sudah menikah!"

"Apa? Aku kok tidak tahu?" Temannya ini tidak percaya, wanita tercantik di kota ini sudah menikah?

"Hei pelan-pelan kalau ngomong. Aku juga baru tahu akhir-akhir ini. Para ahli parfum di lantai 9 yang kasih tahu aku. Kapan hari ada lelaki yang memanggil Bu Inggrid sebagai istrinya dan Bu Inggrid tidak menyangkalnya! Tetapi kata orang-orang, kalau dilihat dari cara mereka bicara mereka bukan seperti suami istri. Jadi, ini semua masih misteri."

Randika mulai nimbrung, "Hei, kalian tahu siapa lelaki yang mengejar Bu Inggrid itu?"

Ketika Randika menyela pembicaraan mereka, mereka dengan antusias menjawab. "Orang itu adalah manajer personalia kita. Dia sudah berada di perusahaan ini sejak lama jadi dia tahu perusahaan ini hingga seluk beluknya."

Pada saat ini, Andre menatap mata Inggrid dan mengatakan, "Inggrid, aku sudah mencintaimu sejak awal kita bertemu. Aku meninggalkan perusahaan lamaku hanya demi bisa bersamamu."

Inggrid benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Banyak orang yang berkerumun dan melihat mereka jadi dia tidak tahu harus bagaimana menolaknya dengan benar.

"Inggrid, kau adalah wanita tercantik yang pernah aku temui. Kau mungkin masih belum mengerti cintaku ini, tapi aku yakin hatiku ini terbentuk untuk mencintaimu!"

Randika berpikir bahwa kata-kata pria ini terlalu berlebihan dan menjijikan.

Inggrid tersipu malu. Dia juga menyadari bahwa ada banyak orang yang sedang mengamati mereka berdua, jika hal ini tidak diselesaikan baik-baik dia takut ini akan membawa masalah besar nantinya.

Terlebih dengan jabatan sebagai manajer personalia, Andre membawahi banyak orang. Jika Inggrid melukai hatinya, dia takut akan terjadi krisis internal.

"Inggrid, beri aku kesempatan. Aku akan membahagiakanmu." Andre sekarang menyodorkan bunganya.

Inggrid kau adalah milikku!

Andre berpikir dalam hatinya bahwa jika dia ditolak, dia akan membuat perusahaan ini mengalami hari-hari yang susah. Dia sudah merancang hari ini dengan baik, dia sudah mendapatkan dukungan dari berbagai departemen-departemen penting jadi apabila Inggrid menolaknya, dia akan menjatuhkan perusahaan ini!

Pada saat ini, muncul sebuah suara. "Wah bunga-bunga ini cantik sekali."

Mendengar suara yang muncul tiba-tiba ini, Inggrid sedikit lega karena dia merasa ada yang hendak membantu dirinya. Saat dia menoleh ternyata pria itu yang malah datang.

Randika keluar dari kerumunan dan menjadi objek pandangan seluruh orang di sana. Dia segera mengambil bunga tersebut dari tangan Andre sambil mengatakan, "Hmmm harum sekali. Dengan begini toiletku akan harum sepanjang hari. Terima kasih atas sumbanganmu, dengan begini aku tidak perlu membeli pengharum ruangan."

Pfffttt!

Para penonton tidak dapat menahan tawa mereka ketika melihat hal ini. Mereka tidak menyangka bahwa pria yang datang ini ternyata akan mengejek Andre sedemikian rupa.

Inggrid juga ingin tertawa tapi dia berhasil menahan diri. Sekarang dia lebih khawatir terhadap Randika yang biasanya melakukan hal berlebihan. Dia hendak memperingati Randika tetapi Randika menoleh kepadanya dan mengatakan, "Permisi Bu Inggrid, ada hal penting yang ingin kusampaikan."

Setelah berkata seperti itu, Randika menoleh kanan-kiri sambil melirik Andre sebelum akhirnya mengatakan, "Di sini kelihatannya ramai sekali, percakapan kita nanti terdengar. Bagaimana kalau kita melanjutkannya di kantorku saja? Ataukah aku yang mendatangi kantormu?"

Inggrid tahu bahwa Randika ingin menyelamatkan dirinya dari situasi ini jadi dia hanya mengangguk dan pergi menuju kantornya.

Ini mungkin cara terhalus untuk menyelesaikan situasi ini.

Andre, yang masih berlutut dengan satu kaki, tidak bisa tidak merasa heran. Dia lalu berdiri dan menatap marah Randika. "Dari departemen mana kau?"

Randika menoleh dan menatap Andre. Setelah beberapa saat dia mengatakan. "Kau sendiri dari departemen mana?"

"Aku adalah manajer personalia perusahaan ini!" Kata Andre dengan berteriak.

"Oh manajer personalia toh." Randika mengangguk lalu tersenyum dan menjulurkan tangannya. "Aku dari departemen orang gila, salam kenal."

Beberapa orang langsung tertawa teredam, mereka heran kenapa pria ini begitu lucu.

"Kau!" Andre hampir kehilangan kesabarannya dan segera menunjuk-nunjuk Randika. "Kau tidak lihat bahwa aku sedang menyatakan cinta?"

"Maaf aku tidak melihatnya." Kata Randika sambil tersenyum. "Aku benar-benar buru-buru tadi. Aku perlu berbicara dengan Bu Inggrid secepat mungkin jadi aku hanya melihat sosok beliau sedang berdiri sendirian. Lalu aku melihat bunga itu, kukira kau adalah tukang pengirim bunga jadi kuambil saja. Maafkan kesalah pahamanku sebelumnya. Ini bungamu kukembalikan padamu kalau kau masih mau."

Orang-orang di sekitar sedikit takjub pada Randika. Meskipun dia sudah tahu jabatan Andre yang sebenarnya, Randika masih tidak memberikannya wajah.

Andre sudah tidak tahan lagi. Andre segera membanting bunga yang dikembalikan oleh Randika.

Randika pura-pura kaget dan mengatakan, "Tuan Andre, aku tahu bahwa Anda marah tetapi jangan lampiaskan ke bunga itu. Aku tahu bahwa cintamu ditolak tapi tolong hargai orang yang telah susah payah menanam bunga itu."

Melihat Randika, Andre semakin murka. Dia lalu menoleh ke beberapa bawahannya untuk membantu dirinya kalau terjadi apa-apa.

"Tindakanmu ini sudah berlebihan tuan. Apakah seorang manajer personalia tidak bisa menahan emosinya?" Kata Randika.

"Cukup." Andre sudah merasa dirinya mau meledak. "Enyahlah! Aku ada urusan dengan Inggrid."

Ternyata manajer personalia ini berhasil menahan amarahnya dan hendak menuju kantor istrinya.

Randika mulai bingung. Dia segera menemukan sebuah ide. Randika segera memfokuskan tenaga dalamnya ke jarinya dan menembakkannya ke sabuk yang dipakai Andre. Tenaga dalamnya segera menyebar dan menghancurkan sabuknya itu.

"Tuan, celana Anda melorot!" Teriak Randika.

Andre menoleh dan benar katanya, celananya melorot hingga ke lantai dan celana dalam merahnya terlihat dengan jelas.

"Hahahaha!"

Suara tawa muncul dari belakang. Andre sudah kehilangan kesabarannya. Dia segera memakai kembali celananya dan menatap tajam kepada Randika. Dia lalu bergegas ke lift sambil menahan celananya yang melorot, cara jalannya lucu sekali seperti penguin.

Andre merasa malu 7 turunan. Sebelum pria itu datang, semuanya berjalan dengan baik. Bahkan jika Inggrid menolaknya, dia akan disaksikan oleh semua orang di perusahaan ini dan dia bisa memanfaatkan hal itu untuk menciptakan kekacauan. Mungkin rencananya semua itu telah hancur hanya gara-gara campur tangan pria itu.

Andre kemudian menggertakan giginya sambil bersumpah dengan dirinya sendiri. "Dengan segala kekuatan yang kumiliki, aku akan memastikan kamu menerima ganjarannya!"

Inggrid berada di ruangan kantornya. Dia mendengar suara ketukan pintu dan mempersilahkan masuk.

Yang masuk adalah Andre dengan celananya yang sudah dia betulkan.

"Inggrid, kau tahu aku suka denganmu. Jika kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku, tidak perlu kabur dengan cara rendahan seperti itu." Sejak dia masuk ke dalam ruangan, Andre tidak membiarkan Inggrid berbicara.

Ketika mendengarnya Inggrid sedikit kebingungan, terus dia akhirnya menyadari bahwa Randika sepertinya telah melakukan sesuatu terhadap Andre.

"Aku tidak tahu apa yang telah Randika lakukan terhadapmu." Inggrid mengatakannya dengan wajah dingin.

Ketika melihat Inggrid masih tidak mau berkomentar, Andre menghela napas dan bertanya, "Kalau begitu, boleh aku tahu dari departemen mana orang itu?"

"Dia adalah ahli parfum khusus milikku. Ada apa memangnya?" Tanya Inggrid.

Andre membalas, "Barusan dia membuatku malu di depan publik, jika kau tidak membelaku dan menghukumnya maka aku akan berhenti dari perusahaan ini!"

"Asalkan kau tahu, aku lah yang merekrut pekerja-pekerja di sini jadi aku juga bisa mengajak mereka keluar denganku juga!"

Inggrid menanggapinya dengan tenang, "Jangan terlalu berlebihan, aku akan memanggil orang itu ke sini."

"Tidak perlu mencariku, aku sudah di sini." Randika masuk ke dalam ruangan dengan santai.

Melihat wajah senyum Randika, Andre sudah ingin memukulnya. Dia lalu hanya menggertakan giginya dan berusaha tenang demi ambisinya.

"Bu Inggrid kenapa Anda memanggilku ke sini? Kau tahu kalau aku sibuk bukan?" Randika lalu menguap. "Aku sekarang benar-benar sibuk dengan pengembangan produk baru kita, hal ini juga cukup membuatku kelelahan dan kekurangan tidur."

Inggrid mengerutkan dahinya ketika mendengarnya. Sibuk? Bukannya kau mengerjakan parfum milik Peter dalam beberapa menit saja? Dan bukankah kau barusan kembali setelah pergi beberapa hari?

"Tolong perhatikan orang ini dengan seksama Inggrid. Dia tidak memiliki sopan santun." Andre menoleh ke Inggrid. "Bagaimana mungkin dia bisa menjaga citra perusahaan Cendrawasih ini? Kalau dia tidak keluar maka akulah yang akan keluar!"

"Biarkan aku yang berbicara terlebih dahulu." Inggrid berusaha menengahi mereka berdua dan bertanya kepada Randika. "Randika, apakah kau membuat malu Andre di bawah tadi?"

Randika tertawa, "Membuat malu? Bagaimana mungkin aku melakukan itu? Aku tadi sudah berkenalan secara baik dengan saudara Andre di bawah tadi, tetapi beliau memperlakukanku dengan buruk. Sekarang dia mengatakan bahwa aku seakan-akan melakukan hal jahat padanya, Anda benar-benar sadis."

Randika menunjukan wajah suram. "Ibu Inggrid, aku harap Anda juga tidak bias terhadap hal ini."

Inggrid segera mengerutkan dahinya. Dia berpikir, Kenapa kau melakukan ini? Tidakkah kau melihat aku sedang mendamaikan kalian?

"Randika! Jelaskan apa yang telah kau lakukan di bawah tadi!" Teriak Inggrid.

"Aku tidak ngapa-ngapain." Melihat bahwa Inggrid marah, Randika pura-pura kaget. "Sungguhan aku tidak berbuat apa-apa, jika kau tidak percaya kau bisa menanyakannya pada para karyawan yang berada di lantai bawah."

"Bisa jelaskan apa yang terjadi?" Inggrid menyerah bertanya pada Randika dan beralih ke Andre.

Andre kemudian menghela napas dalam-dalam dan mengatakan. "Dia membuat celanaku melorot."

"Hei tuduhan apa itu! Aku tidak menyentuhmu sama sekali." Balas Randika. "Aku sama sekali tidak berada di sekitarmu sebelumnya, apakah kau punya bukti bahwa aku melakukannya?"

Inggrid kemudian menatap Randika dengan dingin, dia melihat bahwa muka Randika tidak menunjukan penyesalan dan mengatakan. "Randika, minta maaflah kepada Andre."

Minta maaf? Randika tersenyum pahit. Ares harus meminta maaf kepada manusia fana? Bahkan jika dia yang salah buat apa meminta maaf? Lagipula bukannya Andre berniat mencuri istrinya darinya, buat apa dia harus meminta maaf ke pencuri seperti itu?

Randika memiliki ide, dia mendekati Inggrid dan mengangkat dagunya lalu mengatakan. "Ibu Inggrid yang cantik, apakah kau ingin membuatku meminta maaf dari lubuk hatiku?"

Mendengar kata-kata Randika, Inggrid takut bahwa hubungan mereka berdua akan ketahuan oleh Andre. Tetapi setelah menatap tajam Randika, suaminya ini melepaskan tangannya dan Inggrid pun kembali bernapas lega.

"Membuatku meminta maaf tidak gratis." Randika tersenyum nakal setelah mengatakan itu dan menarik Inggrid ke pelukannya dan mencium dirinya!

Apa!?

Andre yang melihatnya hanya bisa tertegun dan Randika terlihat memainkan lidahnya. Inggrid berusaha mati-matian mendorongnya.

Tetapi kekuatan manusia tidak berdaya di hadapan Ares. Setelah 10 detik, Randika melepas Inggrid dan tertawa. "Masih harum seperti biasanya."

"Kau! Dasar bajingan!" Andre merasa murka. Dia mendekati Randika dan mengangkat kerah bajunya.

"Cari gara-gara kamu?" Randika segera membalas tindakan Andre dengan mendorongnya pelan.

"Randika!" Inggrid segera menampar mejanya untuk menghentikan mereka berdua.

"Inggrid cepat pecat dia!" Andre sudah tidak tahan lagi, adegan ciuman itu juga menambah rasa malu pada dirinya.

Inggrid juga benar-benar marah. Randika kali ini bertindak keterlaluan, jika bukan karena ada Andre di sini dia mungkin sudah menampar Randika.

Melihat ekspresi marah Inggrid, Andre merasa bahwa pria ini sudah tamat. Inggrid siap-siaplah menjadi milikku!

Ketika Inggrid kembali ingin memarahinya, Randika terbatuk dua kali dan menundukkan kepalanya sambil berkata dengan pelan. "Hmmm kontrak kita masih berlaku."

Inggrid yang mendengarnya segera terdiam. Bajingan ini malah mengancam dirinya dengan menyebut kontrak. Dia benar-benar lelaki menyebalkan!

"Ha? Kontrak apa?" Andre samar-samar juga bisa mendengarnya.

���Itu adalah rahasiaku dan pemilik perusahaan ini yaitu Ibu Inggrid Elina. Kau yang orang asing tidak berhak tahu." Randika kemudian kembali tersenyum. Dia lalu membisik di telinga Inggrid, "Kontrak kita masih belum selesai, kau adalah wanitaku!"

Pernyataan Randika sangat tegas!

Wajah Inggrid menjadi putih dan Andre hanya bisa melihat mereka berdua berbisik. Hubungan mereka sebenarnya adalah?

Tidak! Tidak mungkin! Andre menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mungkin itu terjadi. Dia sudah memastikan bahwa Inggrid masih lajang, hal ini tidak mungkin salah.

Melihat bahwa Inggrid tidak berkomentar apa-apa, Randika kemudian mengatakan. "Sepertinya pemimpin kita telah menyelesaikan masalah ini dengan keputusan yang bijak. Tuan Andre maafkan aku karena telah melihat celana Anda melorot."

"Kau!" Andre sudah hendak meledak. Sepertinya dia harus menyelidiki kembali hubungan kedua orang tersebut. Setidaknya dia sudah berhasil memaksa pria bernama Randika ini meminta maaf, ini membuatnya tersenyum.

"Kalau semuanya sudah selesai, saya pamit duluan. Pengembangan parfum baru ini tidak bisa saya tinggalkan sesuka hati." Kata Randika dengan muka serius.

Kemudian Randika keluar dengan santainya.

"Inggrid…" Karena sudah hanya ada mereka berdua, Andre memanggil Inggrid dengan nada yang lebih santai. Dia hendak bertanya tetapi dicegah Inggrid.

"Masalah sudah selesai dan aku harap kau bisa kembali kerja dengan giat."

Mendengar perintah Inggrid, Andre tidak bisa melawannya sama sekali. Dia juga tahu bahwa kalau dia bertanya sekalipun, dia tidak akan mendapatkan apa pun.

Setelah keluar ruangan, Andre malah disambut dengan pria terberengsek yang pernah dia temui.

"Berhenti!"

Namun, Randika seperti pura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan. Andre segera menyusulnya dan menepuk pundaknya, "Aku bilang berhenti!"

Kali ini Randika menoleh dan melihat ternyata Andre lah yang menepuk pundaknya. Lalu dia berkata dengan tersenyum, "Ternyata Tuan Andre, aku minta maaf karena tidak mendengarmu. Aku tadi mengira bahwa itu suara lalat lewat ternyata itu suara Anda."

Andre sedikit marah mendengarnya tetapi dia berhasil mengendalikan emosinya. "Apa hubunganmu dengan Inggrid Elina?"

"Hubunganku?" Kata Randika dengan nada ragu.

"Iya hubunganmu dengan Inggrid." Andre menatap tajam pada Randika. "Apakah itu hubungan suami istri?"

"Hubunganku dengan Inggrid adalah urusanku bukan urusanmu." Kata Randika dengan muka tegas. "Kau lebih baik mengurus dirimu sendiri sebelum mengusik hidup orang lain."

Melihat Randika yang berusaha kabur, Andre kembali mencegatnya.

"Kau harus menjelaskannya dengan jelas kepadaku."

Andre menatapnya dengan tajam. "Jika kau tidak menjelaskannya padaku, aku akan keluar dari perusahaan ini!"

Secercah cahaya dingin melintas di mata Randika, kemudian dia berkata sambil tersenyum. "Apakah kau benar-benar ingin tahu?"

"Tentu."

"Sini akan aku beritahu."

Andre mendekatkan telinganya dan merasa senang. Namun tiba-tiba, Randika melayangkan sebuah pukulan ke hidungnya.

"Persetan denganmu! Jika kau berani menyusahkan ataupun mengejar perempuanku lagi, bukan hanya hidungmu saja yang patah!" Kata Randika sambil menendangnya. Andre tidak bisa menahan tendangan Randika karena dia sibuk merintih kesakitan gara-gara hidungnya yang patah. Andre lalu tergeletak di lantai.

Andre kebingungan, dia adalah manajer personalia di perusahaan ini sekarang malah dia dihajar oleh karyawannya.

"Kau ingin tahu hubunganku dengan Inggrid bukan? Camkan ini baik-baik, dia adalah wanitaku! Dia adalah istriku!" Randika kembali menendang Andre yang sudah tersungkur di lantai.

Tentu saja Randika sangat mengurangi tenaganya, kalau tidak mungkin hanya sepatu Andre saja yang tersisa.

"Kau mau tahu apa lagi? Sini akan kujelaskan semuanya." Randika kemudian mengangkat tubuh Andre dan melayangkan satu pukulan ke perutnya.

"Camkan ini baik-baik, jika kau berani menyentuh atau mengejar wanitaku lagi, aku akan memotong alat kelaminmu yang kecil itu." Kata Randika sambil menampar Andre.

Sadis!

Setelah 'berolahraga' sedikit, Randika menghela napas.

"Aku harap kau paham setelah kejadian ini." Randika kemudian mendudukkan Andre di sebuah kursi yang ada di lorong. "Ingatlah jangan pernah mengejar Inggrid lagi. Jika aku mengetahui kau masih berusaha, awas saja. Untuk sekarang, lebih baik kau ke rumah sakit untuk mengurus lukamu."

Andre merasa seluruh tubuhnya kesakitan. Ketika sosok Randika sudah menghilang, tatapan matanya dipenuhi oleh rasa dendam.