Setelah mengunjungi Kirana di rumah sakit, Victor kembali ke galeri seninya untuk beristirahat. Namun di sana ia malah bertemu dengan Win yang terlihat pucat. Asistennya itu meminta waktu Victor untuk bicara. Entah apa yang mau dikatakan Win, Victor penasaran sekali.
"Jadi apa yang mau kamu katakan?" tanya Victor pada Win ketika mereka duduk di sofa di dalam ruang kerjanya di galeri seni.
Win menunduk. Ia tidak sanggup melihat Victor.
"Ada apa?" Victor mulai takut ketika melihat gestur Win yang seperti itu. "Kamu mau berhenti kerja?"
Win berhenti bekerja adalah hal yang ditakuti Victor. Dia sudah nyaman punya asisten pribadi seperti Win. Sebelum menjadi asistennya, Win bekerja sebagai pengawas klub malam dan bar miliknya.
Selama ini Victor tidak punya keluhan khusus tentang kinerja Win. Asistennya itu cakap bekerja, teliti, tidak banyak protes dan tidak pernah meminta libur. Betapa beruntungnya Victor memiliki asisten seperti Win.
"Bukan, Tuan," Win menggeleng pelan.
"Lalu?"