Dua jam sebelumnya ….
Win kembali ke studio lukis milik Victor. Di dalam studio lukis itu, Victor terlihat gelisah.
"Win, aku berubah pikiran. Aku ingin menyimpan lukisan itu," kata Victor. Ia merenungkan ini seharian. Haruskah membuang atau menyimpan lukisan abstrak wajah Kirana?
Awalnya Victor berniat membuat lukisan itu. Setiap kali melihat lukisan abstrak wajah Kirana, hati Victor semakin sedih. Ia makin merindukan gadis itu.
Win diam sejenak. Ekspresinya berubah bingung.
"Jadi apa kamu sudah membuangnya atau belum?"
"Saya tidak membuangnya, Tuan. Tapi… saya mengirimkannya pada Dokter Kirana," jawab Win jujur. Ia tidak peduli jika akan dimarahi tuannya.
"Apa?!"
Victor kaget setengah mati. Ia tidak menyangka asistennya, Win akan mengirim lukisannya pada Kirana.
"Iya, Tuan," jawab Win sambil merundukan kepala.
Victor mencengkram rambutnya. "Kenapa kamu mengirimnya?"