Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Andai Takdir Sedikit Mengalah

Warni_3016
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.8k
Views
Synopsis
Sore itu hujan turun dengan derasnya, entah berapa lama aku sudah menunggu di emperan toko. Perasaan bosan mulai datang menerpa, "Eh....." desahku. "Sampai kapan aku harus menunggu??", gumamku. Beberapa lama kemudian, orang yang aku tunggupun akhirnya datang. "Hai ...." sapanya. Senyum simpulnya terlintas di bibirnya. "Sudah lama menunggu y?" tanyaknya, "maaf tadi ada rapat guru kelas dengan wali murid, aku kira tidak berjalan lama, ternyata aku salah, ada beberapa wali murid yg protes tentang kebijakan kepala sekolah.... dst" dia terus saja bercerita tanpa henti tanpa aku gubris karena terlalu lelah menunggu dan sangat lapar. Entah apa yg dia bicarakan, tidak terlalu aku hiraukan. Melihat ekspresi yang nanar menatapnya akhirnya dia berhenti bercerita. Tiba-tiba dia memegang tanganku dan dengan lembut berkata "maaf y sayang, jangan marah, ayo aku traktir makan siang!", katanya sambil tersenyum manis. Akupun jadi tidak berdaya, kupandangi mata coklat kekasihku itu, ada rasa tenang di hatiku. Akhirnya hatiku luluh melihat senyum dan kata-kata manisnya. "Baiklah, aku maafkan, tapi lain kali kalau telat datang tolong SMS aku, jangan buat aku menunggu dan kawatir seperti ini" kataku. "Iya sayang, aku berjanji tidak akan membuatmu menunggu lagi". Jawabnya singkat. Kami pun pergi dari emperan toko itu menuju warung makan terdekat, hujanpun sudah reda sehingga kami tidak perlu menggunakan jas hujan yg sedari tadi sudah dia siapkan. ************** Namaku Nita, usiaku 27 tahun, usia yang sudah layak untuk menikah. Teman - temanku sudah menikah semua, tapi aku sampai usia 27 tahun belum kunjung mendapat jodoh. Hatiku mulai gelisah dan galau, belum lagi pertanyaan dari keluarga, teman dan handai tolan yang selalu bertanyak "Kapan nikah.....?" itu sering membuat Stress. Hingga suatu hari aku bertemu dengan Herri. Herri seorang guru SMP, secara finansial Herri sudah mapan, dan sudah layak untuk berumahtangga. Dia memiliki segalanya tapi entah kenapa dia belum mau menikah. Usia Herri 28 tahun, tampan dan sangat baik hati. Awal kami bertemu di kampus tempatku bekerja. Herri hendak melanjutkan kuliahnya kejenjang yang lebih tinggi yakni S2. Ketika hendak pulang, secara kebetulan kami bertemu di tempat parkir dan mungkin ini yang namanya jodoh, aku kesulitan mengeluarkan motor dari tempat parkir dan Herri datang menolongku. Dari sanalah perkenalan kami bermula, dari awalnya cuma teman, kemudian teman curhat, sahabat dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Hari - hari kami lewati dengan tawa canda, kesal, marah, cemburu dan segala perasaan yang biasa di alami oleh sepasang kekasih. Hubungan kami berjalan mulus dan baik - baik saja, aku memperkenalkannya dengan orang tua dan keluargaku, begitu juga dia, dia memperkenalkanku dengan kedua orang tua dan keluarganya. Semua berjalan lancar, hubungan kamipun semakin serius, rencana pernikahan pun sudah mulai sering di bahas. Disetiap doaku selalu ada namanya, semoga Allah menjodohkan kami, mempersatukan kami dalam bahtera rumah tangga. Bulan - bulan berlalu, kata orang, setiap pasangan yang hendak menikah selalu ada cobaan, tidak terkecuali hubunganku dengan Herri. Satu persatu cobaan mulai menerpa hubungan kami, akupun lebih sering meneteskan air mata bila bersama dari pada tertawa. Keyakinan ku akan cintanya mulai goyah dengan hadirnya perempuan lain di hatinya. Perempuan yang merupakan cinta pertamanya dan sampai saat ini belum bisa dia lupakan. Hatiku hancur, perih rasanya mengetahui laki-laki yang aku cintai dan hendak aku nikahi ternyata masih memendam rasa di hatinya untuk wanita lain. Setiap malam aku menangis, bingung untuk membuat keputusan. Haruskah aku melanjutkan rencana pernikahanku dengan Herri? atau aku harus mengakhirinya dengan segala konsekwensinya?
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1

Namaku Nita, usiaku 27 tahun, di usiaku yang sudah mendekati kepala tiga, aku masih melajang atau jomblo lah kata pemuda dan pemudi jaman sekarang. Kalau boleh jujur, perasaan resah dan gelisah sering aku rasakan akhir - akhir ini, aku bahkan sering malas jika diajak oleh orang tuaku dalam acara-acara besar yang diadakan oleh keluarga besarku. Aku merasa sering di bully oleh mereka, pertanyaan yang sering muncul dari mereka "kapan nikah.....?", pertanyaan itu sering membuat moodku berubah drastis menjadi sangat buruk. Kadang - Kadang ingin rasanya aku mencakar - cakar orang - orang itu, walaupun mereka keluargaku. Dalam hati aku selalu merasa sedih, kenapa meraka tega menanyakan hal yang meraka tahu jawabannya. Menikah itukan harus ada calon mempelai wanita dan calon mempelai laki-laki, bagimana mungkin aku bisa menikah sementara pacar saja belum ada. Kesellll.....

**********

Pagi itu aku terlambat bangun gara - gara malamnya aku begadang nonton bola Liga Inggris, aku memang penggemar liga Inggris. Aku segera bangun, kemudian mandi dan bersiap-siap berangkat kerja. Ku lihat mamaku sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk dan Bapak. Sementara Bapak sedang asyik membaca koran di meja makan, aku segera menghampiri Bapak "Pagi Pak...." ucapku. Bapak yang melihatku datang meletakkan korannya sambil tersenyum "Aduh anak gadis Bapak, udah cantik, mau kerja y", kata Bapak. "Iya Pak.... udah telat nih", jawabku. Bapak melihat jam di dinding dan dengan sedikit bingung berkata " Inikan masih pagi anakku, masih jam 06.45 wita, kok udah telat....???" kata Bapak, "Iya pak, hari ini jadwal penerimaan mahasiswa baru, jadi aku harus ada di kampus jam 07.00 wita Pak", sahutku. Aku langsung mengambil pisang goreng yang ada di meja, lalu memakannya dengan secepat kilat, kemudian mengambil air putih untuk membantu menelan pisang goreng yang aku makan tergesa-gesa. Melihat hal itu Bapak cuma menggeleng - geleng melihat tingkahku. Sementara itu dari arah dapur ibu melihat tingkah laku di meja makan dan segera menghampiriku, "makannya yang pelan anakku cantik, nanti keselek" kata mama. "Ini, mama sudah buatkan mie goreng telur kesukaanmu, udah mama masukkan di kotak makan siangmu, untuk bekal ke kantor" kata mama. "Terima kasih Ma. Mama memang the best.". Setelah mencium tangan kedua orang tuaku, aku segera berangkat ke kantor. Udara pagi yang sejuk dan menyegarkan membuat hatiku merasa bahagia. Entah kenapa hari ini moodku sangat bagus, walaupun aku tahu hari ini akan menjadi hari yang super sibuk bagiku. Aku bekerja di sebuah universitas ternama yang ada di kotaku. Satu - satunya Universita Negeri di Kotaku atau lebih tepatnya di Provinsiku. Suatu kebanggaan bisa di terima kerja di Universitas besar yang dulunya merupakan almamaterku. Kebetulan aku juga salah satu lulusan dari Universitas ini. Aku diterima sebagai staff akademik Pascasarjana Universitas XXX, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Pagi itu aku memasuki ruang kantorku, suasana masih sepi, cuma ada satpam dan Cleaning Service. Begitu banyak calon mahasiswa baru yang menyerahkan berkas pendaftarannya ke aku sehingga aku lupa untuk sarapan dan makan siang, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 wita, sudah waktunya untuk pulang, kulihat kotak makan siangku yang tadi pagi di berikan oleh mamaku, "Pasti mie nya sudah basi...." gumamku. "Aku pulang saja deh, nanti makannya di rumah saja", gumamku lagi. Aku segera menuju tempat parkir untuk mengambil sepeda motorku. Waktu aku hendak mengeluarkan sepeda motorku, tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, tapi untung ada orang yang membantuku. "Mbak baik - baik saja kan....?" Suara seorang lelaki dari arah belakangku. "Iya....., baik..., terimakasih y..." jawabku sambil tersipu malu. "Mbak staff S2 Bahasa Indonesia kan?" tanya laki - laki itu. "Iya..." jawabku sambil melihat dengan seksama laki - laki yang baru saja menolongku, "Namaku Herri, calon mahasiswa mbak,...." katanya sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Melihat senyumnya hatiku langsung dag dig dug..... Aku tersipu malu, akupun menjabat tangannya "Aku Nita". Jawabku. Setelah perkenalan singkat itu aku bergegas pulang ke rumah. Sepanjang jalan aku terus teringat akan senyum manis Herri. Apakah ini namanya jatuh cinta pada pandangan pertama...???? Tapi aku segera menepis rasa itu karena aku belum mengenal Herri. Aku bahkan tidak tahu nama lengkapnya dan yang paling penting statusnya.

********

Sesampai di rumah aku segera mengganti pakaian dan segera ke ruang makan. Aku begitu lapar sehingga memutuskan untuk makan siang dulu baru kemudian salat Zuhur. Malam itu aku tidak bisa tidur nyenyak, rasa penasaran tentang sosok Herri menggangguku. Aku ingin segera pagi datang sehingga aku bisa segera ke kantor dan melihat berkas data mahasiswa baru yang kemarin aku terima. Aku begitu penasaran tentang sosok seorang Herri.

********

Pagipun datang, aku segera bergegas ke kantor, dengan semangat dan hati ceria. Begitu sampai kantor, aku segera mengambil berkas mahasiswa baru yang kemarin aku terima. Satu persatu berkas mahasiswa itu aku buka hingga sampailah aku pada berkas seorang laki - laki yang begitu aku lihat fotonya langsung membuat hatiku kepincut. Ku buka berkasnya di saya tertera biodata calon mahasiswa baru. Nama Herri Pratama Kusuma, Usia 28 tahun, Pekerjaan Guru SMP (PNS), Status Singgel. Membaca biodata itu hatiku langsung berbunga-bunga, dia masih Singgel alias lajang. "Ternyata Dia belum menikah....????" gumamku. "Ini kesempatan emas" batinku. Aku segera menyimpan nomor kontaknya Herri, aku ingin menghubunginya, tapi dengan alasan apa? Sepanjang hari aku tidak bisa konsentrasi karena memikirkan Herri. Entah apa yang merasuki diriku.

Siang itu aku memutuskan untuk makan siang di kantin kampus, di kantin ternyata sudah banyak teman - temanku yang sedang makan siang "hai Nita, Sini, duduk di sini, sudah lama kita tidak makan siang bareng" aku menoleh untuk mencari sumber suara, ternyata yang memanggilku Murni, Staf Program Studi Administrasi Pendidikan, "Hai Murni" balasku. "Bagaimana kabarnya, udah lama kita tidak makan siang bareng y...." katanya lagi "Alhamdulillah baik" jawabku. Aku dan Murni memang sama-sama bekerja di Universitas XXX, tapi kami beda Fakultas jadi kami jarang bisa bertemu kecuali janjian atau kayak siang ini, sebuah kebetulan belaka. "Bagaimana calon mahasiswa baru di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia?" tanyaknya. "Lumayan banyak, kami mungkin akan membuka dua kelas untuk menampung peminat yang tahun ini cukup banyak" jawabku sambil melahap nasi goreng spesial yang aku pesan, "bagaimana dengan program studi administrasi pendidikan? berapa kelas mau di ambil tahun ini?" tanyakku, "sama kayak tahun kemarin, kami rencananya mau buka dua kelas juga" jawab Murni sambil melahap makan siangnya. Ketika aku dan Murni sedang asyik mengobrol, tiba-tiba ada suara laki-laki yang menegurku yang membuat jantungku hampir lompat karena terkejut "siang mbak Nita, boleh gabung gak...?", tanyak Herri, "Boleh ..." jawabku kikuk. "Mbak, maaf mengganggu acara makan siangnya, tapi saya sengaja ke sini karena mau mengantar pas photo saya yang kurang kemarin" kata Herri. Akupun mengambil pas photo yang diserahkan Herri kepadaku dan menyimpannya. "Boleh ikutan makan siang gak ...?" tanyaknya. "Ya boleh lah" jawabku spontan. Kami bertiga pun melanjutkan makan siang sambil mengobrol ringan dengan diselengi canda dan tawa. Siang itu aku sangat bahagia dan senang banget karena bisa bertemu Herri dan mengobrol dengannya.