Carribean Cafe.
"Dari mana aja lo?" Jason melihat Keenan baru masuk ke dalam Cafe setelah menghilang entah kemana.
"Abis buang sampah. Kenapa sih nyolot banget."
"Buang sampah aja lama bener. Ke Baghdad buangnye." Keenan mendengkus. "Ke Afrika Selatan!"
Keenan menghampiri Jevin yang tengah sibuk memasak pesanan pelanggan cafenya yang notabene para wanita muda yang terpesona dengan ketampanan seorang Jevin Marcellino.
"Nih buat lo." Keenan menaruh sebuah paperbag di atas meja pesanan. Jevin menghentikan kegiatan masaknya.
"Kado dari siapa? Ulang tahun gue besok, bukan hari ini."
"Gue ngga tahu apa yang terjadi sama keluarga kalian. Elo ngga cerita sama kita it's ok. Itu privasi kalian. Tapi gue paling ngga bisa lihat Desca mewek di pojokan luar sana hanya cuma lihat lo dari jauh."
Jason yang mendengar nama Desca langsung menghampiri Keenan.
"Bebeb Desca gue datang? Mana? Kok ngga masuk." Jason celingak celinguk mencari keberadaan Desca.
"Dia ngga berani masuk karena kalo dia masuk kesini itu artinya bakal ada cowok pengecut yang kabur tanpa alasan ngga jelas." Kesal Keenan.
"Itu kado terakhir dari Desca buat lo!"
Setelah mengucapkan itu, Keena pergi dari hadapan Jevin. Meski kesal dengan sikap Jevin yang menurutnya pengecut dan kekanak-kanakan tapi ia harus tetap profesional di depan pengunjung cafe.
Jevin membuka kado pemberian Desca. Ada sebuah kotak yang entah apa isinya dan sebuah surat.
Setelah membaca surat terakhir dari Desca, Jevin melepas appronnya dan berlari keluar Cafe. Kepalanya sibuk mencari keberadaan Desca seperti yang di sampaikan oleh Keenan.
Tapi sayang, Desca sudah tidak berada di sana.