Chereads / Viletta and The Gumacis Land / Chapter 2 - Mr and Mrs Corwin

Chapter 2 - Mr and Mrs Corwin

Rumah Mr dan Mrs Corwin berjarak 300 meter dari rumah Viletta. Tidak jauh berjalan kaki, sepanjang jalan kesana Viletta bisa menikmati hamparan luas ladang gandum.

Sewaktu kecil Viletta sering dititipkan ayahnya disana. Terutama ketika ayahnya pergi ke kota. Bisa dibilang, Rumah Mr dan Mrs Corwin sudah seperti rumah kedua bagi Viletta.

Ketika ayahnya terlalu sibuk dan dia bosan. Viletta akan pergi sendiri kesana. Mr dan Mrs Corwin orang yang sangat baik hati. Mereka sudah menganggap Viletta seperti cucunya sendiri. Viletta juga sangat suka berada dirumah itu.

Rumah mereka sering berbau kue yang lezat. Mrs Corwin tergila-gila akan cake dan roti. Dia bisa memagang kue atau roti setiap hari. Selain itu, ketika memasuki rumah mereka, Viletta bisa mendengar suara musik yang menyenangkan dari piringan hitam yang sering diputar Mr. Corwin.

Dibelakang rumah mereka ada ladang gandum yang luas, disamping rumah ada tanaman sayur dan buah yang beraneka ragam. Sekilas orang akan berpikir mereka petani biasa, tapi tidak. Sebenarnya mereka berdua pemilik toko bakery di kota. Dahulu, Mr dan Mrs Corwin menjalankan toko bakery itu sendiri. Sampai akhirnya mewariskan toko itu kepada anak mereka satu-satunya, Jonathan Corwin.

Viletta pernah bertemu dengan Jonathan, dulu sekali. Ketika itu umurnya mungkin masih enam tahun. Tapi dia tidak lupa wajah pemuda ramah itu, karena setiap fotonya terbingkai apik diruang tamu rumah Mr. Corwin. Dari semasa Jonathan kecil hingga dewasa. Ini salah satu hal yang membuat Viletta iri. Dirumahnya tak ada satupun bingkai fotonya ataupun ayahnya. Mr. Edmon bukan orang yang mau repot-repot mengajak anaknya untuk melakukan foto keluarga.

Meskipun toko bakery telah di kelola oleh Jonathan, Mr dan Mrs Corwin setiap bulan selalu datang ke kota untuk mengunjungi anak dan menantunya. Ketika mereka pulang, mereka akan membawakan Viletta beraneka ragam makanan lezat, bahkan Mrs Corwin juga sering kali membelikan Viletta pita yang cantik.

Hari ini, Viletta bertandang ke rumah Mr Corwin dengan membawa pesan dari ayahnya. Kedatangan Viletta disambut senyuman hangat Mr. Corwin yang kala itu berada dihalaman depan rumahnya.

'Ah, si cantik Viletta datang!' Seru Mr Corwin.

'Hai, Mr Corwin! Sedang memanen lagi?' Viletta tersenyum, melambaikan tangannya.

Mr Corwin mengangkat sekeranjang kentang yang baru saja dipanen, lalu terlihat bangga dengan isi keranjang kentangnya.

'Seperti biasa, aku dapat banyak hari ini.'

'Kali ini kentang itu akan diapakan?' Viletta tampak penasaran. Mereka berdua berjalan menuju pintu rumah.

'Hmm, apa lagi? Kue kentang? Roti kentang? Donat kentang? Ah, aku ingin makanan yang lebih asin sebenarnya.' keluh Mr. Corwin diakhir.

'Anda bisa meminta itu pada Mrs. Corwin, bukan? Aku rasa bola kentang yang dicampur daging dan keju akan kedengeran lezat.' Usul Viletta.

'Benar bukan? Akan lebih enak kalau kentang-kentang ini dibuat bola kentang seperti katamu, Viletta.' Mr. Corwin membuka pintu rumahnya.

'Elena! Kita kedatangan tamu!' Teriak Mr Corwin ketika sampai didalam.

'Kau harus menyarankan bola kentang itu pada Elena, Ok?' bisik Mr. Corwin.

Viletta tersenyum setuju, Mrs Corwin memang sering kali mendengarkan saran Viletta dari pada suaminya.

'Oh my dear, Viletta!' seru Mrs Corwin yang baru saja muncul dari dapur.

Mrs Corwin merengkuh tubuh Viletta lalu memeluknya hangat. Setelah itu Mrs Corwin merangkul pundak Viletta dan mendorongnya ke meja makan yang ada di dapur.

'Ayo, hari ini aku masak kue wortel yang enak sekali!' ujar Mrs Corwin, Viletta menurut. Sebelum sampai dapur pun bau kue itu sudah menguar sampai ruang tamu.

'Viletta bisa jadi kelinci gendut jika kau berikan kue wortel terus, Elena!' protes Mr Corwin

'Tidak apa-apa. Aku suka kue wortel.' kata Viletta senang.

'Kau selalu suka kue apapun gadis kecil! Bagaimana ayahmu?' Mr Corwin bertanya lagi setelah mereka duduk dimeja makan.

'Baik. Seperti biasa.' jawab Viletta singkat sembari mengucapkan terimakasih ketika Mrs Corwin menyodorkan sepotong besar kue wortel untuknya.

'Dia tidak lupa lagi ulang tahunmu, kan?' Mr Corwin menebak.

'Kali ini sepertinya tidak, Ms Ann sangat baik sekali mengingatkannya kemarin. Dia mengucapkan selamat ulang tahun terlebih dahulu kepadaku.' kata Viletta yang kemudian mengunyah kuenya.

'Mrs Corwin ini sungguh enak sekali!' katanya lagi dengan mulut penuh kue.

'Kau boleh makan sepuasmu, sayang!' Mrs Corwin mengusap rambut Viletta lembut, tersenyum bahagia melihat Viletta makan lahap kue buatannya.

'Ah Ivy, Han terlalu buta untuk melihat keberadaanya.' keluh Mr Corwin

'Han tidak buta, James. Dia hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.' balas Mrs Corwin mengambil sepotong kue wortel lagi lalu duduk disamping Viletta.

'Ayah sepertinya tidak tertarik dengan Ms Ann. Apa aku harus memberi tahu Ms Ann tentang itu?' kata Viletta ragu.

'Jangan sayang, Ivy bisa patah hati jika kau yang memberi tahunya. Biarkan saja sampai dia sadar sendiri atau ayahmu yang akan langsung mengatakannya.' Mrs Corwin memberi saran.

'Aku tidak mengerti kenapa ayah sangat sulit untuk dekat dengan Ms Ann. Aku pikir ketika mereka mulai mengobrol panjang tahun lalu akan berbuah baik. Tapi sepertinya mimpiku untuk punya Ibu harus kandas.' ujar Viletta sedih.

'Sayang, kau tidak perlu buru-buru. Ayahmu mungkin butuh waktu.' hibur Mrs Corwin.

'Apa kalian pernah melihat ibuku? Mungkinkah ayah masih tidak bisa melupakannya?' tanyanya tiba-tiba. Viletta menatap Mr dan Mrs Corwin bergantian.

Mr Corwin berdeham, melirik Mrs Corwin sekilas. 'Seperti yang kau tahu, ibumu telah lama meninggal. Sejak kau masih bayi. Tentu saja kami belum pernah melihatnya.'

'Ketika kalian pindah kesini, hanya kau dan ayahmu. Jadi kami tidak mengenal betul ibumu.' tambah Mrs Corwin.

'Andai aku tahu bagaimana wajah ibuku, atau seperti apa sosoknya. Aku ingin mengenalnya sedikit saja.' ujar Viletta penuh harap.

'Maafkan kami, Sayang. Kami tidak bisa mengabulkan keinginanmu yang satu ini.' Mrs Corwin tampak merasa bersalah.

'Oh maafkan aku!' Viletta tersadar. 'Ini bukan salah kalian. Lagi pula ini hanya keinginan sesaatku saja. Aku ingin tahu sosok ibu, agar bisa memberi saran kepada Ms Ann. Mungkin meniru sedikit tentang ibuku akan membuat ayah memperhatikannya.'

'Dengar Viletta, tidak semudah itu meniru seseorang. Lagi pula lebih baik jadi dirimu sendiri dari pada harus meniru orang lain untuk mendapatkan apa yang kau inginkan.' ujar Mr Corwin bijak. Viletta mengangguk setuju.

'Oh, aku hampir lupa! Mrs Corwin, ayah memintaku untuk mengatakan padamu, bolehkan kami memesan kue ulang tahunku lagi?' pinta Viletta.

'Tentu saja! Asal ayahmu berjanji untuk tidak datang ke toko kami dan membayar apapun yang aku buat untukmu.' ujarnya.

'Aku akan sampaikan itu pada ayah.' Viletta berjanji.

'Kau harus memastikannya, Viletta. Tahun lalu ayahmu lagi-lagi membuat Jonathan kebingungan. Terkadang Han jadi sosok menjengkelkan kalau berbicara masalah uang.' keluh Mr Corwin.

'Mungkin ayah terlalu tak enak hati menerima begitu banyak kebaikan dari kalian. Kalian membantu merawatku dari kecil, sampai kalian pun mencarikan tutor seperti Ms Ann demi pendidikanku.' jelas Viletta mencoba membela ayahnya.

'Sayang, kami tidak butuh uang itu. Ayahmu terlalu naif. Tidak semua kebaikan bisa diukur dengan uang. Lagi pula kami tulus membantunya.' jelas Mrs Corwin lembut.

'Ya, dan juga. Kami sudah menganggap kalian keluarga.' tambah Mr Corwin. Viletta tersenyum senang mendengar ucapan Mr Corwin.

'Oya, Mrs Corwin. Sepertinya kentang-kentang itu akan terlihat lezat jika dibuat bola-bola kentang.' ujar Viletta kemudian dan mengedipkan satu matanya kepada Mr Corwin.

***

Setelah menghabiskan dua potong cake wortel ditambah jus berry spesial Mrs Corwin. Viletta mengekori Mr Corwin yang menuju rak piringan hitam yang berada di ruang tengah rumah itu. Mr. Corwin mengambil salah satu piringan musik, meletakannya hati-hati ke gramofon setelah itu terdengar alunan musik yang indah dan membuat tubuh Viletta ingin berdansa. Viletta tidak tahu apa lagu yang sedang diputar. Tapi dia menikmatinya. Sepertinya ini lagu baru atau dirinya saja yang sudah lupa.

'Dulu saat kau umur 4 tahun, ketika mendengar lagu ini, kau senang sekali!' Mr Corwin memberitahunya.

'Lagu apa ini Mr Corwin?'

'Mozart, Violin Concerto No 3.' jawab Mr Corwin cepat. Menarik tangan Viletta untuk mengajak gadis kecil itu berdansa.

Baru beberapa saat mereka menikmati waktu berdansa, tiba-tiba Mrs Corwin datang dengan wajah panik.

'James, dengar ini sekarang!' Mrs Corwin kembali ke dapur diikuti Mr Corwin dan Viletta.

Mereka menuju sebuah radio yang berada didapur, Mrs Corwin mengeraskan suara radio itu. Disana mereka bisa mendengar suara seorang tegas dan lugas laki-laki pembaca berita.

".... Ledakan yang cukup besar mengakibatkan korban jiwa termasuk sang violinist. Saksi mengatakan suara ledakan diiringi pecahan kaca dan muncul api yang kemudian berkobar cepat membakar gedung orkestra Carelia Hall. Sebagian kecil penonton berhasil selamat dan menderita luka-luka. Bisa dipastikan ada ratusan korban jiwa, mengingat bagaimana antusiasme para penonton terhadap Lisa Hellia yang vakum dalam sepuluh tahun terakhir. Selanjutkan kita akan mendengar langsung kabar terkini dari reporter kami yang sedang berada dilokasi kejadian."

Suara pria itu berganti, beriringan dengan jatuhnya Mrs Corwin kelantai.

'Jonathan... Oh, James. Jonathan...' isak Mrs Corwin.

Viletta masih tak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi melihat bagaimana wajah Mr Corwin yang tampak pucat. Viletta sadar, hal buruk sedang terjadi.

'Kita harus segera kesana!' Mr Corwin bergegas menuju ruangan lain. Mrs Corwin masih terduduk ditempat yang sama.

Viletta ikut bersimpuh disana, berusaha menenangkan Mrs Corwin sebisanya. Namun wanita tua yang masih tampak cantik itu tetap saja terisak-isak saat Mr Corwin kembali membawa mantel dan tas mereka.

Mrs Corwin akhirnya berdiri sembari berpegangan dengan suaminya. Mantelnya telah terpasang, begitu juga Mr Corwin.

'Tenanglah Elena, aku yakin mereka baik-baik saja.' hibur Mr Corwin walaupun dirinya sendiri masih tampak syok.

'Viletta maafkan kami. Kami harus segera berangkat ke kota.' Mr Corwin memberitahu Viletta

'Oh jangan kahwatirkan aku. Kalian bisa berangkat sekarang.' jawab Viletta sembari membawa tas milik Mrs Corwin.

Mereka kemudian berjalan menuju mobil Mr Corwin yang terparkir disisi luar rumah itu. Setelah Mrs Corwin agak tenang duduk di dalam mobil. Mr Corwin berbicara kepada Viletta.

'Kau harus menyapaikan hal ini kepada ayahmu. Tapi, aku rasa Han sudah mendengar berita ini. Jonathan dan Kate seharusnya pergi hari ini ke pertunjukkan Lisa Hellia. Semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.' suara Mr Corwin penuh harap. Viletta soal kue ulang tahunmu...'

'Tidak perlu kahwatir kan itu!' Potong Viletta. 'Sebaiknya kalian pergi sekarang. Aku sungguh tidak apa-apa tanpa kue itu. Aku harap Jonathan dan istrinya baik-baik saja. Itu lebih baik bagiku.' ucapp Viletta tulus.

'Terimakasih Viletta, kami akan segera mengabari Han setelah kami disana. Tunggu kabar baik dari kami.' Mr Corwin tampak yakin.

Mobil Mr. Corwin melaju cepat meninggalkan asap dibelakangnya. Viletta menangkupkan kedua tangannya.

'Aku ingin mereka baik-baik saja.' ucap Viletta lirih.