Chereads / Jadi Kamu Selalu Mencintaiku / Chapter 30 - Mengingat Kembali ‘Mimpi Buruk’ (4)

Chapter 30 - Mengingat Kembali ‘Mimpi Buruk’ (4)

"Anning, nanti kamu akan memanggilku Bibi." Yang Danning tiba-tiba berbisik di telinga Ji Anning.

Ji Anning yang saat itu sedang mengunyah sayuran hijau, tiba-tiba terkejut saat Yang Danning tiba-tiba mendekatinya. Dan dengan reflek ia menoleh untuk melihatnya dan bertanya, "Bukankah harusnya sebutan Bibi yang lain?" 

Suasana ruang makan tiba-tiba menjadi sunyi… 

Ji Anning tidak tahan dengan suasana yang ada di ruang makan, ia menggigit lidahnya sendiri dan rasanya segera pergi dari sini. Ia menundukkan kepalanya… menundukkan kepalanya… dan menundukkan kepalanya lebih rendah lagi… 

Bahkan kepalanya hampir berada di bawah meja.

Kecuali Ji Anning semua orang yang ada di sana pada memandang Ji Chicheng. Meskipun semua orang tahu maksud Kakek berkata seperti itu, namun mereka tidak tahu bagaimana sikap Ji Chicheng padanya. Saat ini, Ji Anning diam-diam ingin mengintip. Dan mereka semua penasaran dengan sikap yang akan dilakukan Ji Chicheng setelah ini.

Mata Ji Chicheng yang hitam pekat, melihat Ji Anning dengan tatapan yang dingin, bahkan tatapannya itu bisa membuat orang lain bergidik saat melihatnya.

Melihat ini, Yang Yufang buru-buru meraih Ji Anning yang menundukkan kepalanya hingga ke bawah meja, kemudian ia mencubit paha Ji Anning. Seketika Ji Anning pun menatapnya, dan Yang Yufang menatapnya balik lalu mengedipkan matanya seolah memberi kode padanya.

Meskipun ia menganggap Ji Chicheng sebagai musuh, Namun Kakek tetap menjadi orang yang berkuasa di sini, namun bagaimana pun juga tetap saja mereka tidak bisa menganggapnya seperti Buddha yang agung.

Ji Anning melihat mata Yang Yufang yang berkedip memberikan kode padanya, kemudian ia pun memberanikan diri dan mengangkat kepalanya. Ia seolah bersiap untuk mengatakan sesuatu supaya bisa mencairkan suasana yang canggung saat ini.

Kakek itu tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Hehe, sekarang kamu harus mencocokkan sebutan namamu."

Suasana ruangan yang semula tampak sangat tegang kini perlahan kembali menjadi hangat. Yang Danning merasa malu sekaligus canggung, kemudian ia pun tertawa dengan lepas dan menjawab Kakek itu, "Baik."

Orang bodoh saja akan mengerti maksud ucapan Kakek. Yang Danning saat itu hanya bisa menutup mulutnya dan dalam hati ia merasa gembira.

Suasana di ruangan kini kembali menjadi bahagia. Ji Anning tidak berani mengangkat kepalanya lagi. Selama makan ia hanya menundukkan kepalanya, dan hanya memakan makanan yang diberikan Yang Yufang padanya.

Seperti biasa, siapa pun yang selesai makan lebih awal, ia harus menunggu Kakek bangkit berdiri untuk meninggalkan tempat, baru mereka boleh meninggalkan tempat.

Tidak lama kemudian Kakek itu telah selesai makan, kemudian ia pun meletakkan sumpitnya, dan memandang Yang Danning lalu ia berkata, "Danning, makanlah lebih banyak."

Kakek berkata sambil berdiri, dan bersiap untuk meninggalkan tempat.

"Paman." Yang Danning tiba-tiba memanggilnya, "Setelah makan, aku ingin mengajak Anning berolahraga. Aku rasa fisiknya terlalu lemah."

Mendengar Yang Danning berkata seperti itu, Kakek langsung menatap Ji Anning. Namun Ji Anning hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, ia terlihat seperti sedang merasa takut.

Setelah mengamati beberapa saat, kemudian Kakek pun berkata, "Di masa depan, kamu bisa mengatur waktumu sendiri, selama kamu tidak pulang terlalu malam, tidak masalah."

Apa? Apakah Ji Anning akan memiliki waktu bebas di luar pada malam hari?

Mata Ji Anning tampak berbinar. Baru saja ia mendapat pembelajaran dan tidak berani lagi menunjukkan apa yang ia rasakan saat ini, ia diam-diam menunduk dan tampak begitu bersemangat.

Orang tua itu memandang Yang Yufang dan Lin Yanqin lagi, setelah itu berbicara, "Kalian berdua ikutlah denganku ke ruang belajar."

Setelah memberi perintah kepada mereka berdua, Kakek berbalik dan pergi tanpa melihat lagi ke belakang.

Lin Yanqin dan Yang Yufang buru-buru berdiri dari kursi dan mengikuti Kakek.

Ketika sosok Kakek itu sudah tidak terlihat, Ji Ruoqian mengerutkan mulutnya dan mengungkapkan ketidakpuasannya, "Kakek benar-benar pilih kasih, perlakuannya menjadi semakin baik pada Anning."

Ji Ruoqian benar-benar merasa jengkel, dan dengan marah melemparkan sumpit yang ia pegang itu ke atas di piring sehingga suaranya terdengar cukup keras, 'prang!'

Saat itu Ji Chicheng masih duduk di samping mereka, Ji Xiangting buru-buru mengulurkan tangan dan mendorong Ji Ruoqian, ia mengingatkan Ji Ruoqian untuk menjaga sikap.

Awalnya, ketika Kakek masih berada di ruang makan, ia sudah menahan emosinya. Dan pada akhirnya kini emosinya tidak bisa ditahan lagi. Ia bangkit berdiri dengan marah, menunjuk ke arah Ji Anning dan mengutuknya dengan keras, "Bukankah Ji Anning hanya menantu? Orang tuanya saja terlalu miskin dan menjualnya ke keluarga kita. Atas dasar apa dia harus diperlakukan sama seperti keluarga Ji yang lainnya? Jika dia keluar pada malam hari, bagaimana jika dia tidak menjaga keperawanannya…"