Chereads / Jadi Kamu Selalu Mencintaiku / Chapter 28 - Mengingat Kembali ‘Mimpi Buruk’ (2)

Chapter 28 - Mengingat Kembali ‘Mimpi Buruk’ (2)

Ji Chicheng benar-benar tidak pernah mendekati gadis mana pun sebelumnya, dan sikapnya yang acuh tak acuh hampir melukai perasaan semua gadis yang mengejarnya.

Saat berpikir tentang Yang Danning, ia memang istimewa, jika bukan karena Danning, ia mungkin sering berhubungan dengan Ji Chicheng di rumah itu.

Semua selalu karena Danning, mereka sesekali pulang bersama setelah sekolah selesai.

Saat itu, mereka bersekolah di satu sekolah yang sama namun di kelas yang berbeda, tapi mereka semua tetap berada di satu gedung sekolah yang sama.

Sepanjang perjalanan pulang Yang Danning merasa sangat senang, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dalam hati. Selama mengobrol dengan Ji Anning, ia selalu membahas tentang 'Ji Chicheng'.

Ji Anning meletakkan tangannya di jendela, angin bertiup mengenai wajahnya, dan senyuman muncul di sudut bibirnya.

…...

Di ruang tamu yang mewah, dengan suasana yang sunyi senyap tidak ada satu orang pun yang terlihat di sana.

Ji Anning mengganti sepatunya dan mempersilakan Yang Danning masuk ke dalam rumahnya. Yang Danning langsung berlari di melewatinya tanpa ragu, seolah-olah ia sedang berada di rumahnya sendiri.

Sebenarnya, setiap kali Yang Danning berkunjung, ia selalu lebih seperti tuan rumah di sini daripada Ji Anning.

"Di mana anggota keluargamu?" Yang Danning memasuki ruangan dan mengamati ruang tamu yang besar. Kemudian ia menoleh dan bertanya pada Ji Anning dengan sedikit ragu.

Ji Anning menggelengkan kepalanya pelan, menunjukkan bahwa ia juga tidak tahu.

"Oh, Danning ada di sini."

Pada saat ini, terdengar suara wanita yang tidak asing lagi baginya, sumber suara itu berasal dari lantai dua. Setelah mendengar suara wanita itu Ji Anning tersenyum dan melihat ke atas, "Bu."

Kemudian Yang Yufang turun dari lantai atas, dan ia berjalan cepat untuk menyambut mereka.

"Kalian pasti lapar kan? Aku akan pergi ke dapur dan memasakan sesuatu untuk kalian. Kalian makan makanan ringan saja dulu sebagai pengganjal lapar, nanti ketika Pamanmu sudah kembali kalian bisa makan." Yang Yufang menatap Ji Anning dengan penuh kasih sayang.

"Aku tidak lapar." Ji Anning menjawab Yang Yufang, lalu ia pun menoleh ke arah Yang Danning, "Danning, apakah kamu lapar?"

Yang Danning menyentuh perutnya, mengusap bibirnya dan berkata, "Aku tidak lapar, tetapi jika ada makanan enak, aku juga ingin makan sedikit saja."

Melihat tingkahnya yang aneh, Ji Anning dan Yang Yufang pun tertawa.

Yang Yufang tersenyum kemudian berkata, "Aku tahu Anning sebentar lagi pasti akan pulang, karena itu tadi aku sudah membuat kue, sebentar aku ambilkan kuenya untuk kalian."

Ia berkata sambil berbalik dan berjalan menuju ruang makan.

Yang Danning melihat punggung Yang Yufang yang berjalan menjauhi mereka, kemudian Yang Danning melihat Ji Anning yang ada di sampingnya sambil menghela napas dengan lega, "Anning, calon Ibu Mertuamu sangat baik kepadamu."

Ji Anning mengerutkan sudut bibirnya lalu mengangguk, "Iya dong."

Yang Yufang selalu bersikap baik padanya sejak ia pindah ke rumah ini. Ia menganggap Ji Anning seperti putrinya sendiri, bahkan lebih perhatian Yang Yufang pada Ji Anning lebih besar daripada perhatian yang diberikan kepada Ji Jingfeng.

Yang Yufang juga satu-satunya orang yang bisa membuatnya merasa nyaman tinggal di rumah ini… 

"Tuan Muda Ketiga"

Tiba-tiba, suara Kepala Pelayan terdengar dari luar pintu.

Ji Anning melihat ke arah pintu, dan sosok pria yang bertubuh jangkung itu telah memasuki pintu.

Ji Chicheng saat itu memakai kaos putih dan celana olahraga hitam, rambut di keningnya terlihat sedikit basah, Ji Anning melirik kakinya dan melihat ia memakai sepatu basket.

Ternyata ia keluar untuk bermain basket.

Olahraga favoritnya adalah bermain bola basket. Dulu ketika di sekolah menengah dan hingga sekarang di universitas, ia dan Qi Helian beberapa kali pernah mewakili kota Hai untuk bermain game melawan kota lain.

Saat itu, mereka menjadi salah satu murid yang sangat populer di sekolah, dan ia merupakan legenda sekolah.

Melihat Ji Chicheng sudah pulang, Ji Anning mengulurkan tangannya dan dengan lembut mendorong Yang Danning ke arah Ji Chicheng, kemudian ia menggodanya dengan suara yang rendah, "Bibi, pamanku sudah kembali."

"Iih, Menyebalkan." Yang Danning menundukkan kepalanya dengan malu.

Ia berkata 'menyebalkan' namun wajahnya tersipu malu, kemudian ia pun bergegas berjalan mendekati Ji Chicheng.

"Kak Chicheng."

Mendengar kata 'Kak Chicheng' membuat bulu guduk Ji Anning berdiri dan gemetar, Ia terlihat jijik ketika memandang Yang Danning yang telah sampai di depan Ji Chicheng dalam jarak yang sangat dekat.