Yang Danning mengerutkan bibirnya dan tidak menyangkalnya. Kemudian ia berkata, "Terakhir kali aku bertemu dengannya sudah satu tahun yang lalu, saat itu aku pergi ke Negara M dan aku hanya bertemu sebentar saja dengannya. Bahkan aku juga tidak sempat makan bersamanya."
Matanya berbinar penuh kegembiraan, ia mengemudikan mobilnya cukup kencang. Yang Danning sama sekali tidak menutupi perasaan cintanya pada Ji Chicheng, dan tidak menutupi betapa tidak sabarnya ia saat ini ingin bertemu dengan Ji Chicheng.
Ji Anning menatapnya sebentar, lalu ia bertanya dengan nada bercanda, "Yang Danning, apakah kamu ingin menjadi anggota keluargaku yang lebih tua?"
Yang Danning mengatupkan bibirnya dan bersenandung, "Hmm… jika aku jadi anggota keluargamu yang lebih tua, itu akan sangat menguntungkan kamu, bukan? Kakak beradik Ji Xiangting dan Ji Ruoqian tidak akan berani mengganggumu lagi."
Mendengar kata-kata itu, Ji Anning tersenyum dan tidak menjawab. Kemudian ia pun menoleh dan melihat ke luar jendela. Musim gugur telah tiba, beberapa pohon Chinese Parasol yang tinggi kini daunnya telah menguning, dan beberapa telah gugur.
Daun-daun itu berjatuhan ke tanah dan terbang menari-nari di bawah roda mobil yang lewat.
Pandangan mata hitamnya yang cerah, seolah-olah perlahan-lahan memudar, dan terlihat sedikit senyuman di sudut bibirnya.
Tahun ajaran baru yang seperti ini, suasana musim gugur dengan daun-daun yang berguguran seperti ini, selalu membuat orang-orang merasakan sesuatu berbeda di dalam hati mereka.
"Apa yang kamu pikirkan?"
Melihat Ji Anning yang melamun sambil melihat ke luar jendela, Yang Danning tiba-tiba mengulurkan tangannya dan dengan lembut menyentuh pundaknya, "Kamu tidak keberatan jika aku ingin bersama pamanmu, kan?"
"Hahaha!" Ji Anning tertawa, ia menyipitkan mata melihat Yang Danning dan berkata, "Memangnya aku bisa keberatan seperti apa? Jika sahabat baikku akan menjadi bibiku suatu hari nanti, aku rasa akan sama saja tidak ada bedanya dengan hari ini."
Meskipun Yang Danning yang biasanya sangat riang, namun ketika Ji Anning mengatakan 'Bibi' seketika pipinya berubah menjadi merah. Tapi sekarang ia sama sekali tidak merasa malu, "Kalau begitu ketika aku nanti sudah menjadi bibimu, aku akan sering meminta bantuanmu."
"Aku?" Ji Anning menunjuk dirinya sendiri dengan ragu-ragu sambil berkedip melihat Yang Danning, "Maksudmu kamu memintaku untuk membantumu mendekati pamanku?"
"Yup." Yang Danning mengangguk dengan yakin.
Ji Anning cemberut, "Ehh… Bagaimana caranya aku bisa membantumu? Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?"
Pamannya itu bahkan tidak ingin mengangkat kelopak matanya ketika melihat Ji Anning, bagaimana mungkin Ji Anning bisa membantunya.
Apa Yang Danning sedang bercanda?
"Pamanmu kerja di Universitas T. Dia akan menjadi dosen termuda Universitas T, dan… tentunya yang dia akan menjadi pria yang paling tampan." Yang Danning tidak bisa menahan kegembiraannya lalu ia pun tertawa lebar.
Ji Anning terkejut mendengar kabar yang baru saja dikatakan oleh Yang Danning, "Apa??"
Ji Chicheng akan datang ke universitas mereka? Dan menjadi… Dosen?
OMG, Ji Chicheng hanya empat tahun lebih tua dari Ji Anning. Kini ia baru saja mulai kuliah dan Ji Chicheng akan menjadi dosennya.
Apakah ia akan mengeluh bahwa Tuhan tidak adil?
Namun apapun itu yang terjadi di dunia ini, tidak ada yang tidak adil. Gedung-gedung kampus Universitas T yang baru semuanya adalah investasi keluarga Ji.
"Meskipun aku sangat senang bisa sering melihatnya nanti, namun aku juga khawatir. Dia juga bisa disukai oleh lebih banyak orang."
Yang Danning sebelumnya terlihat sangat senang, tapi kini ia tiba-tiba merasa khawatir. Ia cemberut sambil mengerutkan alisnya.
Ji Anning menyingkirkan semua perasaan dan pikiran yang membuatnya khawatir, lalu ia pun menghibur Yang Danning, "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia dilahirkan dengan kemampuan untuk menolak perempuan. Jika dia tidak menyukai seorang wanita, ia bahkan sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya."
"Kamu benar sekali tentang ini. Setidaknya sampai sekarang selain aku, dia belum pernah makan berdua dengan gadis manapun." Yang Danning berbicara sambil memegang dagunya.
Orang yang percaya diri selalu bersinar di mana-mana.
Itulah Yang Danning!
Ji Anning menatap wajah Yang Danning beberapa saat, lalu ia mengangguk sambil tersenyum, "Ya, setidaknya dia spesial bagimu."
Ji Anning barusan memikirkan sesuatu dalam benaknya. Apa yang dikatakan Yang Danning benar. Dari kelas lima SD, selalu ada banyak gadis-gadis bahkan tidak terhitungkan, yang menulis surat cinta untuk Ji Chicheng. Dan itu terus berlanjut sampai ia menyelesaikan kuliah tahun keduanya di Tiongkok.