Chereads / Jadi Kamu Selalu Mencintaiku / Chapter 7 - Kembalinya Putra Kesayangan (7)

Chapter 7 - Kembalinya Putra Kesayangan (7)

Yang Yufang menatap dengan penuh semangat, seolah ia memberikan dukungan padanya. Kemudian barulah Ji Anning kembali menatap kakek, dan berkata dengan lebih yakin, "Ruoqian menyuruhku…"

Ji Ruoqian tiba-tiba gugup dan seketika wajahnya tampak pucat pasi, dan ketika ia melihat Ji Anning hendak memberikan penjelasan, dengan tergesa-gesa Ji Ruoqian langsung menyela Ji Anning, "Ji Anning, jika kamu berani berbicara omong kosong, aku…"

Sebelum Ji Ruoqian belum selesai memberikan ancamannya pada Ji Anning, kakek menatapnya dengan tajam dan berkata, "Apakah aku menyuruhmu berbicara?"

Ji Ruoqian seketika langsung merasa gemetar, kemudian dengan cepat ia menutup mulutnya, ia menundukkan kepalanya, dan tangannya meremas pakaiannya karena merasa kesal.

Kakek itu menurunkan pandangan matanya, kemudian dengan tenang ia memperhatikan semua tindakan Ji Anning.

Dengan suara yang lantang dan keras Ji Anning menjelaskan, "Ruoqian menyuruhku mengerjakan PR musim panasnya, akhir-akhir ini aku memang sangat sibuk, dan dia tidak senang ketika aku belum menyelesaikannya PR musim panasnya."

Ia memberikan penjelasan pada kakek dengan cukup 'sederhana'.

"Ji Anning, kamu pasti berkata omong kosong, bagaimana mungkin Ruoqian kita menyuruhmu mengerjakan PR musim panas untuknya? Kamu tidak melihat statusmu sendiri, seorang menantu perempuan yang masih anak-anak, tidak akan paham betapa terhormatnya keluarga Ji."

Tiba-tiba, wanita paruh baya lainnya bergegas keluar dari ruang makan, ia menunjuk Ji Anning, dan memarahinya dengan arogan.

Ia adalah menantu tertua di dalam keluarga Ji, ibu Ji Ruoqian. Ia bernama Lin Yanqin.

Ia memarahinya sambil berjalan perlahan mendekati Ji Anning. Gaya bicaranya seperti orang yang ingin berkelahi.

Kata-kata amarah yang diucapkan cukup kasar, apalagi saat itu di depannya ada begitu banyak orang.

Ji Anning menundukan kepalanya dan sedikit membuka mulutnya, matanya berkaca-kaca, kemudian ia mundur untuk bersembunyi di balik ibu mertuanya karena ketakutan.

"Cukup, hentikan semua!"

Kakek itu tampak sangat marah kemudian ia pun berteriak, semua orang yang ada di sana pun kaget.

Lin Yanqin yang saat itu bergegas mendekat Ji Anning untuk memukulnya, seketika langsung berhenti dan tidak berani bergerak.

Semua orang langsung terdiam dan kini suasana pun menjadi hening. Mereka semua memandang kakek dengan sedikit takut.

Semua orang yang ada di sana menunggu apa yang akan dikatakan oleh kakek setelah ini.

Kakek Ji Zhengdao dengan cemberut melihat Ji Anning, lalu menatap Ji Ruoqian, dan berkata dengan ekspresi serius, "Sebelum sekolah dimulai, salin seratus puisi kuno dan tunjukkan padaku."

Apa yang diperintahkan kakek sangat sulit untuk dibantah.

Tidak memberikan Ji Ruoqian sedikitpun kesempatan untuk protes, dengan tatapan yang tajam ia mengamati semua orang yang ada di sana, kemudian dengan nada dingin memberi peringatan, "Jika aku sampai tahu ada seseorang yang membantu mengerjakan, maka dia kedepannya tidak boleh sekolah lagi."

Setelah selesai berbicara, ia mendengus dengan dingin, dan berbalik untuk pergi dan kembali lagi ke ruang makan.

Melihat kakek yang marah, Lin Yanqin tidak bisa peduli dengan yang lain lagi dan bergegas mengikuti kakek kembali ke ruang makan.

"Kakek…" Ji Ruoqian menatap punggung Ji Zhengdao yang marah, menggigit bibirnya, dalam hati ia ingin mengatakan sesuatu, namun tidak berani berbicara.

Ia hanya bisa memutar jari-jarinya, menggigit bibirnya dan menginjak-injak lantai karena kesal.

Ketika kakek telah kembali memasuki ruang makan, Ji Ruoqian berbalik lalu mengulurkan tangannya dan menunjuk ke arah Ji Anning, ia berkata dengan kejam, "Ji Anning, kau benar-benar pintar memanipulasi, benar-benar tidak tahu malu. Kita lihat saja, apa lagi yang bisa kamu lakukan."

Ji Ruoqian menggertakkan giginya dan mengancam Ji Anning, lalu ia berbalik badan dengan enggan sambil menghentakan kakinya ke lantai. Kemudian ia pun berjalan memasuki ruang makan.

Setelah semua orang pergi, Yang Yufang membungkuk dan memeriksa lutut Ji Anning dengan sedih, "Anning, apakah ini sakit?"