Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, latar kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Cerita ini juga mengandung unsur kekerasan. Apabila kalian tidak menyukainya, kalian tinggal skip dan berhenti untuk membacanya.
Kemudian, cerita ini menggunakan bahasa tidak baku. last but not least, saya seorang penulisan yang selalu menggunakan "OPEN ENDING" dihampir segala cerita saya. Yang dimana, kalian sendirilah, yang nantinya berimajinasi, untuk "Endingnya"
Alasannya simple, ketika saya ingin melanjutkan ceritanya. Saya mampu membuka dengan permasalahan yang terkait. Tapi, disaat saya tidak ingin melanjutkan, cerita itu tidak akan hancur, dan berakhir dengan tetap kalian yang berimajinasi. "Lebih baik, kalian yang menentukkan bagaimana, Ending cerita ini. Agar kalian bisa menerima, Ending sesuai yang kalian inginkan."
Sebelumnya, jangan lupa untuk ulasan pada cerita ini. Ulasan dari kalian merupakan bentuk dukungan untuk saya, agar lebih semangat dalam menulis setiap babnya. Lalu, mohon untuk Subscriber atau masukkan ke dalam rak kalian. Terima kasih, sebelumnya.
*****
Seorang lelaki yang berperawakan dengan mata yang tajam nan tegas. Ia berdiri tegap di samping mobil hitam bermerek Mercedes-Benz AMG G65. Sembari itu, ia mengisap rokoknya. Postur tubuh yang begitu sempurna. Pundak yang berbidang yang dilapiskan dengan kaos putih yang lebih besar dari ukuran tubuhnya. Dipadu dengan celana joger berwarna abu-abu. Dengan tangan kiri yang terselip di kantong joger tersebut. Bahkan, undercut pada rambut hitam yang dibentuk dengan pomade begitu sempurna bersama dengan kacamata hitam yang menghalangi pandangan kedua bola matanya.
Lalu kemudian, seluruh siswa/siswi yang keluar dari dalam gedung sekolah itu. Mereka berhamburan berjalan masing-masing. Ada yang bersama dengan temannya, berkelompok maupun sendirian.
Bahkan, beberapa orang juga memperhatikan lelaki yang terlihat sempurna itu. Lelaki yang mampu membuat gadis manapun akan berpaling menatap dirinya.
"Wah, ganteng sekali. Aku begitu menyukai dirinya." Bisik seorang siswi kepada temannya, sembari mereka berjalan.
"Aku juga menyukainya. Dia begitu ganteng. Bagaimana mungkin, dia terlihat begitu ganteng."
"Dia menunggu siapa ya?"
"Hm, aku juga begitu penasaran. Dia menunggu siapa. Sepertinya, salah satu siswi di sekolah ini adalah pacarnya."
Tidak heran banyak siswi yang sejenak terhenti dalam langkahnya, ketika menatap lelaki tersebut. Lelaki yang begitu sempurna dan mampu membuat hati siapapun luluh.
"Aku menyukai pundaknya yang berbidang. Bahkan, dia terlihat begitu keren hanya dengan kaos putih oversize."
"Hm, dia sangat keren. Baru ini aku melihat lelaki yang hanya dari sekilas terlihat ganteng."
"Aku begitu iri. Siapa yang dia temui."
Lalu, di ujung gerbang. Seorang gadis dengan senyum yang begitu cantik berjalan pelan bersama dengan kedua sahabatnya. Ia sedang tersenyum. Sepertinya, memiliki hal-hal yang membuatnya bahagia.
Seorang gadis dengan perawakan mata besar, bibir tipis yang indah. Rambut panjang hitam yang terikat satu keatas dengan acak-acak. Namun, membuat penampilannya semakin menggemaskan. Ketika rok mini merah berbentuk sailormoon sebagai seragam sekolahnya dipadu dengan kemeja putih dan cardigan oversize berwarna nude yang memperindah dalam fashionnya. Kaos kaki panjang, dan sepatu putih. Begitupun dengan ransel putih bermerek chanel tertanam di tas tersebut.
"Serein." Panggil salah satu siswa kepada gadis itu. Membuat langkahnya terhenti dan menoleh kebelakang.
"Hm, ada apa ya?"
Ternyata, lelaki itu adalah teman sekelas Serein.
"Ada yang ingin aku sampaikan."
Serein sedikit kebingungan, raut wajahnya juga berubah menjadi penasaran.
"Tentang apa itu?" tanya dirinya kembali.
"Aku menyukaimu."
"Ha?"
Beberapa teman Serein mulai berdehem dan menggoda gadis itu. Ketika seorang lelaki bernama Ken memberanikan dirinya untuk menyatakan perasaan suka kepada dirinya.
"Aku menyukaimu. Sejujurnya, aku sudah memendam perasaanku sejak lama. Apa kamu mau, berpacaran denganku?"
"Itu..."
"Ayolah Rein, kamu harus menerimanya."
"Ayo Rein, tunggu apa lagi."
"Iya ayo terima Rein."
"Ekhm." Dehem seorang lelaki yang terdengar kalau suaranya begitu berat.
Serein dan yang lain menolehkan pandangannya. Seketika itu, Serein tersenyum lebar dengan wajah ceria yang begitu menggemaskan.
"Gege." Sapanya kepada lelaki yang memiliki pundak berbidang penuh itu.
"Ayo pulang."
"Ah, itu... sebentar ya. Gege duluan saja ke mobil."
"Kenapa gue harus duluan?"
"Karena...,"
"Mau menerima pernyataan lelaki cupu ini?"
"Ha?"
"Hei! gue gak setuju, kalau lo berpacaran dengan Rein."
"Lo siapa?!" sahut Ken menantang lelaki itu.
"K..ken, i..ini... Xander gege, dia adalah gege aku."
"Ha?"
Lelaki itu bernama Xander. Erico Xander Huang yang merupakan gege dari seorang gadis bernama Serein Moonbow Huang.
Xander tersenyum sinis dan beranjak pergi, setelah perkenalan singkat yang membuat Ken kaget dan terdiam.
"A..aku duluan, Ken." Jawab Serein sembari berlari mengikuti langkah Xander ke arah mobil mereka.
Begitu pun juga. Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil. Bahkan, Xander langsung membawa keluar mobilnya dari perkarangan sekolah itu.
Di perjalanan menuju rumah. Xander hanya terdiam. Menyetir dengan raut wajah yang begitu tajam. Membuat Serein terlihat begitu kebingungan untuk membuka percakapan diantara dirinya dan Xander, gegenya.
"Gege... kapan sampai ke sini?"
"Pagi tadi, sekitar jam 10."
"Oh seperti itu."
"Hm."
"...."
"...."
Suasana itu kembali sunyi. Membuat Serein kebingungan dengan keadaannya. Hanya saja, Xander membuat Serein kebingungan. Ketika lelaki itu menepi, kan mobilnya dan berhenti. Ia beranjak keluar, membuat Serein semakin kebingungan. Bagaimana tidak kebingungan. Serein tidak sempat bertanya, apa yang dilakukan Xander.
Beberapa menit kemudian. Xander kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia membawa bunga mawar putih dan membuat Serein kembali kebingungan.
Namun, tepat di dalam hatinya. "Apa gege mau bertemu dengan pacarnya? emang gege punya pacar?" pertanyaan yang hanya tertahan di dalam hati dan hanya menunjukkan wajah polosnya kepada Xander saat ini.
Dan seketika itu juga, Xander menatap Serein. Membuat gadis ini mengernyit kebingungan dengan polosnya.
"A..ada apa?"
"Mau jadi pacar gue?"
Satu kalimat yang membuat Serein tak dapat berlaku apapun. Ia hanya mampu terdiam mendengarkan ucapan itu. Ucapan yang hampir tidak mungkin, bisa ia dengarkan sejak dulu.
"I..ini?..."
"Soalnya, gadis kecil ini mulai tumbuh dewasa dan membuat gue balik dengan cepat ke Shanghai, hanya untuk mengikatnya. Dan hal yang paling menyebalkan adalah, di depan gue, lelaki lain sedang menyatakan perasaannya. Lalu gue, sama sekali tidak memiliki persiapan untuk menyatakan perasaan dalam keadaan yang baik."
"G..gege..."
"Yes or yes?" tak ada pilihan berbeda diantaranya.
"Ha, yes or yes?"
"Serein?"
"T..tapi, kan..."
"Jangan buat gue khawatir, tentang hal ini!"
"Iya."
***~SEREIN POV~***
Satu kata yang membuat Xander mulai lega dalam raut wajahnya. Iya, aku mulai melihat raut wajah itu berubah, setelah kejadian di sekolah tadi.
Aku pikir, hanya aku yang memiliki perasaan kepadanya. Ternyata aku salah, dia pun, memiliki perasaan yang sama.
Lalu, kisah ini...
Sebuah kisah yang mungkin menjadi hal yang paling bahagia, didalam hidupku. Aku mulai berpacaran dengan lelaki yang bisa di bilang adalah cinta pertama untukku.
Seorang lelaki yang aku pikir, akan selamanya menjadi gege di dalam keluarga angkatku.
Lalu...
aku adalah...