Rou Yi melihat makanan yang ia buat dan hidangkan siang hari itu dengan pandangan tak bersemangat, meskipun ia tetap berusaha menyantapnya demi menutupi perasaan tak seleranya, penglihatan Li Yun dan yang lainnya tak bisa dibohongi.
Semua maklum apa yang dirasakan oleh Rou Yi, maka mereka pun berusaha untuk tak mengungkit kisah tentang Suro.
Sebenarnya, Li Yun pun memiliki rasa yang sama seperti yang dirasakan oleh Rou Yi. Tetapi ia amat lihai menutupinya dihadapan orang-orang.
"Makanlah yang banyak dan semangat," Li Yun menyenggol tubuh Rou Yi dengan lengannya, "Jangan sampai kakak Luo tak mengenalimu ketika ia datang, melihatmu dalam keadaan kurus dan layu. Bisa-bisa, ia membatalkan niatnya untuk menikahimu."
Kata-kata Li Yun membuat Rou Yi tersenyum. Dalam hati ia bertanya-tanya, bagaimana Li Yun bisa masih bisa bercanda dan berbicara setenang itu, padahal cinta Suro lebih besar pada Li Yun dari pada kepadanya, tetapi gadis itu seperti biasa-biasa saja.
Berhari-hari, baik Yang Li Yun maupu Yin Rou Yi sangat berharap kedatangan Suro. Maka, sejak mereka tinggal bersama Huang Nan Yu, Rou Yi selalu menyiapkan masakan yang enak yang menjadi kesukaan Suro dengan harapan masakan yang ia buat akan berpengaruh kuat untuk menarik kedatangan pemuda itu.
"Umm..." Rou Yi mengangguk pelan.
Ia faham yang dimaksud Li Yun, agar ia tidak menjadi terlihat kurus dan berbeda karena kehilangan nafsu makannya.
"Tenanglah, kakak pasti pulang," Li Yun menegaskan kembali kata-kata sebelumnya, "Perasaan kakak Luo itu peka. Ia pasti merasakan apa yang kita rasakan. Jika kita sedih, maka dia juga akan merasakan sedih. Saat ini, ia sedang mempercayakan keadaan kita dalam keadaan aman dan baik-baik saja."
"Umm.." gadis itu mengangguk lagi.
Li Yun menarik nafas sambil wajahnya terlihat membayangkan sesuatu. Lalu tersenyum dan mengatakan, "Aku juga sudah tak sabar menunggunya datang, lalu kita bisa bersama-sama pergi ke Jawa."
Pandangannya langsung terarah kepada Huang Nan Yu yang duduk diseberangnya, "Guru Nan Yu, mengapa kau tak ikut bersama kami saja?"
Wanita paruh baya itu tak menghentikan kegiatan makannya, pandangan matanya mengarah ke Li Yun, muridnya.
"Aku sudah tua, rasanya sama saja apakah berada di sini atau di sana..." jawabnya santai, "Tulang tuaku sepertinya sudah tak sanggup lagi untuk menempuh perjalanan jauh."
Itu yang membuat Rou Yi kagum pada Li Yun. Sampai saat ini, ia masih menganggap kalau Suro baik-baik saja dan tak terjadi apa-apa. Tidak seperti dirinya yang begitu lemah dan selalu terdramatisir oleh keadaan. Ah, ia ingin seperti Li Yun yang selalu terlihat tabah jika menghadapi sesuatu.
"Guru Nan Yu, mengapa kau bilang seperti itu," Li Yun berkata lagi, "Apakah guru memang tak sayang padaku?"
Huang Nan Yu langsung terbatuk mendengar perkataan Li Yun, setelah meneguk sedikit air yang ada dihadapannya, ia mengatakan pada Li Yun, seperti mendamprat gadis itu, "Hei, gadis manja. Apa yang kau katakan. Kalau aku tak sayang padamu, pasti sudah lama kau kuusir dari sini!"
Ucapan wanita itu membuat suasana menjadi hidup dengan suara tawa mereka. Huang Nan Yu tahu kalau yang dikatakan Li Yun adalah bagian dari drama yang ia buat agar Rou Yi tak terlalu larut dalam kesedihan. Makanya ia juga mencoba untuk bekerjasama dengan Li Yun tanpa kesepakatan terlebih dulu.
"Ha.ha.ha...Ha, Iya-iya, maafkan aku guru Nan Yu, " katanya sambil menangkupkan kedua tangan dan mengayunkannya beberapa kali. "Seandainya guru ikut kami ke Jawa, nanti kami akan memberimu banyak cucu yang cantik dan gagah."
Mendengar kalimat Li Yun membuat Rou Yi langsung tersentak dan memandang gadis itu dengan pandangan heran sambil membatin, "Bagaimana bisa ia membuat kalimat seperti itu dengan begitu lancar?"
Tiba-tiba, Li Yun langsung memegang tangan Rou Yi sambil tersenyum ceria, "Benarkan, Rou Yi?"
Duh, kata-kata gadis itu membuat dia salah tingkah dihadapan semua orang. Wajahnya langsung merah merona dan menunduk begitu dalam.
Huang Nan Yu menatap Li Yun dengan senyuman bahagia, kepalanya mengangguk-angguk beberapa kali, hatinya menyatakan kekaguman atas kelihaian Li Yun membuat suasana menjadi gembira.
Ingatannya kembali pada masa keluarga Yang masih lengkap. Keberadaan Yang Li Yun membuat suasana rumah dikediaman keluarga Yang terasa penuh kebahagian dengan canda tawa ceria. Sampai-sampai Zhou Lin, ibu dari Li Yun tak pernah bisa memarahi anak gadis satu-satunya itu jika dia dalam keadaan emosi.
"Rou Yi, semangat ya..." Huang Nan Yu mengatakannya sambil tersenyum, "Sebentar lagi suami kalian akan datang. Benar kata Li Yun, jangan buat ia tak mengenalimu ketika ia datang."
Rou Yi mengangkat kepalanya sedikit dengan senyum yang tertahan, "Ah, bibi. Jangan bercanda, itu 'kan belum terjadi."
Huang Nan Yu memasang tampang serius, menatap lekat pada Rou Yi.
"Eh, namanya juga rencana." Huang Nan Yu menyambung kembali kalimatnya, "Aku berdoa semoga kalian diberi keturunan yang banyak, yang berbakti, dan selalu diliputi kebahagiaan."
Wanita itu mengangkat kepalanya dan membayangkan seolah kejadian itu terjadi di depan matanya. Kemudian dia menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum dengan wajah berseri-seri, "Hmmm... Baru membayangkannya saja aku sudah merasa gembira seperti ini. Aku bisa melihat, masing-masing kalian sedang menggendong anak-anak kecil di depan pintu rumah kalian dan menyambut kedatangan Suro dari kebun dengan wajah kalian yang cantik. Dan Suro,...Hmmm, seorang kepala rumah tangga yang bijak juga nampak bahagia. Dia merasa seperti hidup di surga dengan dua orang bidadarinya yang cantik...Hmmmm, sungguh bahagianya kalian."
"Bibiiii!...Berhentilah menggoda," Rou Yi tak dapat lagi menahan malu, senyuman yang tadinya tertahan akhirnya muncul menghiasi wajah cantik itu.
Berbeda dengan Li Yun, kalimat yang dilontarkan Huang Nan Yu membuat hatinya berbunga-bunga dan menganggapnya suatu keadaan yang sebenarnya.
Lalu ia berbalik ke arah Rou Yi, "Jika itu yang terjadi, bukannya suatu kebahagian yang memang menjadi harapan kita?"
Rou Yi terlihat malu untuk mengiyakan, ia sepakat dengan yang dikatakan oleh Li Yun, bahwa menjadi sebuah keluarga yang bahagia merupakan impian semua orang, apalagi gadis seperti dirinya yang sudah setuju untuk menerima lamaran Suro sebagai isterinya disamping Li Yun.
Tapi, mengapa aku begitu malu? Rou Yi membatin.
Akhirnya, kepalanya mengangguk pasrah.
Ayolah, Yin Rou Yi! Ciptakan imajinasimu, jangan ragu membuat mimpi seperti yang kau idamkan! Rou Yi berkata pada dirinya sendiri.
Tak lama, ia menatap Li Yun dengan mata berkaca-kaca, tetapi senyumnya kali ini betul-betul berbeda dari sebelumnya. Senyum yang bahagia. Saking bahagianya, ia ingin memeluk gadis itu sebagai bentuk ungkapan terima kasih.
"Ayolah, beri aku pelukan," Li Yun memancingnya dengan senyum mengembang.
Meskipun kaget kalau Li Yun bisa menebak apa yang ada difikirannya, ia tak membantah dan langsung memeluk Li Yun dengan pelukan hangat.
"Terima kasih, Li Yun...." katanya sambil menangis, "Terima kasih."
***
Langit gelap ketika malam datang, dari luar gua tempat persembunyian Serigala Merah, di sebuah sudut gelap yang terlindung, Ma Han berdiri mematung melihat bayangan yang muncul dari cahaya perapian orang-orang yang berada didalamnya.
Kemudian ia duduk bersila, memejamkan matanya dengan mulut yang tak berhenti bergerak mengucapkan mantera-mantera sihir.
Tiba-tiba, angin bertiup kencang membuat udara menjadi lebih dingin, masuk ke dalam gua, yang membuat cahaya dari perapian membuat siluet hitam bergoyang-goyang.
Satu suara teriakan meraung nyaring terdengar dari dalam gua!
***
Xiou Yu terlihat kejang-kejang yang membuat Suro dan orang-orang dari Serigala Merah panik, lalu mereka berusaha memegang kedua tangan dan kaki Xiou Yu yang mengamuk.
Xiou Yu berontak membuat orang-orang yang memegangnya terlempar. Kemudian ia menarik pedang yang ada didekatnya dan mengayun-ayunkannya beberapa kali.
Suro merasakan keanehan pada Xiou Yu, dan meyakinkan diri kalau lelaki itu sedang kerasukan. Ketika ia berusaha mendekat, Xiou Yu malah menatapnya dengan tatapan marah dengan bibir menyeringai.
Pedang langsung ditusukkan ke tubuh Suro yang dapat dengan mudah ia elakkan.
"Xiou Yu!"
"Xiou Yu!"
Masing-masing panik dengan menyebut nama Xiou Yu.
"Kenapa kau! Xiou Yu!"
Xiou Yu seperti tak menggubris seruan orang-orang yang memanggil namanya, tetapi terus berusaha menyerang Suro.
"Dia kerasukan!" Suro berseru, "Dia mengincarku, kalian menyingkirlah!"
Semua orang terkejut mendengar perkataan Suro. Barangkali, selama mereka hidup, baru kali inilah mereka melihat sendiri fenomena orang kerasukan.
Mereka langsung menyingkir begitu Suro berseru untuk memberi ruang bagi Suro dalam menghadapi Xiou Yu yang mengamuk.
Dari jarak beberapa langkah Suro mengambil posisi berjongkok menanti Xiou Yu kembali menyerangnya. Ketika Xiou Yu menerjang maju, Suro langsung mengacungkan telunjuknya ke arah kaki Xiou Yu dengan gerakan cepat memberi isyarat membuat sebuah ikatan dengan tiupan nafas dari hidung.
Buk!
Xiou Yu terjatuh dengan kedua kakinya merapat seperti terikat sesuatu yang tak nampak. Kejadian itu membuat semua yang melihat menjadi terheran-heran. Mereka tak melihat apapun yang membuat Xiou Yu terjatuh.
Lelaki kesurupan itu nampak mengamuk dan menggelepar, berusaha untuk menggerakkan kakinya berupaya kembali menyerang Suro yang perlahan mendekatinya dengan langkah tenang.
Satu ayunan pedang yang dikibaskan ke tubuh Suro langsung bisa diatasi dengan melakukan sepakan kaki, membuat pedang terlepas dan meluncur untuk kemudian berdenting menghantam dinding gua.
Tubuh Xiou Yu seperti tertindih batu besar yang membuat tubuhnya hanya terlihat meronta-ronta begitu Suro membuka telapak tangannya ke arah badan Xiou Yu. Tatapan mata lelaki itu hanya mampu menampakan kemarahan dengan mata mendelik menakutkan.
"Kamu siapa?" tanya Suro dengan kalimat datar.
Xiou Yu cuma menggeram seperti suara harimau.
"Apakah kamu diperintah untuk membunuhku?"
Lagi-lagi yang terdengar hanya suara menggeram. Sepertinya, sesuatu yang merasukinya memang diperintahkan untuk tak menjawab apapun yang ditanyakan kepadanya.
Suro tersenyum, kemudian ia menyentuhkan jari telunjuknya ke dada Xiou Yu yang kerasukan.
"Sebenarnya, aku bisa saja menarikmu secara paksa keluar dari tubuh ini dan sebaliknya aku juga bisa menahanmu di tubuh ini. Tetapi, aku masih ingin bertanya padamu. Jika kamu tidak menjawabnya, maka aku bisa saja langsung menyiksamu seperti ini....!"
Suro seperti menembakkan aliran tenaga dalam melalui telunjuknya ke tubuh Xiou Yu, dan membuat tubuh Xiou Yu terlihat meronta-ronta, namun tertahan sebuah energi besar yang menindihnya.
Raungan kesakitan terdengar dari mulut Xiou Yu seperti raungan harimau.
"Masih tak mau menjawab?"
Tak ada suara balasan, hanya tarikan nafas mendengkur dan tatapan mata yang tajam, dan tubuh yang berusaha bergerak.
"Baiklah," katanya kemudian, "Coba dengarkan, saya akan membacakan berita tentang mahluk yang suka berbuat jahat!"
Suro menarik nafas dalam, kemudian dia mengawali sebuah do'a dan membacakan beberapa ayat-ayat suci Al Qur'an.
Pada waktu awal membacakan ayat-ayat tersebut, tubuh Xiou Yu yang dirasuki menggelinjang dan kejang, disertai dengan raungan-raungan kesakitan. Namun, tak lama tubuh Xiou Yu menjadi tenang, tetapi dengan nafas yang turun naik. Mata yang semula tajam memandang, sekarang menjadi teduh dan pasrah.
"Apakah masih belum mau menjawab?" Suro bertanya kembali.
Mata Xiou Yu menatap ketakutan ke arah Suro. Tapi tubuhnya tak lagi meronta, seperti yakin kalau Suro tak akan menyakitinya.
"Siapa kau?" tanyanya lagi.
Suro tak tahu, apakah yang ia rasakan benar atau tidak. Tiba-tiba adal lintasan suara dihatinya yang mengatakan kalau sesuatu yang merasuki Xiou Yu tidak dapat berkata-kata.
"Kamu tidak bisa berbicara, ya?"
Xiou Yu mengangguk cepat menjawab pertanyaannya.
Tiba-tiba, suara lintassan dalam hatinya seolah mengatakan lagi kalau yang merasukinya ini adalah siluman harimau.
"Kamu siluman harimau?"
Sekali lagi Xiou Yu mengangguk cepat.
Rekan-rekan Xiou Yu yang lain, perlahan mulai mendekat karena merasa situasinya sudah dirasa aman. Mereka merasa heran atas apa yang dilakukan Suro terhadap Xiou Yu.
"Xiuo Yu... Xiou Yu..." Wan Cai memanggil nama Xiou Yu beberapa kali.
"Yang berbicara ini bukan Xiou Yu, tetapi Siluman Harimau!" Suro mengatakan hal sebenarnya pada Wan Cai dan lainnya.
Kata-kata Suro sekali lagi membuat mereka terperangah.
"Apakah Xiou Yu gila jika begini?" Kali ini Mou Li yang bertanya pada Suro. Ia seperti tak mengerti apa-apa atas apa yang terjadi.
"Jangan bicara sembarangan!" Chen Cou langsung menepuk pundak Mou Li.
Merasa terkejut atas tepukan Mou Li karena suasana panik, Chen Cou mendelik dengan tatapan mata tersinggung ke arah Mou Li.
"Aku 'kan bertanya. Ini kejadian aneh bagiku," katanya kesal pada Mou Li.
"Kau tahu? Pertanyaanmu membuatku ketakutan!" Chen Cou mengatakan pembelaan diri.
Mou Li langsung sadar begitu Chen Cou mengatakan yang dirasakannya. Ia merasakan kalau pertanyaannya membuat khawatir, seolah Xiou Yu akan menjadi orang gila.
"Suro, bagaimana ini?" Wan Cai seperti tak memperdulikan perdebatan singkat dua rekannya, dan menanyakan kondisi Xiou Yu pada Suro.
"Tenang saja," Suro menjawab dengan yakin, membuat yang lain merasa lega dengan menarik nafas.
Kemudian ia menekan ujung jarinya kembali ke dada Xiou Yu, "Apakah kamu diperintah untuk menyerangku?"
Siluman Harimau yang merasuki Xiou Yu tak menjawab, tetapi dari gerakan matanya, ia membutuhkan pertanyaan lain.
Suro mengangguk dan merasa faham, seolah Siluman itu sedang berkomunikasi dengan hatinya. "Oh, sebenarnya kamu diperintah untuk merasukiku?"
Xiou Yu mengangguk cepat. Kali ini Suro semakin yakin, kalau apa yang terlintas dihatinya itu adalah bentuk komunikasinya dengan siluman harimau yang merasuki tubuh Xiou Yu.
Akhirnya, Suro tak bertanya lagi, hanya saja orang-orang melihatnya selalu mengangguk-angguk seperti orang gila.
Suro kemudian memandang berkeliling menatap rekan-rekan Suro satu persatu sambil mengatakan, "Siluman Harimau ini datang sebenarnya untuk menyakitiku dengan cara merasuki tubuhku, tetapi ternyata tubuhku tidak bisa ditembusnya, maka ia memutuskan untuk masuk ke tubuh Xiou Yu dan melakukan penyerangan terhadapku."
"Wah..."
Mereka kembali takjub kalau Suro bisa mengatakan yang tidak bisa dikatakan oleh siluman Harimau yang merasuki tubuh Xiou Yu.
"Jadi," Wan Cai memandang wajah Suro ingin bertanya, "Apakah ada orang yang menyuruhnya?"
Suro mengangguk menjawab rasa penasaran Wan Cai.
"Ma Han yang menyuruhnya."
Semua orang nyaris terlonjak mendengarnya.
"Ternyata memang Ma Han, si Mata Iblis!" Mou Li mengatakan sambil manggut-manggut.
Suro kemudian terdiam kembali menatap tubuh Xiou Yu, mencoba berdialog dengan mahluk yang berada didalamnya.
Tak lama, Suro kembali memandang ke arah rekan Xiou Yu sambil menarik nafas dalam.
"Ma Han ada di luar!" katanya.
Mendengar itu, semuanya terlonjak, lalu berdiri dan bersiap. Mereka menyangka kalau Ma Han sedang menunggu mereka di luar.
Bersamaan dengan mereka berdiri, suara raungan keras mengagetkan mereka kembali yang merubah arah pandang mereka ke tubuh Xiou Yu. Mereka memperhatikan Tubuh Xiou Yu mengejang seperti ayam disembelih disertai suara raungan panjang.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Tubuh Xiou Yu langsung terkulai lemas setelah raungan itu berhenti.
"Ah, badanku rasanya sakit semua," terdengar suara keluhan dari mulut Xiou Yu.
Mereka kini yakin, kalau siluman harimau telah keluar dari tubuh Xiou Yu. Mereka langsung mengerumuninya dan sibuk mengajukan pertanyaan yang membuat Xiou Yu kebingungan.
Suro membiarkan rekan-rekan Serigala Merah sibuk mengerumuni Xiou Yu yang baru sadar dari kerasukan.
Ia kemudian melangkah keluar dari dalam gua dengan wajah yang terlihat sangat emosi. Bagaimana tidak, ia merasakan kekejaman dari Ma Han terhadap peliharaannya yakni Siluman Harimau yang tadi berdialog dengannya telah mati dibunuh oleh Ma Han sendiri.
Maka, ia bertekad akan menemui Ma Han untuk memberinya pelajaran.