Fighter hanya terdiam, air matanya seakan sudah kering setelah menghadiri pemakaman dari salah satu teman Fakultas Teknik yang bernama San, yang wafat akibat serangan jantung. Fighter yang belum lama ini menerima transplantasi jantung mulai merasa kahwatir dan gelisah.
"P'Fight, kau baik-baik saja? Mengapa wajahmu sangat pucat," ucap Yu pada P'Fight sambil duduk di samping P'Fight.
"Aku hanya berpikir jika aku mati, apakah nasibku juga akan sama dengan San. San, harus hidup sendirian dijauhi keluarganya dan juga orang yang dicintainya. Sekarang ia juga pergi menuju kedamaian seorang diri," ujar P'Fight meneteskan air mata yang tak mampu ia tahan lagi.
"P'Fight, apa yang kau bicarakan. Kau membuatku khawatir saja," sahut Yu merangkul dan memeluk P'Fight.
P'Fight, tolong jangan menakutiku dan jangan berkata yang tidak-tidak. Aku tidak ingin ditinggalkan dan aku juga tidak akan meninggalkanmu. P'Fight, aku sangat menyayangi dan mencintaimu. Apa kau mendengar detak jantungku yang selalu berdetak jika tengah bersama denganmu.
"Aku hanya berpikir, apa kesalahan San di masa lalu sehingga ia harus menanggung semuanya sendiri," lirih P'Fight.
"P'Fight, kau harus tenang. Aku tahu, semuanya begitu tidak adil bagi P'San tapi semua ini adalah sebuah takdir dan manusia tidak bisa mengubahnya. P'Fight, kuatkan dirimu !" pungkas Yu memeluk P'Fight erat.
Fighter menangis seharian dipelukan Yu hingga ia tertidur dalam pelukan Yu. Dengan bantuan P'Sai, mereka berdua menangkat tubuh P'Fight yang tengah tertidur pulas tanpa membangunkan P'Fight.
"Mengapa kau tidak membangunkannya saja?" Tanya P'Sai.
"P'Sai, ayolah, apa kau tidak kasihan melihat P'Fight menangis seharian seperti ini hingga ia tertidur dalam tangisannya," sahut Yu.
"Hmmm, apa aku …," lirih P'Fight membuka kedua matanya dan menyadari ia sudah dalam mobil sport hitam miliknya.
"Kau sudah bangun, Pangeranku?" Tanya P'Sai dengan nada bercanda.
"Apa kau tak tahu, Cinderella mu sangat khawatir hingga bahunya lelah menahan kepalamu yang tertidur selama beberapa jam," cetus P'Sai.
Fighter menatap Yu yang berada disebelahnya dengan tajam dan berkata, "Maafkan aku, N'Yu. Aku ... aku sepertinya tertidur cukup lama."
Zee hanya menggelengkan kepalanya. Ia bahkan sudah terbiasa dengan ucapan-ucapan dan perkataan dari P'Sai yang memang terkadang membuat kesal namun tampak lucu untuk sebagian orang. Jika tidak mengenal baik pribadi dan sifat dari Sai, mungkin akan banyak orang yang merasakan sakit hati dengan ucapannya.
"Maafkan aku juga, kau pasti sangat khawatir padaku," ucap P'Fight mengambil lengan Yu dan menggenggamnya dengan erat.
Yu hanya tersenyum dan bersandar dipundak P'Fight hingga kedua matanya teralihkan oleh sebuah kalung bertuliskan, "Fighter". Kedua mata Yu kembali menatap tajam pada dada bidang P'Fight yang terasa ada sesuatu aneh seperti bekas luka yang memanjang. Yu mengarahkan lengannya dan mencoba membuka kancing kemeja hitam P'Fight namun sayangnya P'Fight menyadarinya dan menahan lengan Yu.
"N'Yu, jangan nakal. Di mobil ini masih ada Sai juga Zee yang sering melihat kita di kaca spion belakangnya," cetus Fighter menatap tajam kearah dua pasang mata yang tengah memperhatikan mereka melalui kaca spion belakagn mobil.
Yu hanya mengangguk dan menutup kedua pelupuk matanya, mencoba untuk tidur sedangkan Fighter hanya menghela nafas. Syukurlah, apa yang ia sembunyikan selama ini tidak terungkap dengan cepat. Karena tidak seorangpun yang mengetahui bahwa Fighter memiliki bekas luka yang mengerikan.