'Kami akan pergi mengunjungi Yuuki.'
Itu adalah pesan singkat yang dikirim oleh Naoki, mantan ketua kelas Yuu ketika dia berada di bangku sekolah. Dia dan teman-temannya yang lain selalu mengirimkan pesan yang sama setiap tahunnya secara bergantian dan Yuu tidak pernah membalasnya satupun. Dia masih seperti dulu. Dia tidak mempunyai cukup keberanian untuk sekedar menatap batu nama milik Yuuki. Dia masih seorang pengecut yang bersembunyi dan takut kenyataan akan menghancurkan dirinya sekali lagi. Lalu dia tidak akan bisa bangkit kembali.
Yuu bermimpi lagi. Tentang musim panas ketika dia masih berada di kelas dua SMU. Mimpi yang agak indah tentang pertemuannya dengan pemuda yang mampu mengisi lubang di hatinya meski hanya berjalan singkat. Pemuda yang mampu membuatnya berharap bahwa kebahagian akan selalu memberkahi hidupnya. Namun itu hanyalah harapan kosong ketika dia tahu bahwa nasib baik begitu sulit untuk berdamai dengan dirinya. Dia mulai menyadari dan berpikir bahwa itu adalah balasan yang harus dia tanggung karena telah menyakiti kehidupan yang Tuhan berikan.
***
"Aaahh panasnya." Naoki berjalan menjauhi lapangan. Bibirnya tidak henti mengeluh tentang panasnya terik matahari siang itu. Musim panas baru saja datang, namun serasa itu adalah puncak musim. Dia ingin menghabiskan hari-harinya di ruangan ber-AC. Dia berhenti dan menjatuhkan dirinya di samping Yuu. Dia mengibaskan seragam olahraganya di bagian dada dan berharap suhu panas yang menempel di tubuhnya akan sedikit berkurang. Namun itu tidak cukup berhasil. Dia membutuhkan udara lebih banyak dari yang dia dapatkan. Dia benar-benar ingin segera pulang dan menenggelamkan tubuhnya di bawah pendingin ruangan di rumahnya.
"Hei, Naoki." Yuu mulai berbicara. Mata hitamnya tidak lepas dari sosok Yuuki yang begitu semangat bermain sepak bola dengan murid-murid yang lainnya. Dia masih bertanya-tanya tentang arti dari kalimat yang Yuuki lontarkan kemarin setelah perkenalan. Yuuki terlihat baik-baik saja dan jauh dari kata sekarat. Yuuki begitu lincah ketika mengendalikan bola di kakinya. Dia bahkan masih bisa bangun tanpa bantuan dari yang lainnya.
"Hmmm." Naoki menyahut dengan pendek seakan pemuda itu tengah menggumam. Terkadang dia membenci musim panas yang membuatnya malas untuk beraktifitas.
Mereka tidak begitu dekat pada awalnya, namun pemuda itu menaruh hati kepada Kaori sejak di tahun pertama. Dan Yuu adalah teman baik Kaori sejak mereka berada di sekolah menengah pertama, itu sudah cukup menjadi alasan mengapa akhirnya mereka menyapa dengan nama kecil masing-masing. Yah, bagaimanapun Yuu adalah orang yang membuat hubungan mereka berjalan lancar. Dia seperti jembatan yang akan menghubungkan pemuda itu dengan sahabatnya.
"Ah, betapa sialnya!" Naoki mengumpat dengan datar. Dia tidak terlihat marah meski mulutnya mengatakan sesuatu yang kurang sopan, "ahh, mengapa dia begitu tampan dan Tuhan begitu mencintai dia." Wajahnya sedikit bersemu merah. Dia tidak bisa menerima itu. Di hari pertamanya di sekolah, Yuuki telah mengambil banyak hal dari murid-murid laki-laki. Yah, itu membicarakan tentang daya tarik bagi murid-murid perempuan.
Yuu mendengus. Rasa penasaran tentang Yuuki mulai berhamburan seakan tertiup angin kecil yang menyapa sekitar lapangan. Sejenak Yuu melirik Naoki dari ekor matanya. Pemuda itu tidak melepaskan Yuuki dari pandangannya. Ada banyak rasa iri yang terlihat di mata itu. Dan dia tidak ingin menghancurkan itu. Yuu membiarkan Naoki mengatakan segala keluh kesah tentang kecemburuan terhadap Yuuki. Meskipun pemuda itu pintar dan ahli dalam olahraga, namun Naoki tidak berharap akan mendapatkan nasib seperti yang Yuuki miliki. Diaa hanya sebatas iri dan tidak ada maksud lain. Dia bahkan tidak berharap akan menjalani kehidupan seperti pemuda itu.
"Hei, Yuu-chan." Nada bicara Naoki telah jauh berubah. Kini terdengar agak tulus dan ada rasa iba di dalamnya.
Yuu hanya diam. Dia meluruskan ke dua kakinya dan meletakkan kedua tanganya di atas tanah. Dia mendorong badannya ke belakang seolah dia akan berbaring. Dia mencoba mencari posisi yang nyaman dengan menahan berat badannya dengan kedua tangannya.
"Akan sangat tidak adil bagi Ogawa-kun jika Takahasi-san menerima tawaran Tatsuo-senpai," lanjut Naoki. Rasa iri yang beberapa saat lalu memenuhi hatinya telah benar-benar hilang dan tergantikan dengan rasa kasihan.
Yuu hanya sekedar tahu, bahwa ini adalah tahun terakhir Tatsuo. Setelah musim panas berakhir dia akan pensiun. Semua orang mendengarnya, tentang desas desus pengganti Tatsuo, kapten klub bisbol selanjutnya. Ogawa adalah salah satu Batter andalan. Dia telah berlatih cukup keras untuk bisa memasuki tim inti. Dia menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk bisa menjadi Pemukul bersih. Yah, dia telah mendapatkan posisi itu sekarang. Orang-orang berpikir bahwa Ogawa lah yang pantas mendapatkan kepercayaan untuk menempati posisi kapten. Tapi Yuuki datang seolah dia adalah badai bagi masa depan Ogawa di klub Bisbol. Tatsuo datang untuk menawarkan posisi kapten miliknya. Itu agak kejam bagi Ogawa, bukan? Namun agaknya Tatsuo memiliki alasan tersendiri tentang itu.
"Apa Takahasi-san sehebat itu?" sejujurnya Yuu tidak begitu ingin tahu, dia hanya mencoba menjadi pendengar untuk keluh kesah dari temannya itu. Dia tidak cukup peduli dengan urusan pribadi klub di sekolahannya. Bahkan jika suatu hari akan ada perkelahian di antara para anggota, dia tidak mempunyai alasan untuk ikut di dalamnya. Dia hanya ingin menjalani hari-harinya di sekolah dengan damai. Itulah mengapa dia bahkan tidak masuk ke klub manapun. Dia berpikir bahwa itu akan menjadi hal yang merepotkan. Dia tidak menyukai keramaian. Lebih baik pulang dan menghabiskan waktu bersama dengan Kaori di rumah sahabatnya itu. Walau pemuda di sampingnya sering kali mencuri Kaori dari dirinya.
"Oh ... Takahasi- san itu ..."Naoki mulai melanjutkan ceritanya, membuat Yuu seakan masuk ke dalamnya untuk sekedar mencerna.
Sebelumnya Yuuki adalah murid di tahun yang sama dengan Tatsuo ketika pertama kali mereka masuk ke SMU AoShita, mereka telah menjadi teman setim sejak berada di sekolah dasar. Mereka bermain Bisbol di klub yang sama sebagai pasangan. Yuuki cukup hebat sebagai Catcher yang membuat Tatsuo bisa mempertahankan gaya bermainnya sampai sekarang. Mereka tidak terpisahkan. Persahabatan mereka layak mendapatkan penghargaan.
Jika saja kejadian itu tidak pernah ada, mungkin Tatsuo tidak akan menjadi Kapten klub bisbol. Sejak awal, posisi itu akan diemban oleh Yuuki. Pemuda itu yang akan memimpin klub selama dua tahun ke depan. Tapi kejadian itu benar-benar memilukan.
Di pertandingan musim panas dua tahun yang lalu adalah kenangan yang cukup menyakitkan. Para anggota klub bisbol harus menerima kenyataan bahwa tim mereka kalah dalam perempat final. Para kakak kelas menangisi pertandingan terakhir itu dalam diam. Selain itu mereka harus menerima kenyataan bahwa Catcher andalan mereka bahkan harus berhenti bermain bisbol entah sampai kapan.
Yuuki tiba-tiba jatuh sakit. Dia harus berhenti datang ke sekolah dan menghabiskan hari-harinya di rumah sakit. Penyakitnya masih stadium awal, banyak hal yang bisa dilakukan agar bisa sembuh total. Meski terkadang keadaannya kembali kritis namun dia bisa bertahan. Semua orang berharap untuk kesembuhannya. Dia berjuang selama setahun dan Tuhan memberikan tambahan jatah waktu untuk hidup. Dia bersyukur bahwa dia tidak harus melihat orang-orang yang mencintainya akan menangis lagi.
Ketika Yuuki kembali, anak kelas tiga telah memastikan bahwa Yuuki telah sembuh seutuhnya. Dia bisa bermain lagi dengan anak kelas tiga sebagai hadiah terakhir mereka sebelum lulus. Tatsuo tanpa ragu bahkan menawarkan posisi kapten selanjutnya. Tapi Yuuki menolaknya dengan sopan.
"Bagaimana kau tahu sebanyak itu?" Yuu memalingkan wajahnya dan menatap Naoki. Matanya seakan menyipit ketika kedua alisnya hampir bertemu saat dia mengernyit. Daripada masalalu tentang Yuuki, sekarang dia lebih penasaran bagaimana Naoki bisa tahu tentang masalah Klub Bisbol. Naoki bahkan tidak memasuki klub manapun sama seperti dia dan Kaori. Yuu tidak berpikir bahwa Naoki adalah pemuda yang suka dengan gosip.
Naoki hanya tertawa kaku dan mencoba menggaruk belakang kepalanya, "Aku mendengar dari anak kelas tiga. Kau tahu, aku terkadang membantu manajer mereka mengurusi jadwal pertandingan.
Yuu tidak melanjutkan lagi rasa keingintahuan itu. Naoki memang pemuda baik mesti terkadang menyebalkan. Manager klub bisbol adalah teman Naoki ketika berada di sekolah menengah pertama. Jadi tidak mengherankan jika terkadang dia membantu pemuda itu.
"OIII NAOO, CEPAT TURUN DAN GANTIKAN YANG LAIN!" Suara teriakan dari tengah lapangan terdengar. Dan itu cukup membuat umpatan kembali keluar dari mulut Naoki. Dia mengeluh dan bertanya-tanya tentang berapa lama lagi waktu pelajaran olahraga yang tersisa. Dia benar-benar ingin mendinginkan badannya.
Sementara Naoki mulai berjalan cepat ke arah lapangan, Yuu dapat melihat Yuuki berjalan dengan terengah-engah keluar dari lapangan. Pemuda itu mendekat ke arahnya dan berhenti tepat di depan Yuu.
"Boleh duduk di sampingmu?"
Yuu mendongak. Bola matanya tidak henti bergerak untuk memperhatikan bagaimana pemuda yang ada di depannya. Seketika itu dia sadar mengapa Naoki begitu iri dengan pemuda itu.
"Yah, tentu saja," jawab Yuu agak singkat.
Yuuki menjatuhkan dirinya dan duduk tepat di samping Yuu, dimana Naoki beberapa saat lalu berada. Nafasnya mulai kembali normal walau keringat tidak henti membasahi tubuh berkulit putih itu.
"Anak kelas 2-3 menyenangkan, bukan?" Yuuki berkata dengan pandangan yang tertuju pada lapangan. Namun nampaknya Yuu enggan menimpali. Dia masih berpikir bahwa pemuda itu menaruh rasa tidak suka dari kalimat awal yang ditujukan untuknya kemarin.
"Kupikir aku tidak akan mendapatkan teman seperti mereka," Yuuki melanjutkan kalimatnya.
Yuu kembali ragu tentang bagaimana pemuda di sampingnya memandangnya. Kemarin Yuuki begitu dingin selama hampir seharian ketika mereka berada di kelas. Tapi hari ini? Yuuki bahkan memulai obrolan seakan hari kemarin tidak ada. Apakah ada yang salah dengan ingatan pemuda ini? Atau dia yang terlalu sensitif dan menangkap lain dari kalimat Yuuki.
"Yah, mereka memang menyenangkan." Yuu berusaha untuk memperbaiki kesan pertama pertemuan mereka di kelas. Mungkin Yuuki bukan pemuda yang seperti dia pikirkan, "Tapi mereka akan menjadi menyebalkan ketika kau mulai tahu bagaimana sifat mereka."
Yuu tidak membicarakan tentang keburukan teman sekelasnya. Dia hanya mencoba mengatakan bahwa ketika Yuuki mulai mengenal mereka agak lama, Yuuki akan tahu bagaimana mereka tidak akan membuat dia tenang. Ah, itu bukan tentang pembullyan. Karena selama Yuu mengenal mereka, mereka hanya akan meminta sesuatu yang wajar.
"Apakah mereka akan menindasku?" Yuuki tertawa dengan lembut. Yuu hampir terperangah melihat wajah yang memerah karena panas itu.
"Ah, bukan, bukan tentang itu." Yuu sedikit salah tingkah. Dia takut jika Yuuki akan menangkap kalimatnya dengan berbeda, "Oh, kau akan tahu nanti. Ini sudah musim panas, bukan?"
Yuuki nampak berpikir dan mulai mengerti apa yang dikatakan oleh Yuu, "Aku harap ini menjadi musim panas terbaik dalam hidupku."
"Eh." Tanpa sadar Yuu menatap pemuda itu. Dia baru saja sembuh, bukankah berarti akan ada musim panas selanjutnya dan selanjutnya? Yuu agaknya mulai berpikir jauh tentang pemuda itu.
"Ah, darah." Suara Yuuki cukup datar seolah tidak ada yang terjadi.
Yuu mulai panik ketika melihat darah terus keluar dari hidung pemuda itu, "Hei kau sakit?" tanya Yuu. Dia hampir tidak dapat berpikir jernih untuk apa yang harus dilakukan terhadap darah itu.
"Ini tidak apa-apa." Yuuki berusaha mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tapi darah tidak kunjung berhenti meski dia mendongak, "Inilah kenapa aku membenci musim panas."
Yuu bangkit dari tanah. Matanya seakan liar mencari dimana sosok Naoki berada. Dia harus memanggil pemuda itu. Dia tidak cukup kuat jika harus membawa Yuuki sendirian ke ruang kesehatan.