Chereads / Jalan Sang Kesatria Naga / Chapter 1 - Mimpi Buruk

Jalan Sang Kesatria Naga

🇮🇩skywalk3r
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 298.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Mimpi Buruk

*Broooom, broom, broom,,,,,

*Broooom, broom, broom,,,,,

Hiruk pikuk kendaraan membuat siang itu terasa lebih panas dari biasanya, rasa kantuk yang kian mendera membuat Jack spontan melirik jam dinding di atas pintu sebelah kanannya seraya berpikir untuk menghardik jarum-jarum nya yang enggan untuk berlari lebih kencang.

"Hoaaaaaam"

"masih sekitar tiga jam lagi"

Inilah potret kehidupan Jack sekarang, seorang karyawan yang berusaha tetap terjaga setelah perutnya terisi penuh oleh karbohidrat beberapa saat lalu. Jack Walker, pria yang esok hari genap berumur 28 tahun ini berusaha untuk mengumpulkan semangatnya agar tumpukan-tumpukan kertas yang penuh dengan angka-angka di sudut meja kerjanya itu tidak ia bawa pulang sore nanti.

'Semangat-semangat!, demi bisa berlibur dengan istri dan anak besok, laporan bulan ini harus selesai sore ini juga'

Setelah sekitar satu jam berlalu bos Jack, George keluar dari ruangannya dan berjalan kearahnya.

"Jack, bulan depan kamu siap-siap ngadepin klien baru ya, semacam PT Perkebunan Sawit gitu lah""nih buku Agronomi Perkebunan sawit, B A C A! biar nanti nggak kayak orang bego pas ngobrol sama klien, jangan sampai kayak kemaren lagi"

"Siap bos"

"Ingeeet, BACA!" sambil melemparkan buku ke meja Jack kemudian berjalan ke arah pintu keluar.

"Enak ya jadi bos, tinggal nyuruh-nyuruh doang, bisa pulang cepet, gaji gede"

"Harus jadi mahasiswa lagi nih, kali ini jadi mahasiswa pertanian" "yaudah lah, yang penting besok bisa seneng-seneng sama keluarga seharian, hehehehe"

Tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat membuat Jack harus berusaha ekstra keras untuk belajar dan terus belajar hal baru, tidak hanya di bidang Ekonomi dan Teknologi tapi belakangan ini dia juga dituntut untuk belajar Astronomi, Fisika dan Kimia. Hanya anak dan istrinya lah yang mampu menjadi penyemangat bagi Jack untuk melewati hari-harinya yang berat.

Sorepun datang, sepintas terlihat hilir mudik karyawan yang meninggalkan ruang kerjanya satu per satu.

"Jack, pulang bareng yuk, nanti kita mampir ke Mall Para*on bentar, ada bazar novel gede katanya" "nih novel yang aku pinjem kemaren" "mantapp ceritanya, beneran recomanded"

Anton, teman sekantor Jack berkata sambil memberikan novel yang ia pinjam.

"Nanggung nih ton, tinggal dikit lagi laporanku selese" "aku nitip beliin novel Lazarus aja ya, katanya bagus" "nih aku kasi uang tiga ratus ribu, kalo nggak salah harganya sekitar dua ratus lima pulu ribuan" sambil memberikan tiga lembar uang ke temannya Anton.

"Yahhh, ndak asik dong kalo sendirian" "ya udah lah, tapi aku pinjem dulu novelnya ya, ente kan besok cuti" "hehehehe"

"Iyaa, iyaaa, tapi jangan sampe rusak lho"

"Ok bro, dijamin aman" "duluan bro" "semangat" kata Anton sambil berjalan menuju pintu sembari mengangkat tangannya yang mengepal.

--

*grrrrrrrr, grrrrrrrrrr, grrrrrrrrrr

Jack yang sedang sibuk menggerakkan jari-jarinya di atas keyboard tiba-tiba terdiam, "huh" melihat gelas di sebelah kirinya bergetar, ia sejenak ragu apakah harus lari ataukah berlindung di bawah meja.

Sebelum sempat bergerak getaran itu tiba-tiba berhenti. "makin sering gempa aja belakangan ini". Merasa aman Jack pun kembali melanjutkan laporan bulanannya, tak terasa setengah jam berlalu.

"akhirnyaa" "tinggal kirim ke bos" sambil mengangkat tangannya ke atas untuk merenggangkan otot yang kaku setelah seharian bekerja "akhirnya selesai juga".

Sembari menunggu komputernya mati, dengan tergesa-gesa Jack memasukkan buku dan novel ke dalam tasnya sambil mengamati ruang kerjanya yang ternyata telah kosong, kemudian dengan setengah berlari ia bergegas keluar dari ruangan itu. Sesaat sebelum tangannya menyentuh gagang pintu ia berhenti, kemudian tiba-tiba berlari kembali ke mejanya karena sadar ada barang yang tertinggal.

"hufffff" "untung ingat" dengan ekspresi lega Jack mengambil dua lembar kertas bertuliskan Dunia Fantasy di laci meja kerjanya kemudian memasukkannya ke dalam saku di sebelah kiri bajunya, ia pun berjalan sambil bersenandung menuju pintu keluar.

Saat menarik pintu keluar, ekspresi wajah Jack tiba-tiba kaku, "eh" "kok nggak bisa dibuka ya" dengan tampang agak panik ia menarik pintu itu sekuat tenaga "aduh" "jangan-jangan sudah pada pulang semua ini" "atau jangan-jangan pintu ini terhubung dengan dunia lain gara-gara gempa tadi, seperti di novel yang aku baca kemarin,,," teringat hal itu detak jantungnya berpacu sampai terdengar jelas di telinganya.

Sesaat kemudian ia tersadar, "eh" "ini pintu yang baru diganti kemarin ya?" "ini kan digeser bukan ditarik" "hehehe" "malu aku" merasa lega Jack menggeser pintu itu dengan menahan malu.

Lorong sepi menemani langkah Jack yang berjalan dengan wajah yang memerah, mendekati mesin absen kantor ia mendengar seseorang memanggilnya dari belakang.

"lembur lagi pak bos?" Erik, sekuriti bertubuh besar dengan bulu hidung yang terlihat jelas dari lubang hidungnya menyapa Jack.

"iya ni rik, beginilah nasib bawahan" "dapet shift malem ya rik?"

"Ia pak bos, dapet shift malam sama si Ahmad" "tapi dianya belum dateng" sambil berjalan keluar Jack menjawab sambil tersenyum tipis "hati-hati ya rik, katanya pintu kantor yang baru kalo malem nggak bisa ditarik, karyawan pada ngomongin itu tadi siang"

"Waaaah, jangan gitu dong pak bos, jadi serem kan"

"Hahahahahaha, bercanda kok rik, kalo nggak bisa ditarik tinggal geser aja" "wkwkwkwk" "met tugas rik"

"Wkwkwkwkwk, siap pak bos" "hati-hati di jalan"

Jack pun pulang ke rumah kesayangannya disambut istri dan anaknya tercinta "pa pa,,, pa pa,,, pa pa,,," "eeeh, anak ayah yang paling ganteng" "kangen ya sama ayah?"

"nang ning nung ning nang ning nung" "nang ning nung ning nang ning nung".

"Capek ya yah? mau minum apa?" istrinya menyapa

"Mandi dulu aja deh bun"

"Iya yah, udah aku siapin air hangat di kamar mandi"

"Makasih sayang" *muach

---

---

Sambil mengusap-usap rambutnya dengan handuk "Hmm, ini gempa yang tadi sore ya?" "Disini kerasa nggak bun gempanya?

"Nggak kok yah, masa gempa jauh gitu kerasa sampe sini"

"Iya juga ya" "Tapi kok di kantor ayah kerasa ya?"

"Nggak mungkin lah yah, kantornya ayah kan lebih jauh dari sini"

"Hmmm"

---

Gembira menikmati makan malam dan menghabiskan waktu bersama keluarganya Jack merasa letih dan lelah yang terakumulasi seharian terbayar habis hilang tak berbekas. Setelah puas bermain, Jack membawa anaknya ke kamar kemudian mengambil novel lalu mulai mendongeng sampai anaknya tertidur lelap. Berjalan ke ruang tengah Jack berkata kepada istrinya.

"bun, buatin kopi dong"

"Iya yah" "tapi jangan malem-malem tidurnya yaa, besok kita kan mau liburan"

"Iya bun" "bentar aja kok" baru sekitar sepuluh menit berlalu, matanya mulai terasa berat Jack pun menutup novel yang dibawanya kemudian bangun dan mulai berjalan menuju ke kamarnya, di depan kamar ia bertemu dengan istrinya.

"Loh kok udahan yah, ini kopinya baru jadi"

"Buat besok aja ya bun, udah ngantuk banget ni"

Dengan perlahan Jack merebahkan badan letihnya di kasur empuk warna merah gelap berhias bunga-bunga kecil di pinggirnya, ditemani semerbak wangi bunga lavender ia pun perlahan masuk ke alam mimpi.

---

Di dalam mimpinya Jack melihat titik-titik kecil berwarna hijau dan biru muda yang berjejer membentuk lingkaran di kejauhan menghampirinya membuatnya merasa seperti terjatuh tepat ke tengah lingkaran itu.

*bam

Mencoba untuk bangun Jack melihat sinar hijau dan biru muda berbentuk tiang-tiang tinggi menjulang mengelilingi tubuhnya, di depannya terdapat panel biru berbentuk kotak yang terdapat ilustrasi manusia utuh dari ujung rambut sampai ujung kaki berdiri membuka kedua tangan dan kakinya seperti patung anatomi yang dulu pernah ia lihat di sekolah. Di sebelah kanannya terdapat panel-panel kecil terjajar rapi bersusun bertuliskan Rambut, Wajah, Badan, Warna kulit, dan Ras.

Melihat panel tersebut, Jack yang masih merasa agak linglung layaknya orang yang sedang bermimpi terhuyung-huyung mendekati dan mengamatinya. Panel tersebut berbentuk persis seperti panel yang sering terlihat di game-game RPG keluaran terbaru dimana player membuat karakter yang sesuai dengan keinginan mereka. Dengan tenang dan teliti ia pun mengubah setingan karakter tersebut sedikit demi sedikit menjadi berbadan proporsional dengan tinggi sekitar 180 cm, wajah yang tampan dengan kulit putih bersih dihiasi mata biru langit yang jernih seperti berlian, rambut panjang berwarna pirang, dan telinga yang memanjang, persis seperti Bangsa Elf yang sering muncul di game-game bergenre RPG. Setalah merasa mantap dengan karakter yang dibuatnya Jack tanpa ragu menekan tombol 'create' di sebelah kanan bawah panel biru tersebut. seketika itu tubuhnya mulai terasa gatal, di sekujur tubuhnya timbul gumpalan-gumpalan kecil seperti ribuan ulat-ulat yang bergerak di bawah kulitnya, badannya terasa panas terbakar disertai rasa sakit yang semakin lama semakin bertambah.

"aaaaaaaaaaaaaaahhhh"

Jack pun jatuh tersungkur seiring sakit yang dirasakannya bertambah, pandangan mata yang semula kabur justru berangsur membaik, pikirannya yang semula samar menjadi semakin berubah jernih seperti telah terbangun dari mimpinya, rambut nya rontok habis berganti dengan rambut baru berwarna pirang seperti emas yang mulai tumbuh di kepalanya yang botak, telinganya memanjang membentuk seperti daun, meruncing di ujungnya.

"Waaaaaaaaaaaaaaah"

Setelah beberapa menit berlalu rasa sakit itu pun perlahan hilang menyisakan suara nafas yang terengah-engah menggema di ruang kosong berwarna putih tak berbatas, sambil menenangkan diri ia mencoba meraba wajahnya, rambut dan telinganya terasa berbeda, berubah menjadi persis seperti karakter yang baru ia buat tadi. Dengan susah payah Jack mencoba untuk duduk lalu ia mulai mengamati keadaan sekitarnya berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

'bukankah aku sedang tidur tadi!' 'di mana ini?' Jack menenangkan diri sambil memproses apa yang terjadi padanya beberapa saat yang lalu 'Terasa sangat nyata!' 'apa ini yang namanya perpindahan dimensi?' dari kulit dahinya menetes cairan hangat yang perlahan turun ke dagu kemudian menetes jatuh ke kakinya.

"Ukh"

'Apa aku benar-benar berpindah ke dimensi lain seperti cerita novel yang sering kubaca?' ekspresi wajahnya mendadak kaku,

'Sebentar Jack, coba pikir lagi secara rasional sebab apa yang membuat situasinya sampai pada titik ini' sambil memijat keningnya Jack pun mulai berpikir.

'Apa karena gempa sore tadi ya?'

"Hmmm" 'kemungkinan bukan, belakangan ini memang sering gempa'

'Ah, apa jangan-jangan karena tiket Dunia Fantasi itu aku pergi ke dunia fantasi sungguhan' merasa kondisinya membaik Jack mencoba untuk berdiri, 'apa karena kopi tadi?'

"Hmmmm" Sambil mengontrol tubuhnya yang masih gemetaran Jack memutuskan untuk mencari tahu lokasi keberadaannya sekarang, 'eh iya, kopinya belum sempat aku minum tadi' 'ohh kopiku' saat kaki kanannya mulai melangkah bunyi retakan terdengar dari arah bawah.

*Krak

"Eh"

*Krak krak krak krak kraaaaak

Retakan itu menyebar menjauh membentuk jaring laba-laba dengan kaki kanannya sebagai poros, detak jantung Jack kembali terpacu *dug-dug, dug-dug, dug-dug, ruang tak berbatas yang terlihat putih itu pun runtuh, terjatuh ke dalam dunia yang serba hitam pekat bersama sesosok makhluk berambut pirang yang dipenuhi rasa takut, bingung, dan putus asa.

"WAAAAAAAAAAAA" "KOPIKUUUUUUUUUUU"