Tak berapa lama kemudian, Glen mendorong perlahan pintu kamar di lantai atas sebuah resto bar yang cukup terkenal di tengah kota.
Sebuah ruangan berukuran sedang di lantai atas sebuah cafe ternama menyapa matanya, dia menarik senyuman sinis dengan punggung bersandar di palang pintu.
Sebuah ruangan dengan ranjang berukuran medium, ada pendingin suhu, meja kecil dan dua kursi berwarna lime, sederhana dan minimalis.
Glen tersenyum simpul, melangkah masuk dengan perlahan dan hati hati, sorot matanya terus menatap tubuh yang sempat menjadi pemuas nafsunya dulu itu, dia melirik tubuh Risa yang berbaring nyenyak di ranjang.
Glen duduk di samping ranjang, memperhatikan wajah tenang Risa dengan seksama, bulu mata lentik, bibir yang tipis, kulit yang bersih. Dia memang cantik, lirih batin Glen menelan ludah, dia mengelus lembut dahi Risa.