"Apa Risa mau makan malam dengan saya?" Risa tak langsung menjawab tawaran bos Glen
"Maksud bos, saya akan memasak?" tanya Risa ragu. Bos Glen menggeleng.
"Mari makan di kota. Kita makan di resto" jawab bos Glen membuat mata Risa membesar.
"Aku tak punya uang" jawab Risa malu
"Saya yang ajak, saya akan bayar"
"Serius?" Wajah Risa tak percaya. Bos Glen mengangguk. Bagaimana mungkin seorang gadis tidak punya uang. Risa bahkan salah satu karyawan dengan status baik di divisinya. Bos Glen sedikit tidak percaya. Apa dia tipe wanita yang menyukai pria berduit? Bos Glen menggeleng melihat tampilan Risa yang sederhana.
"Haruskah aku ganti pakaian?" Bos Glen menatap wajah senang Risa. Pria tampan itu menggeleng. Gadis ini meski tanpa makeup dan dress cantik tetap menawan. Senyum cerah dan mata berbinarnya sungguh membuat mata bos Glen enggan berpaling.
"Aku akan membelikanmu nanti jika perlu" Risa menggeleng cepat mendengar kalimat bos Glen. Itu terlalu berlebihan. Mentraktir makan dan membelikan pakaian. Risa tak percaya bos Glen sungguh baik padanya.
"Aku akan menelpon security terlebih dahulu. Jangan sampai ada yang berpendapat lain saat bos mengajakku keluar" kalimat Risa dibalas anggukan bos Glen.
"Maksud Risa, saya tidak mengerti"
"Jadi jika pria dan wanita keluar berdua akan muncul gosip di kantor. Itu akan mengganggu pekerjaan kita bos. Bos tak mau begitu kan?" bos Glen tak menjawab pertanyaan Risa.
Melihat wajah tak mengerti bos Glen membuat Risa ingin menjelaskan lebih sederhana lagi.
"Kalau aku dan bos keluar berdua, kita akan dianggap pasangan"
"Wahh!!" Risa mengerutkan dahi dengan kata wah bos Glen. "Apakah pria ini terkejut atau takjub" batin Risa tak bisa mengerti.
"Maksudnya Risa dan saya berkencan?" Risa mengangguk. Bos Glen tersenyum penuh arti. Risa semakin heran
"tidak apa jika itu dengan Risa" jawab bos Glen. Dan sebuah senyuman membuat tubuh Risa membatu. Bos Glen sungguh keterlaluan. Bagi bos Glen itu mungkin lelucon tapi bagi Risa. Dia seperti semakin berharap saja. Gadis biasa sepertinya dengan seorang pengusaha kaya luar negeri. Risa menyadari kehidupannya.
"Sadar Risaa. Ini bukan dongeng!" ketuk Risa pada kepalanya sendiri. Gadis itu segera menghubungi pos security sementara bos Glen mempersiap kan tas kecil untuk dia bawa.
Bos Glen membuka kan pintu mobil untuk Risa. Dengan cangguh gadia itu mengucapkan terimakasih. Keduanya meluncur tanpa membuka jendela mobil melewati pos jaga.
"Apa kamu tak mau ada yang tahu?" tanya bos Glen melihat Risa menggunakan kacamata. Gadis itu melepas kacamatanya dan meletakkan di dashboard mobil.
"Aku cuma tidak mau jadi bahan omongan" balas Risa membuat wajah bos Glen mengerti.
"Apa saya harus tinggal di apartemen?" pertanyaan bos Glen membuat Risa bingung.
"Kenapa?"
"Karena saya mau Risa pergi dengan saya" Risa tertawa mendengar kalimat bos Glen. Dia tak percaya dengan lelucon dan godaan konyol bos tampannya itu.
"Saya serius" Tawa Risa seketika berhenti. Dia tak bisa memahami kalimat bos Glen. Pria ini membuat Risa semakin berharap saja.
"Kamu suka seafood?" tanya bos Glen. Risa mengangguk.
"Saya dengar sebuah hotel di pinggir pantai di pusat kota terkenal dengan resto seafoodnya" Risa mengangguk setuju. Ya, teman-temannya juga bilang begitu. Risa sendiri belum pernah mencoba. Tapi siapa yang tidak tahu dengan resto dan hotel yang dimaksud bos Glen.
"Kita akan makan disana ya" Risa mengangguk pelan. Dia setuju saja. Kemanapun selama dia ditraktir. Apalagi dengan pria tampan ini. Bibir Risa tersenyum tak menyadari tatapan dalam mata Glen padanya. Glen sendiri sering mencuri pandang pada gadis di sisinya. Pesona polos Riaa mencuri perhatiannya. Dia menginginkan gadis ini lebih dari sekedar rekan kerjanya.
"Apa ada sesuatu?" tanya Risa ketika menyadari tatapan mata bos Glen padanya.
"Iya" ujar bos Glen singkat
Risa meraih kaca dan meneliti wajahnya. Bos Glen menepikan mobil membuat Risa menoleh bingung ke arah bosnya.
"Kenapa?" Tanya Risa. Mereka belum sampai ke resto yang dituju. Bos Glen menghentikan mobilnya di sisi pantai. Ada beberapa pasangan sedang menikmati malam di bibir pantai. Wajah Risa penuh tanda tanya melihat tatapan bos Glen semakin lekat pada wajahnya.
"Saya bilang ada sesuatu pada wajahmu" Risa kembali mengangkat cermin di tangannya. Tapi tangan bos Glen menyingkirkan kaca kecil itu. Kedua tangan Glen meraih tengkuk Risa hingga tubuh gadis itu kian condong berhadapan dengan bos Glen.
"Disini" Bos Glen mendaratkan ciuman kecil di hidung Risa. Gadis itu tak bisa berkata-kata. Tak menolak atau bereaksi. Dia hanya menerima saja perlakuan bos Glen padanya. Deru jantung Risa mungkin bisa terdengar lepas. Gadis itu hanya bisa melongo mendapat perlakuan dari pria di hadapannya ini. Risa tak suka? tidak, sepertinya gadis itu ikut terhanyut dalam lembutnya bibir pria yang memikat hatinya.
"Disini, disini, dan disinii.." Kini dari hidung, bibir bos Glen pindah ke kedua kelopak mata Risa. Mata sipit Glen menatap tajam sorot mata Risa hingga dia mendaratkan kecupan di atas bibir merah muda Risa. Kaca kecil di telapak Risa terjatuh. Sentuhan lembut bibir Glen membuat gadis itu membatu. Jantung nya berdetak kian cepat. Matanya yang membesar perlahan menutup mengikuti gerakan lawan mainnya. "Ciuman pertama ini terasa manis dan lembut seperti permen jelly," batin Risa menikmati. Risa tak lagi diam saja. Kali ini dia membalas lebih berani kecupan hangat bos Glen. Risa memang amatir tapi naluriah nya seketika bangkit. Menerima kecupan dari pria yang menarik hatinya, gadis itu memang sudah menanti ciuman ini. Keduanya larut dalam kecupan yang membangkitkan gairah. Risa tak bisa mengelak, dia jatuh cinta pada pria menakjubkan di hadapannya ini.
"Risa, aku mencintaimu" Bisikan dari bibir bos Glen membuat Risa kian berani. Dia membuka sedikit bibirnya hingga indra perasa mereka bisa bertemu dan bergulat lama. Suasana malam yang sepi. Deburan ombak di tepi pantai membuat keduanya kian lepas kendali.
Telapak tangan bos Glen merasakan kulit wajah polos Risa. Gadis itu merasakan kulit tangan pria dihadapannya, terasa hangat dan menyenangkan. Membuat perasaan gadis itu kian hanyut. Ini kali pertama untuk Risa. Bisa sedekat ini dengan pria. Bisa menerima ciuman dan sentuhan. Dia sudah meninggalkan prinsip hidupnya selama ini. Risa tak pernah mudah terbuai oleh rayuan pria. Dengan bos Glen pertahanannya seolah perlahan mulai runtuh. Pria di hadapannya ini sudah meruntuhkan prinsip hidupnya. Akhirnya Risa membuka diri untuk seorang lelaki masuk ke dalam hidupnya.
Jari jemari Glen kian dalam menyusup. Dia mulai menyentuh bagian diri Risa. Gadis itu tak mengerti apa yang kini dia rasakan. Risa merasakan hal yang baru. Dia sepertinya melewati batas. Gadis itu merasakan gugup dan perasaan melayang menjadi satu. Semuanya memainkan perasaannya. Risa melepaskan lumatan bibir mereka. Gadis itu memeluk tubuh Glen. Sementara jari pria itu terus bermain di kulit lembut Risa, menelusuri wajah hingga pangkal lehernya. Risa menikmatinya, untuk pertama kali gadis itu lepas kendali.