Chereads / Akhir dari Segalanya / Chapter 7 - Bab 7

Chapter 7 - Bab 7

Hari kamis, dipagi hari yang cerah, bunga bermekaran sepanjang jalan. Baju batik yang aku kenakan begitu indah penuh seni didalamnya berwarna merah motif daun dan bunga. Aku berjalan ke sekolah membawa kebahagian dalam diriku, ku lihat ia sedang menunggu di pintu gerbang mungkin sekarang adalah jadwal piketnya, ya guru juga ada jadwal piket, sama seperti murid-murid. Memeriksa kelengkapan siswa seperti sepatu harus berwarna hitam, memakai kaus kaki atau tidak dan lain sebagainya. Sesekali ia mencuri pandangan kepada ku saat aku menunggu giliran untuk diperiksa.

"Kamu hari ini sangat tampan." Bisik nya saat memeriksa telinga ku ada atau tidak tindikan di telinga. Mendengar itu tubuhku menjadi meriding maksudnya bukan merinding karena melihat hantu tapi merinding mendengar ucapan nya.

Belajar, mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kadang itu membuat kepala kami menjadi sakit, tiga jam terlewati dengan hanya duduk saja rasanya pinggang ku menjadi sakit saat aku mulai bangkit dari tempat duduk.

Hp ku bergetar aku yakin ini pasti ulahnya dan benar saja saat aku membuka pesan ia mengajak ku untuk ketemuan di tempat biasanya, semenjak kami memiliki hubungan ini kami selalu saja bertemu secara sembunyi-bunyi, disaat ketemuan itu ia selalu memberi bekal kepada ku atau pun hanya ingin melihat ku sambil malu-malu dengan wajah yang memerah, sungguh aku beruntung dapat memilikinya.

Kemudian aku mencoba menyentuh kepalanya sembari tersenyum, dan mengatakan terimakasih kepadanya, dan ucapanku itu malah membuat ia semakin tersipuh malau. Ah... Rasanya aku ingin menciumnya namun ini sekolah aku tak bisa leluasa melakukan itu.

Saat aku hendak kembali ke kelas. ia, tangannya mencegah ku untuk melakukan itu katanya bisakah aku di sini sebentar? Katanya ada yang aku lupakan. Tapi aku tak tau apa yang aku lupakan itu, aku mencoba berpikir tentang apa yang aku lupakan itu, lama aku berpikir dan kulihat wajahnya mulai cemberut, huh... Sungguh imut saat ia membuat wajah cemberut itu, apakah aku melupakan itu? Aku bertanya dalam hati lalu dengan hati-hati aku mulai mencium keningnya dan wajahnya semakin memerah karena ulah ku, dengan cepat ia berlari meningalkan ku dan berkata terimakasih kepadaku.

Sungguh ia begitu manja, ia ingin aku melakukan itu setiap kami ketemuan dan mengakhirinya, adakah ia bersikap lebih dewasa? Entah lah aku yakin aku lebih suka sifat ini dari nya aku tak ingin ia mengubah sifat ini.

Jari-jariku terasa sakit saat mengengam pulen terlalu lama, aku coba meletakan pulpen di meja kemudian mulai mengerak-gerakan jari agar tak sakit lagi. Di arah luar jendela aku lihat ia dari kejauhan sedang berbicara dengan seorang pria tua yang aku ketahui adalah ayah nya tapi aku tak tau apa yang mereka bicarakan, mungkin saja... "Raka!" panggil guru lalu dengan cepat aku menoleh kedepan hampir saja aku melakukan kesalahan.

Apa yang mereka bicarakan? Mungkinkah tentang kesehatan bu guru? Entahlah aku akan menanyakan nya saja dari pada aku harus diam dan selalu memikirkannya.

Huh... Aku sungguh letih, rasanya letih ini akan ku rasakan terus menerus, membagi waktu diantara belajar dan kerja adalah hal yang sangat melelahkan.

"Ayahku ingin aku berhenti dari pekerjaan ini, lalu tentang kesehatan ku yang akhir-akhir ini semakin memburuk, namun aku katakan aku tak akan berhenti dari apa yang aku cita-citakan sejak kecil aku ingin tatap seperti ini sampai nafas tak lagi bisa berhembus."